Menyaksikan dorongan ombak yang begitu kencang mengingatkan
aku pada gelombang Tsunami yang berhasil
meluluhlantakkan semua yang ada di permukaan bumi Aceh pada tahun 2014. Tiba-tiba aku bergidik teringat potongan
Kalam-Nya “Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan agar kamu dapat memakan
darinya daging yang segar (ikan), dan…….., dan…….. serta supaya kamu bersyukur”
(An-Nahl:14). Ah, betapa keindahan ini
menguatkan bahwa hanya Dia yang berkuasa terhadap jagad raya semesta dan
mengingatkan aku untuk selalu mensyukuri setiap jengkal nikmat-Nya.
Mundur beberapa meter dari
deburan ombak yang tiada henti ini, dua batu karang berbentuk kerucut
tegak menjulang ke langit, seakan-akan menjadi tembok penahan abrasi
pantai. Butiran halus pasir putih
membentang sepanjang pantai dengan posisi sedikit curam ke arah pantai.
Air jernih berwarna kebiruan dengan biota-biota laut yang
masih bertebaran di sela-sela karang menandakan pantai ini masih bersih dari
bahan-bahan yang mencemarinya.
Pantai Sawarna, begitu orang mengenalnya.
Pantai ini terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten
Lebak Banten. Persisnya di bagian
selatan Banten. Sebenarnya di Sawarna
ini ada beberapa pantai yang sangat menarik, diantaranya Pantai Tanjung Layar,
Pantai Karang Taraje, Pantai Legon Pari, Pantai Karang Beureum dan lain-lain.
Letak pantai-pantai ini sebenarnya tidak
terlalu berjauhan. Tetapi karena
lemahnya infrastruktur dan kurangnya perhatian dari pemerintah sehingga
menyulitkan para wisatawan untuk menyambangi pantai-pantai ini dalam sekali perjalanan.
Bayangkan, untuk sampai ke Pantai Sawarna aku dan keluargaku
harus melintasi jembatan gantung yang berayun ketika diinjak, setelah itu
melewati jalan setapak tanah berbatu yang sempit dan penuh rumput ilalang liar dengan mengendarai motor
ojek. Untuk kedua putriku dan mungkin
banyak anak-anak perempuan di luar sana yang tidak biasa mengendarai ojek,
transportasi model begini sangatlah beresiko.
Entahlah, sulit memahami mengapa pemerintah belum melirik
lokasi wisata Pantai Sawarna ini.
Padahal, masyarakat setempat sangat ‘welcome’ dengan para pengunjung. Antusias masyarakat sangat terlihat dari
keramahan dan keinginan mereka untuk melayani dan mengantarkan para pengunjung
ke lokasi pantai. Kedai-kedai makan yang
menyajikan menu khas pantai ikan bakar pun cukup banyak. Home stay-home stay sederhana dengan kisaran harga 400-500 ribu
rupiah permalam juga mereka sediakan untuk wisatawan yang ingin bermalam. Meski dengan
fasilitas yang serba apa adanya karena keterbatasan dana dan sebagainya.
Tiba-tiba imajinasiku melambung, berangan suatu saat aku
menjadi investor yang mengelola kawasan Pantai Sawarna ini. Pertama aku ingin memperbaiki infrastruktur
jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat yang menembus langsung ke lokasi
Pantai Sawarna dan menghubungkan ke pantai-pantai lainnya. Kedua, membangun cottage, bungalow, vila atau
sejenisnya di pinggiran pantai dengan tarif terjangkau, agar bisa lebih nyaman
menyaksikan sunset atau sunrise. Ketiga,
membangun resto, kedai-kedai makan dan kios-kios souvenir dengan memberdayakan
masyarakat setempat membuat kerajinan khas yang berbasis home industry. Keempat, membangun jembatan hingga melewati benteng karang agar pengunjung lebih nyaman menikmati semburan ombak. Kelima, keenam…..dan seterusnya yang
pada prinsipnya kawasan ini dapat dinikmati dengan nyaman oleh semua lapisan,
mendatangkan pendapatan daerah, mensejahterakan rakyat dan memperkenalkan
keindahan alam Indonesia di mata Internasional karena makin banyaknya wisatawan
manca negara yang ingin surfing atau berselancar di Pantai Sawarna ini.
Hmmm,…. Semoga saja di waktu-waktu yang akan datang ada
investor yang tertarik untuk mengelola kawasan Pantai Sawarna ini. Dan, aku pun akan kembali berkunjung ke
Pantai Sawarna ini sebagai wisatawan, bukan sebagai investor ya……hehehhe *mimpi kali ye, gue bisa jadi investor…
Tak terasa, sore menjelang.
Rinai gerimis mereda, gurat-gurat kemerahan mulai menghiasi langit. Dan saat-saat seperti inilah yang sangat aku
nantikan. Aku mulai memainkan settingan
di kamera Nikonku, menangkap senja yang begitu sempurna di mataku. Subhanallah,
Indahnya lukisan-Mu.
batu2nya eksotis ya hampir mirip dg batu2an di pantai di belitung,aku suka dg pantai
BalasHapusSamaa...aku suka bgt dg pantai... sptnya banyakan view batu2 di belitung deh mbak.... cuma ombaknya itu yg menakjubkan....makasih ya mbak dh berkunjung :)
HapusSubhannallah...lukisan alam yang menakjubkan ya :D
BalasHapusIya mbak...indah bgt tp sayang blm dikelola dg baik
Hapussaya yg tinggal di Serang, belum pernah kesitu hiks...
BalasHapuspengen banget
Waaahh...hayu atuh mbak santi.... sambil lunch di pinggir pantai pas weekend... mksh ya mbak dh berkunjung :)
Hapusngelewatin jembatan itu kayaknya syereem ya mbaak, aku takut berjalan di ketinggian soale, apalagi jembatannya goyang2 >.<
BalasHapusIya mbak rada2 ngeri gimana gitu.... tp ada serunya jg sih.... kan jarang2...hehee...mksh ya mbak udh mampir :)
HapusMbaaakk...ke karang taraje nya gak? Jembatan menuju karang taraje lebih ekstreem..Dari sawarna nya naik ojeg 100rb/orang hehe
BalasHapusPemandangannya emang ruar biasa..
Mbaaakk...ke karang taraje nya gak? Jembatan menuju karang taraje lebih ekstreem..Dari sawarna nya naik ojeg 100rb/orang hehe
BalasHapusPemandangannya emang ruar biasa..
Nah itu dia mbak tika.... tdk sesuai dg rencana semula...ank2ku kapok naek ojek...jadilah hanya sampe di tanjung layar...mdh2an di wkt yg akn datang akses kesana lbh mudah dan nyaman.....mksh ya mbak dh berkunjung :)
Hapuswah,perjuangan banget..ngeri2 sedap pas lewat jembatannya hehehe
BalasHapusBegitulah kira2 mak.... heheh
BalasHapuspengin lewat jembatan goyang kayaknya menantang sekali... :)
BalasHapusMb anjar...cuss ke sawarna weekend ini :)
Hapus