Selasa, 29 September 2015

Kota Hujan, Kota Kenangan

Alarm dari gadget yang ku-setting sebelum subuh menjadi teman setia yang selalu sigap mengingatkan aku bahwa saatnya bangun, berkemas dan memulai hari.  Belum jam enam pagi, biasanya aku sudah menghenyakkan tubuh di jok mobil, siap untuk menghantarkan putri bungsuku  menuju sekolahnya yang saban hari tidak pernah tidak bersinggungan dengan titik macet.  Iya, konsekuensi tinggal di Jakarta dan sekitarnya harus pasrah terjebak dalam kepadatan lalu lintas yang berjejal ingin saling mendahului. Kendaraan roda dua dan roda empat campur aduk seolah lupa aturan rambu-rambu lalu lintas.  Menyikut, tersikut bahkan berbenturan spion dan kacanya bertebaran di permukaan aspal menjadi pemandangan biasa.  Itulah gambaran satu sisi dari kehidupan yang harus aku dan keluargaku jalani setiap harinya.

Maka, akhir pekan adalah saat yang paling aku tunggu, saat yang tepat untuk melemaskan otot-otot, menyegarkan pikiran, berhenti sejenak dari rutinitas guna menguapkan segala kepenatan dan men-charge kembali energi positif agar pada awal pekan berikutnya bisa kembali menunaikan aktivitas dengan semangat baru yang lebih segar.

Seperti halnya rutinitas keseharian, piknik pun sudah menjadi kegiatan rutin aku dan keluarga, baik ter-planning atau dadakan.  Piknik atau liburan sudah menjadi bagian penting  bagi aku dan keluarga dengan alasan keseimbangan.  Hidup itu harus seimbang.  Sebagaimana ekosistem, maka tubuh pun punya mekanismenya, punya hak fisik dan non fisik yang harus dipenuhi agar semuanya bisa berjalan seimbang.  Satu bagian tidak terpenuhi maka akan pincang dan mempengaruhi harmonisasi secara keseluruhan.  

Piknik atau liburan adalah perjalanan.  Perjalanan bagiku adalah bicara tentang lokasi.  Jika hanya libur singkat di akhir minggu maka kami memilih piknik di lokasi yang dekat.  Dan pada akhir tahun dimana terdapat hari-hari libur panjang atau long weekend, biasanya kami memilih untuk berlibur ke luar kota atau bahkan ke manca negara.  Bogor, Banten, Bandung, Pangandaran, Garut, Surabaya, Yogyakarta, Bangka, Bali, Barcelona, Monaco, Prancis, Italy, dan Swiss adalah kota-kota dan negara-negara yang pernah kami singgahi sebagai  destinasi perjalanan kami.


www.nanidjabar.blogspot.com
Saat liburan di Bangka

Aku tidak bisa atau tidak adil jika  memilah dan memilih satu kota atau negara menjadi destinasi yang paling berkesan pada saat liburan.  Bagiku setiap lokasi menawarkan pesonanya masing-masing.  Karena setiap tempat punya keunikan dan ragam keindahan yang berbeda.  Yogyakarta mempunyai pantai-pantai alami Gunung Kidul yang daya tariknya berbeda dengan keindahan Pantai Sawarna dan Tanjung Lesung di Banten.  Bali yang menonjolkan kekentalan budaya  Hindu tidak bisa dibandingkan dengan Kota Bandung, Bogor atau Surabaya. 



pantai sundak masih sangat alami dan bersih
ketika berkunjung ke Pantai di Gunung Kidul


tanah lot bali kental nuansa hindu
Kedua putriku saat kami berlibur di Tanah Lot Bali

Apalagi Negara-negara yang meskipun bernaung dalam satu Uni Eropa tetap menampilkan  aura wisata yang berbeda. Misalnya, Venice Italy dengan kota air yang cantik, atau Prancis dengan kemegahan Benteng Carcassone atau Swiss dengan Gunung Salju Abadi yang masing-masing punya ruang dan meninggalkan kesan yang istimewa di hati kami.


Liburan akhir tahun di Venice, Italy

peninggalan sejarah
Saat berlibur di Prancis

Ketika musim dingin di Swiss
Tapi, bagaimanapun Bogor sudah menjadi rumah kedua bagi aku dan keluarga.  Sudah tak terhitung kalinya aku dan keluarga menikmati liburan di Bogor.  Udara petang yang sejuk, aroma rinai gerimis, kuliner khas, keramahan tutur kata berlogat sunda menjadi daya tarik tersendiri yang membuat kami tidak pernah dihinggapi rasa bosan untuk berkunjung ke kota hujan ini.

Menyaksikan rusa-rusa yang dibiarkan berkeliaran di Istana Bogor, angin menerbangkan butiran-butiran kapas pohon kapuk dan bertebaran di atas rumput hijau Kebun Raya Bogor, bersantai di pinggir danau di bawah pohon-pohon rindang adalah suasana yang kerap menjadi magnet bagi kami untuk kembali dan kembali lagi menikmati liburan di Bogor.  Bogor memang sarat dengan tempat piknik yang bernuansa pedesaan.  Itu juga yang menjadi salah satu alasan bagi kami untuk selalu mengunjungi kota ini.  Kehidupan metropolitan yang berjejal dengan bangunan-bangunan megah dengan segala hiruk pikuk manusia yang kerap menonjolkan egoisme dan kepentingan pribadi membuat kami rindu dengan suasana desa yang damai dan sejuk.   Menginap di Puncak, Taman Safari atau sekedar tea walk acap kali kami lakukan hanya untuk menghirup  udara segar yang sarat oksigen.


Istana presiden bogor
Suatu kali weekend di Bogor

danau di kebun raya bogor
Bersantai di pinggir danau, Kebun Raya Bogor
Ibarat buku maka alam yang terbentang luas ini adalah sumber ilmu pengetahuan.  Seorang filsuf Agustinus dari Hippo mengatakan jika anda tidak melakukan perjalanan maka sama saja anda hanya membaca satu bab dalam sebuah buku.


Aku dan keluarga tidak ingin hanya membaca satu bab saja dalam sebuah buku.  Dalam sebuah kesempatan di akhir minggu, kami sengaja piknik ke tempat wisata yang bertajuk ‘Kampoeng Wisata Cinangneng’ berlokasi di Bogor, tidak jauh dari jalan Raya Padjajaran.   Tempat wisata ini menawarkan konsep berlibur sekaligus menanamkan nilai-nilai kehidupan dan edukasi,  dibalut dengan suasana  yang kental nuansa pedesaan.  

Sebuah pengalaman berharga yang real,  dimana kami diajak travel guide menelusuri persawahan dan menanam padi di atas lumpur, mengunjungi perkampungan dan berkenalan langsung dengan para pelaku home industry, menyebur ke sungai untuk memandikan kerbau, bermain gamelan dan dituntun membuat makanan dan minuman dari mulai pengolahan hingga bisa disantap.  Sungguh pengalaman liburan yang belum pernah kami temui sebelumnya.

keindahan alam di bogor
Kampoeng Wisata Cinangneng

Bermain gamelan

Memandikan kerbau

Menanam padi di sawah

perkampungan di bogor
Menelusuri jalan menuju perkampungan
“Kenapa sih, kok kita sering banget liburan di Bogor?” Tanya putri sulungku suatu kali.
Aku tertunduk sejenak mendengar pertanyaan kakak- sapaan putri sulungku, dan kemudian mengangkat dagu sambil melirik ke arah suamiku.  Suamiku tersenyum, pandangan kami bertumbuk.

Sejatinya Bogor adalah Kota yang banyak menorehkan kenangan indah.  Awan hitam yang bergelayut di langit Bogor dikala petang, persisnya pada bulan November 19 tahun yang lalu menjadi saksi  bisu awal pertemuanku dengan seorang pria yang kini menjadi lelakiku.  Kedua putri sholihahku adalah buah cinta kami.  Mendengar jawaban singkatku, serta merta aku dan suami jadi ledekan kedua putriku.  Ah….

Jika dalam waktu dekat aku berkesempatan kembali menikmati liburan di Bogor, aku ingin kembali mengukir kenangan dengan menghabiskan akhir pekan kami menginap di sebuah hotel yang bergaya resort.  Sambil membaca buku ringan, bercengkrama dan bersenda gurau bersama anak-anak, mengunyah cemilan dan ketika menyibak tirai jendela kamar, bisa menyaksikan view pemandangan  yang penuh dengan rindang pohon dan menyegarkan mata. 

Sesederhana itukah? Iya, sederhana saja, tapi bukan yang penting piknik, melainkan karena piknik itu penting! sekalipun dengan cara yang sederhana.





***

Jumat, 25 September 2015

Pulau Bira Trip, Pertama Kali Ngerasain Traveling Rame-rame

Pulau Bira Trip, Pertama Kali Ngerasain Traveling Rame-rame.  Mau tahu bagaimana rasanya trip bersama grup atau rombongan??? Rasanya berpelangi!!!

Iya, pelangi tak pernah senada, merah kuning hijau biru.  Tapi justru warna-warna kontras berbaris menggelantung di atap langit membentuk lengkungan ini yang kerap membuat kepala rela mendongak ke atas untuk sekedar menyaksikan keindahannya.  Pelangi ibarat persinggahan, sekejap menebar kecantikannya lalu pergi dan menyisakan jejak kenangan yang indah…

Itulah kami, aku, keluargaku dan rombongan trip yang berjumlah sekitar 20 orang.  Ibarat pelangi, kami datang dari berbagai kota yang berbeda, usia dan generasi yang terpaut jauh, watak dan latar belakang pendidikan sosial yang juga tidak sama, pengalaman yang tentu beragam, tapi kami berkumpul dalam satu payung travel agent ; Java Travel World, bersatu melepas baju-baju perbedaan, mengusung suka cita dan tawa dalam hobi yang sama, traveling.

Berawal dari ruang seminar besutan Java Travel World, salah seorang personil penyelenggara seminar menawarkan trip ke Pulau Bira dalam satu rombongan.  Mendengar kata rombongan tentu tidak menarik di telingaku.  Tapi menyewa satu kapal (Speed Boot) khusus PP Marina-Pulau Bira tentu saja sangat eksklusif.  Ah yang bener? Aku mulai penasaran.

Kemudian percakapan berlanjut melalui whatsApp, beruntun pertanyaan ku ajukan sedetail mungkin terkait penginapan, itenarary sampai ke hal-hal sepele (tapi penting) seperti AC, toilet yang intinya nyamankah saya dan keluarga jika ikut trip bersama rombongan anda?  Karena selama ini aku dan keluarga selalu melakukan perjalanan dengan private packet, wajar dong kalo aku khawatir dan mengambil sikap preventif.
Singkat cerita aku ter’hipnotis’ dengan jaminan kenyamanan yang dilontarkan Mas Kamil, yang aku ketahui kemudian adalah travel guide kami dan aku langsung memutuskan untuk bergabung.

Nyamankah perjalanan kami???
Jawabannya relatif!!!
Kenapa? Yaaa, tergantung bagaimana kita menyikapi dan menterjemahkan apa yang kita lihat dan rasakan sekalipun seandainya realitasnya harus jauh dari comfort zone.

Inilah hidup! Berpelangi…warna merah tak selalu diartikan berani, warna kuning juga bisa berarti sedih atau cemburu dan warna putih tidak melulu cermin kesucian, bisa sebaliknya pucat dan tidak menarik.  Artinya setiap personal bebas memberikan penafsiran yang berbeda-beda untuk menilai objek yang sama.  Ah…sudahlah lupakan saja filosofi-filosofi ngawur ini…hehhehe

Satu hal yang ingin aku garis bawahi, banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang bisa aku petik dari traveling  rame-rame ini.  Aku dipertemukan dengan orang-orang hebat dengan back ground nya masing-masing.  Terutama teman-teman wanita yang bernaung dalam satu cottage  dengan ku.

sebuah cottage bergaya klasik
cottage
Oma, begitu panggilan sayangku pada seorang wanita yang masih sangat terlihat cantik dan bugar diusianya yang sudah berkepala enam.  Di mataku Oma adalah wanita mandiri, ramah dan penyayang.  Tutur katanya yang lembut mengingatkan aku pada seorang wanita yang kerap hadir membuncakan rindu.   Wanita tinggi semampai, berkulit putih dan bersahaja yang telah menjadikan aku ada di muka bumi ini.  Iya, ibu yang melahirkan aku, yang sejak masa kecilku telah dipilih Sang Ilahi Robbi untuk kembali pada-Nya.

Mbak Morita, bersyukur aku dipertemukan dengan wanita cantik dan enerjik ini.  Sosok yang selalu bersemangat dan menikmati setiap jengkal perjalanan.  Dibalik senyum manis dan lesung pipit yang selalu menghiasi wajahnya tersimpan sebuah prinsip hidup yang kuat, optimis dan penuh dengan nilai-nilai positif.
 
Begitu juga dengan Mbak Salwa dan yang lainnya.  Adalah sosok-sosok yang penuh syukur dan perduli.  Selalu mengutamakan kepentingan bersama , saling mengerti, berbagi dan saling menjaga satu sama lain.

Indahnya kebersamaan dalam bingkai traveling….

rombongan trip terdiri dari 20 orang
rombongan-saat jelajah pulau 

www.nanidjabar.blogspot.com
teman satu trip

perjalanan yang mengasyikkan bersama rombongan

Dan ku sematkan kata salut kepada Mas Kamil,  Mas Imam dkk, kalian adalah anak-anak muda yang punya prestasi dalam kancah kehidupan, yang memilih menjadi driver kehidupan.  Berani, cerdas membuat terobosan-terobosan yang beresiko di saat anak-anak muda seusia kalian masih betah tertidur pulas dalam zona nyaman.  Sukses buat kalian!!!

Dan sebelum aku mengakhiri tulisan intro ini dan sebelum mengawali tulisan tentang menjelajah beberapa pulau di Kepulauan Seribu, izinkan aku dan keluarga mengucap rasa syukur dan terima kasih atas pertemuan yang walaupun sangat singkat tapi sangat inspiratif dan bermakna.  (Nani Djabar)

Selasa, 22 September 2015

Mengintip Keindahan Pantai-Pantai Gunung Kidul


Mengintip Keindahan Pantai-Pantai Gunung Kidul.  Pantai bagiku adalah sebuah keindahan lukisan dari Sang Maha Karya.  Keindahan yang mampu memompa energi positif, menginspirasi dan mengilhami berbagai aktivitas yang positif dan bermanfaat.

Pantai selalu menawarkan pesonanya masing-masing.  Lokasi, topografi dan sentuhan tangan manusia menjadi daya tarik tersendiri dan meninggalkan kesan keindahan yang berbeda-beda.  Tapi di mataku pantai selalu sama ; Amazing!!!  Ini juga yang menjadi alasan kenapa sebagian besar perjalananku didominasi oleh destinasi pantai.


Kali ini, aku sedikit mengulas perjalananku dan keluarga ketika menuntaskan rasa penasaran terhadap kealamian pantai-pantai di Gunung Kidul, Agustus 2014 yang lalu.


Gunung Kidul, salah satu kabupaten di Yogyakarta dengan kepadatan penduduk yang rendah masih didominasi oleh perbukitan dan pegunungan kapur.  Jalanan yang sepi, hitam mulus berkelok seperti ular ternyata menyimpam potensi wisata yang luar biasa.  Salah satunya adalah wisata bahari. 


Pantai Sundak

Sundak hanyalah satu diantara puluhan pantai yang tersebar di Gunung Kidul.  Memasuki Pantai Sundak, kesan pertama yang aku tangkap adalah suasana alami sebuah pantai pelosok yang jauh dari keramaian.  Deburan ombak bersahutan dengan deru angin pantai yang begitu terasa ketika kaki mulai menapaki butiran-butiran pasir putih di pantai yang landai.  Butiran pasir disini tidak padat seperti pantai-pantai kebanyakan yang pernah aku singgahi.  Begitu menginjakkan kaki, langkah menjadi berat dan lamban seperti berjalan di atas lumpur yang siap membenamkan batang kaki, tapi justru disinilah uniknya.  Aku menikmati setiap sudut pantai yang sebagian aku abadikan dalam lensa kamera.  Ada karang-karang yang berdiri kokoh, beberapa anak remaja bertingkah untuk mengambil foto, di kejauhan seorang anak perempuan mengubur riang teman laki-lakinya dengan timbunan pasir, dan air pantai yang jernih tak sanggup membuat aku bertahan untuk tidak menceburkan diri ke dalamnya.  Brrrrr…dingin.

pasir putih yang halus terhampar luas

pantai sundak dengan batu karang yang indah



Pantai Indrayanti

Banyak orang menyebut Indrayanti adalah pantai terbaik di Gunung Kidul.  Entah apa tolok ukurnya.  Pantai ini sangat ramai, fasilitas resto dan penginapan tersedia.  Banyak pedagang berlalu lalang menjajakan dagangannya.  Ada gazebo-gazebo di sisi pantai untuk bersantai. Yang semuanya tetap terkesan tradisional dan jauh dari sentuhan modern.  Jangan harap bisa menikmati keheningan sebuah pantai, mendengarkan alunan ombak dan angin pesisir yang membelai wajah.  Disini, tumpah ruah  manusia yang haus rekreasi memadati pinggiran pantai yang dangkal dengan karang-karang yang terhampar di sela-sela air yang mengalirinya. 

Berjubelnya pengunjung ini telah berhasil membuat aku enggan untuk mengeluarkan kamera dari tas ranselku.  Sebenarnya pantai ini layak disebut indah, tapi mungkin momennya saja yang kurang tepat.  Saat itu bersamaan dengan liburan pasca lebaran.  Pantai yang namanya  diambil dari nama salah seorang pemilik resto disini memang telah banyak membuat mata penasaran .  Terbukti deretan mobil berplat Jakarta memenuhi area parkir, termasuk aku tentunya….hehehhe


ramai pengunjung di pantai indrayanti
Secara keseluruhan, kealamian pantai ini tetap menonjol.  Air bening yang belum tercemar, bukit-bukit karang dan hamparan karang yang menyembul di pinggiran pantai mengingatkan aku akan Tanah Lot Bali.  Ikan-ikan kecil, udang dan kepiting masih bertebaran di sela-sela batu karang menjadi penanda kalau pantai ini masih aman dari polusi.

Pantai Kukup

Kalau di Tanah Lot Bali ada Pura di tengah laut yang hanyut karena proses abrasi pantai puluhan tahun, maka di Pantai Kukup terdapat pulau karang yang juga berada di tengah laut.  Perbedaannya, para pengunjung bisa mendarat di atas hamparan batu karang yang menjulang ini melalui jembatan yang terhubung dengan pinggiran pantai.  Sayang sekali, saat itu pengunjung cukup ramai sehingga harus mengantri untuk bisa menikmati keindahan setiap sudut Pantai Kukup dari atas Pulau Karang. 


Pantai Kukup ini juga tak kalah indahnya dengan pantai-pantai lainnya.  Menikmati suara ombak yang bergulung, kencangnya angin pantai dan sesekali ombak-ombak  tersebut menampar batu karang, membuat aku enggan beranjak dari pesisir pantai. 


Berharap suatu saat aku bisa kembali ke Pantai ini, untuk mengabadikan  sunrise dari atas Pulau Karang, menikmati keheningan pagi bersama angin dan deru ombak, ketika banyak manusia masih asyik bermimpi dalam tidur pulasnya….. semoga.

pulau karang menjulang di tengah laut



www.nanidjabar.blogspot.com


Pantai Krakal

Pantai Krakal bagiku adalah kenangan terindah saat berada di Gunung Kidul.  Saat petang menjelang sunset, kesunyian pantai ini benar-benar membuat kami berada di sebuah pantai pribadi.  Pasir putih yang halus, air yang jernih dan dangkal membuat kedua putriku puas berenang dan bermain air.  Aku pun sangat menikmati suasana pantai dari atas gazebo dan sesekali mengabadikan langit yang mulai kemerahan dan bias sinarnya jatuh ke permukaan air laut berwarna kemilau emas, indah sekali.


Ada banyak batu karang dengan bentuk-bentuk yang unik.  Biota-biota laut pun berkeliaran di sela-sela karang yang tertutupi air dangkal.  Ada bukit karang berdiri kokoh menjulang, di dalamnya terdapat keindahan gua batu dengan tetesan-tetesan air seperti salaktit. 






Di pantai ini juga tersedia fasilitas yang memudahkan para pengunjung.  Penginapan berupa home stay, resto sea food, para pedagang souvenir juga ada, yang semuanya bernuansa tradisional.  Yaaa seperti tinggal di sebuah perkampungan yang alami, indah dan memberikan kenyamanan.  Dan pastinya jarang ditemui di kota-kota, apalagi Kota Jakarta.(Nani Djabar)


Jumat, 11 September 2015

Wisata Foto Bertabur Bunga , Taman Bunga Nusantara


Wisata Foto Bertabur Bunga, Taman Bunga Nusantara.  Kenapa wisata foto? Ya, karena berawal dari hobi fotografiku yang sedang dalam level ‘penasaran’, sehingga aku dan keluarga sengaja menghabiskan waktu weekend ke Taman Bunga Nusantara dengan niat agar aku bisa menyalurkan hobi fotografi ku (yang saat itu lagi belajar moto bunga) dan anak-anak serta suamiku juga bisa menikmati rekreasi di alam terbuka, karena selain udara Puncak Bogor yang sejuk minim polusi, di Taman Bunga Nusantara ini juga difasilitasi permainan untuk anak-anak dan resto outdoor yang nyaman untuk bersantai.  Adil dong…emaknya moto-moto, anak-anaknya main sepuasnya…hehhhehe

Saat itu, Maret 2013.  Kami berangkat dari Jakarta setelah usai makan siang.  Kebiasaan buruk kami kalau weekend selalu tanpa perencanaan alias dadakan.  Mau nginep dimana juga belum tau,” pokoknya liat disana aja deh, kan cuma semalem ini, gampang lah”.  Itu yang sering dilontarkan suamiku kalo aku bertanya tentang penginapan.

Melewati perjalanan yang padat kendaraan, terutama jalur Ciawi-Puncak,  yang pada akhir minggu bisa diprediksi selalu macet.  Apalagi jalur satu arah naik sudah lewat, kondisi lalu lintas berjubel antara kendaraan yang mau naik ke puncak dan yang turun dari puncak , membuat  perjalanan menjadi semakin tersendat.

Hampir lima jam  kami menempuh perjalanan Jakarta-Puncak yang normalnya hanya 2-3 jam saja.  Dan ketika matahari mulai tengggelam, sayap malam mulai menebar pesonanya, kami menemukan satu hotel yang persis di pinggir jalan raya.  Tanpa pikir panjang kami memutuskan untuk bermalam di hotel ini.   Yasmin Palace, sebuah hotel yang tidak terlalu besar, bercat putih dan bangunannya bergaya klasik dengan tiang-tiang bundar sebagai penyanggah dan kubah-kubah di bagian atap mengingatkan aku akan gedung-gedung tinggi di Eropa.

Hotel Yasmin Palace tampak samping
Yasmin Palace-tampak samping

www.nanidjabar.blogspot.com
Yasmin Palace-tampak depan
 
Kami tidak terlalu perduli secara detail dengan fasilitas yang disediakan oleh hotel.  Yang penting di hotel ini kami bisa makan malam dan merebahkan badan yang sudah terlalu letih.  Berharap keesokan hari badan sudah bugar kembali sehingga bisa menikmati keindahan Taman Bunga Nusantara yang jaraknya tidak jauh dari  Yasmin Palace ini.
                                                                                       ***

Sayup adzhan subuh dari pemukiman warga  terdengar sampai ke kamar hotel.  Kebetulan kamar kami berada di lantai atas.  Dari jendela kamar  yang sengaja kubuka lebar, udara segar nya membuat badan terasa lebih sehat dan bersemangat.  Kulayangkan pandangan ke arah bukit-bukit hijau yang jauh, dengan arakan awan di atasnya.  Segera kuraih kamera, kuganti dengan lensa tele agar bisa mengabadikan panorama bukit yang indah itu menjadi lebih dekat.

pemandangan puncak di pagi hari
Pemandangan dari balik jendela kamar
Menjelang sarapan di hotel, seperti biasanya kami selalu menyempatkan untuk jalan-jalan pagi sekedar membuat rileks mata dan segenap anggota tubuh.   Kebetulan di belakang hotel terdapat taman yang cukup luas yang bisa  digunakan untuk menghirup udara segar sambil berjogging ria.  Dan ternyata di salah satu sudut taman terdapat ruang indoor yang berisi alat-alat fitness, bisa digunakan untuk semua pengunjung hotel.

Sehabis sarapan, kami baru memulai perjalanan menuju Taman Bunga Nusantara.  Saat itu cuaca memang agak mendung, sesekali diiringi gerimis hujan.  Memasuki area parkir yang luas dengan taman bunga air mancur di sisi area tersebut, menarik langkahku untuk segera melewati gerbang masuk.

Pemandangan pertama yang paling menonjol adalah patung raksasa kepala burung merak yang terbuat dari rangkaian bunga.  Dipangkal lehernya terdapat sebuah taman persegi yang juga ditanami bunga-bunga kecil berwarna  cerah.

replika burung merak dari rangkaian bunga
Patung burung merak dari rangkaian bunga
Aku sengaja tidak ikut kendaraan keliling yang disediakan untuk menikmati lahan seluas 23 hektar ini.  Tujuan utamaku adalah motret bunga.  Maka aku terus melangkah menelusuri taman-demi taman, dan meng-capture setiap bunga yang aku lewati.





Bunga mawar/Rose
Bunga mawar disini sangat beragam, warna dan jenisnya.  Tumbuh di atas lahan yang menurutku sangat luas untuk taman bunga.  China asal negeri bunga ini.  Di negeri asalnya bunga ini telah terkondisi beradaptasi dengan 4 musim.  Misal pada saat musim salju, secara alamiah bunga-bunga ini akan meluruhkan seluruh daunnya dan menuju tahapan istirahat atau perhentian pertumbuhan dan kembali bermekaran pada saat musim panas.  Karena di Indonesia hanya dua musim, maka diperlukan perawatan yang sangat matang dengan perhitungan-perhitungan dalam penyiraman dan pemupukan yang membuat bunga ini selalu bisa berkembang di sepanjang musim.

mawar berwarna pink di taman bunga nusantara

rangkaian bunga mawar yang sudah mulai layu

mawar pink saat merekah

mawar merah di taman bunga nusantara

Bunga Matahari (Helianthus annuus L)
Bunga Matahari yang aku temui di Taman Bunga Nusantara ini sangat cantik.  Warna kuningnya sangat cerah, kelopak-kelopaknya pun tampak sangat segar.  Diameter bunganya lebih besar dibanding bunga-bunga matahari yang pernah aku lihat sebelumnya.  Bunga Matahari merupakan tumbuhan semusim yang mana siklus hidupnya berlangsung hanya sekali dalam setahun.  Ciri bunga semusim salah satunya adalah menghasilkan biji.  Biji-biji inilah yang akan disemai, dalam beberapa minggu membentuk kecambah dan kemudian menjadi pohon bunga matahari.  Satu hal prilaku khas bunga matahari selalu condong mengikuti pergerakan matahari.

bunga matahari berwarna kuning cerah


Bunga Dahlia (Dahlia xhybrida)
Aku benar-benar terpukau melihat kecantikan Bunga Dahlia.  Rasanya jari-jari tanganku tidak sabar untuk meng-capture semua Bunga Dahlia yang ada di taman ini.  Warnanya beraneka ragam, dan didominasi warna-warna lembut kesukaanku.  Asal bunga ini dari Negara Meksiko dan sekaligus menjadi bunga nasional Negara ini.  Kelopak bunga yang runcing dan bertumpuk sangat mempesona dipandang mata.  Bunga Dahlia tergolong tanaman perdu berumbi yang berbunga di musim panas sampai musim gugur di negeri asalnya.  Dahlia ini termasuk bunga yang terlambat dikembangbiakkan.  Dikembang biakkan lewat umbi dan jarang yang berhasil sampai berbunga.  Sementara di Taman Bunga Nusantara ini, Bunga Dahlia begitu banyak dan semuanya mekar dengan sempurna.

dahlia berwarna ungu

dahlia di taman bunga nusantara

dahlia merah sedang mekar


Bunga Seruni (Chrysanthemum sp)
Bunga Seruni atau sering disebut Bunga Krisan tidak kalah menariknya dengan Bunga Dahlia.  Bunga Seruni ini sekilas memiliki kelopak bunga yang mirip dengan Dahlia, karena sama-sama termasuk dalam golongan family Asteraceae.  Krisan sering dijadikan komoditi utama dalam industri bunga potong dan bunga pot karena selain aromanya yang wangi, Bunga Krisan ini banyak memberikan khasiat untuk kesehatan.  Berabad-abad yang lalu, di Negeri China sudah terbiasa meggunakan Bunga Krisan ini sebagai herbal yang sangat membantu dalam menjaga kesehatan tubuh.  Bahkan Krisan juga sering ditambahkan dalam seduhan teh agar memberikan efek segar dan ketenangan setelah diminum.


krisan warna putih

krisan ungu sedang mekar sempurna

krisan pink dengan kelopak mulai layu

Tidak terasa, waktu sepertinya bergulir begitu cepat.  Bunyi panggilan di Handphone mengingatkan aku bahwa sudah saatnya beristirahat untuk makan siang dan menunaikan kewajiban pada-Nya.

“Umi, ditunggu di Resto sekarang ya,” suara putri bungsuku terdengar dari speaker Handphone yang sengaja aku keraskan.

Maksud hati masih ingin mengenal lebih banyak lagi bunga disini, tapi apalah daya…. Semoga suatu saat aku masih bisa kembali ke Taman Bunga Nusantara ini dan menjelajah setiap sudut taman yang menawarkan keindahannya masing-masing. (Nani Djabar).


Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...