Senin, 14 Desember 2015

5 Destinasi Wisata di Italy yang Wajib Dikunjungi


5 Destinasi Wisata di Italy yang Wajib Dikunjungi.  Italy adalah salah satu negara di Eropa yang menyedot banyak para wisatawan dunia karena begitu banyaknya destinasi wisata yang sangat mempesona.  Dari tempat wisata yang unik, romantis sampai wisata sejarah ada di negara ini.  Wajar jika liburan akhir tahun tempat-tempat wisata di Italy dipenuhi oleh para wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi lima tempat wisata yang wajib dikunjungi jika anda baru pertama kali mengunjungi negara ini.  Saya bisa katakan, anda akan menyesal jika sudah berada di Italy tapi tidak singgah ke beberapa tempat wisata ini.  Dan sebaliknya saya sangat bersyukur ketika  dua tahun yang lalu berkesempatan untuk berlibur ke Italy dan menikmati lima tempat wisata ini. 

baca juga : Rome Italy, In My Eyes

   Vatican City
Vatican adalah negara terkecil di dunia.  Negara sekaligus kota yang berada dalam sebuah negara, lebih tepatnya berada di tengah pusat kota Roma.  Unik dan membuat penasaran bukan?  Bayangkan negara ini hanya memiliki luas 44 hektar dan dipimpin oleh seorang Paus sebagai orang pertama di negara ini.

Berada di Kota Vatican anda akan disuguhi pemandangan bangunan-bangunan yang unik dengan sentuhan arsitektur kelas dunia.  Anda  juga bisa menyaksikan langsung bagaimana kehidupan masyarakat disana.  Masuk dengan leluasa ke dalam bangunan dan melihat kegiatan rutin serta ibadah ritual mereka.  Selain itu, jika anda penggemar landscape fotografi, disinilah tempatnya anda memuaskan hobi anda.  Begitu banyak bangunan klasik yang sangat memukau mata, ditambah dengan penataan kota yang rapi, bersih dan nyaman.  Membuat para pengunjung betah berada di kota ini.

www.nanidjabar.blogspot.com
Vatican City (dokpri)
Venice
Venice atau Venezia sangat populer dengan kota terapung yang cantik.  Bahkan Times Online menyebut Kota ini sebagai kota paling romantis di Eropa.  Venice terletak di tepi Laut Adriatik bagian utara Italy dan ketika menjejakkan kaki di Kota Venice,  anda akan disambut tiupan sepoi lembut angin laut.  Berjalan menyusuri pinggiran pelabuhan dengan pemandangan perahu yang berjejer rapi, sementara di seberangnya bangunan-bangunan klasik menjulang yang mencerminkan peradaban islam, berdiri megah melengkapi indahnya suasana perjalanan anda.


Anda semakin dibawa dalam suasana romantis ketika berkeliling kanal dengan menggunakan Gondola-perahu tradisional yang menjadi satu-satunya alat transportasi di kota ini.  Tidak hanya sampai disitu, andapun bisa menyaksikan festival tahunan topeng wajah dan mengintip satu-satu bangunan peninggalan ketika percampuran seni islam dan Eropa berpadu dalam ukiran-ukiran yang cantik dan artistik.

kota terapung
Venice (dokpri)
Colloseum
Wisata sejarah yang satu ini wajib anda kunjungi ketika anda berada di Italy.  Tidak hanya pencinta wisata sejarah, anda yang tidak suka dengan wisata sejarah saja akan terpukau dan berdecak kagum ketika melihat bangunan Colloseum.

Colloseum terletak di tengah Kota Roma Italy dan menjadi salah satu landmark Kota Roma.  Jika anda berdiri menghadap ke Colloseum, bangunan ini akan tampak seperti setengah lingkaran.  Padahal jika posisi anda berada di atasnya, sejatinya bangunan ini berbentuk bundar dengan pesona lekukan-lekukan klasik yang sangat menawan.

Pantas saja Colloseum dikukuhkan sebagai karya terbaik arsitektur Romawi dan menjadi lambang kekaisaran Roma pada masanya.  Berada di dalam Colloseum akan membawa anda pada suasana seolah hidup dalam sebuah peradaban romawi yang sedang Berjaya.

bangunan bersejarah
Colloseum
Trevi Fountain
Trevi Fountain adalah kolam air mancur terindah di Kota Roma, Italy.  Anda jangan kaget kalau kerumunan manusia berjejal memenuhi pinggiran kolam yang sangat terkenal dengan unsur mistik melempar koin euro.

Iya, tidak ada yang bisa menyangkal keindahan kolam air mancur ini.  Apalagi ketika matahari terbenam, cahaya-cahaya lampu bertabur indah, ukiran-ukiran artistik seni tingkat tinggi di dinding kolam makin memukau penglihatan.

Setelah puas menikmati air mancur andapun bisa memanjakan lidah dan berbelanja sepuasnya.  Di sekitar area Trevi Fountain banyak tersedia toko-toko yang menyediakan barang-barang untuk turis sebagai oleh-oleh.

roma
Trevi Fountain
Menara Miring Pisa
Menara Miiring Pisa tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita.  Destinasi ini menjadi impian bagi para traveler karena merupakan salah satu keajaiban dunia.

Menara yang dibangun lebih dari 200 tahun ini memang terkategori unik.  Sebuah menara tinggi yang mengerucut ke atas dengan kemiringan sekitar lima meter ke samping dapat bertahan dan tidak rubuh meski telah berdiri ratusan tahun yang lalu.

Tentu saja keunikan ini mengundang rasa penasaran banyak pengunjung.  Setelah sampai di lokasi ini anda akan paham mengapa bangunan ini miring dan mengapa pula menjadi salah satu keajaiban dunia yang tidak pernah berhenti mengundang para wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Area  menara sangat luas dan indah, padang rumput menghijau terlihat dari kejauhan sebelum anda sampai ke lokasi ini.  Bangunan-bangunan megah nan tinggi berdiri diantara menara.  Dan andapun bisa menaiki anak tangga untuk sampai ke puncak menara.  Ada lonceng besar di atas puncak menara yang sering digunakan untuk kepentingan peribadatan.  Dari atas puncak menara anda akan leluasa menikmati pemandangan Kota dengan segala pesona yang menakjubkan.

Italy
Menara Pisa (dokpri)
baca juga : Menara Miring Pisa

***

Senin, 16 November 2015

Ingin Liburan ke Mount Titlis, Ini Tips-nya...


Gunung salju abadi
dokpri


Ingin Liburan ke Mount Titlis, Ini Tips-nya.  Halo sobat, rasanya luamaa banget gak update blog.  Kangeenn!!!

Gak berasa ya, udah mau Desember lagi, padahal sepertinya baru kemarin liburan akhir tahun, eh udah mau libur akhir tahun lagi…

Nah, ngomongin liburan, pastinya diantara sobat sekalian udah banyak dong ya yang planning  mau liburan kemana, kapan waktunya, bersama siapa dan menggunakan  transportasi apa.  Kalo liburannya masih di dalam negeri, pasti sobat sekalian gak terlalu bingung.  Tinggal kemasin barang, siapkan kesehatan, doku dan kamera, selesai…  Tapi kalo yang merencanakan liburan ke luar negeri tentu gak sesimpel itu dong, apalagi seandainya negara yang menjadi destinasi adalah negara dengan empat musim dan ditambah lagi  belum pernah  berkunjung ke negara tersebut.  Hmmm, dijamin bingung deh…

Mungkin diantara sobat sekalian ada yang merencankan liburan ke Mount Titlis? Atau jika belum ada rencana, sekarang saatnya menentukan pilihan liburan ke Mount Titlis… kenapa?  Saya jamin liburannya seru, happy dan sangat berkesan…

Sebelum saya kasih tips tentang liburan ke Mount Titlis, sedikit saya ulas seperti apa kondisi Mount Titlis dan kenapa harus punya tips khusus jika ingin berlibur kesana.

Mount Titlis adalah Gunung Salju Abadi yang terletak di negeri Swiss, Eropa.  Sepanjang musim, salju ini tetap bertabur di permukaan gunung dan sekitarnya.  Bisa dibayangkan suhu dibawah nol derajat sampai minus 15 derajat akan menemani para pengunjung selama berada disana.  Apalagi jika berkunjung pada bulan Desember, puncaknya musim dingin di Eropa.  Suhu dipastikan minus dan udara kencang khas musim dingin yang menggigit  tidak akan mudah beradaptasi dengan tubuh-tubuh kita yang terbiasa dimanja dengan iklim tropis.

Apalagi, ketika berada di puncak Mount Titlis, dimana ketersediaan oksigen semakin terbatas.  Jika gak kuat-kuat stamina banyak loh yang pusing, sesak nafas, mual dan muntah bahkan pingsan atau tak sadarkan diri.  Wuaahh, jangan sampai ya liburan sobat jadi gak happy hanya gara-gara kurang persiapan.

Baiklah, dibawah ini, saya akan berbagi tips berdasarkan pengalaman saya ketika mengunjungi Mount Titlis dua tahun yang lalu :

·         Saya sarankan, jika sobat membawa keluarga sebaiknya gunakan jasa travel.  Sobat tidak akan direpotkan dengan membeli tiket, mengantri, mencari restoran dan lain-lain karena semuanya sudah  diatur dan dilakukan oleh Tour Guide.  Jadi sobat bisa fokus memperhatikan keluarga dan tinggal menikmati perjalanan saja.

·         Hal yang paling utama, sebelum berangkat kondisikan kesehatan seprima mungkin.  Jangan lupa bawa vitamin yang biasa diminum dan obat-obatan ringan seperti obat flu, deman dan sebagainya untuk berjaga-jaga.  Karena ketika berada di Swiss, belum tentu punya waktu untuk membeli obat dan  jenis obatnyapun berbeda dengan yang biasa kita minum di Indonesia.

·         Selalu sediakan makanan ringan dan minuman dalam tas kecil.  Suhu dibawah titik beku mudah membuat lapar dan haus, sehingga rentan kedinginan.

·         Gunakan pakaian winter  dengan lengkap.  Saya rekomendasikan untuk pakaian winter sebaiknya gunakan yang berbahan wol atau bulu angsa.  Kedua bahan ini sangat efektif untuk membuat badan kita menjadi hangat.  Pada lapisan pertama gunakan longjohn, lapisan kedua baju biasa berbahan wol, lapisan ketiga sweater, lapisan ke empat barulah kenakan mantel winter yang tebal dan berbusa.  Pakai sarung tangan winter yang tebal dan gunakan penutup kepala yang sekaligus menutupi telinga. 

·         Kenakan  sepatu winter, yang  bagian bawahnya   berstruktur.  Jika sepatu boot itu lebih baik.  Karena berjalan di atas permukaan salju yang licin sangat beresiko terpeleset.  Sebelumnya pakai kaos kaki khusus winter yang tebal dan berbahan wol.  Sediakan kaos kaki lebih dari satu, karena cuaca saat musim dingin tidak bisa diprediksi.  Tiba-tiba hujan deras dan angin kencang yang terkadang membuat kaos kaki jadi basah.

·         Oleskan pelembab pada kulit wajah dan lipgloss pada bibir, agar kulit tetap lembab dan tidak mengelupas akibat udara yang terlalu dingin.

·         Bagi sobat yang tidak kuat dengan taburan salju di puncak Mount Titlis, jangan khawatir.  Di puncak Mount Titlis terdapat ruangan indoor yang difasilitasi penghangat ruangan, jadi sobat tetap bisa menyaksikan taburan salju dari dalam ruangan yang hangat.

·         Terakhir, berdo’alah sebelum berangkat agar perjalanan sobat diberkahi, nyaman, happy dan tentu saja selamat pulang pergi.

·         Enjoy your trip…. [Nani Djabar]

Rabu, 04 November 2015

Jelajah Pulau-Pulau Tak Berpenghuni, Indahnya…

Jelajah Pulau-Pulau Tak Berpenghuni, Indahnya…  .  Pulau selalu identik dengan Pantai.  Gundukan daratan yang dikelilingi oleh perairan selalu menampilkan kombinasi yang indah untuk diabadikan.  Setidaknya bagiku yang suka dan mencintai kehidupan bahari.

www.nanidjabar.blogspot.com

Berkunjung ke pantai, menikmati udara bersihnya, menyaksikan gulungan-gulungan ombak diantara karang-karang, mengagumi keindahan bawah lautnya atau hanya sekedar menikmati suasana pantai dengan gemerisik suara angin diantara pohon-pohon nyiur adalah salah satu cara mensyukuri keberadaan-Nya.  Dan disetiap nafas syukur, atas izin-Nya bertaburlah butiran karuniah yang melecuti diri untuk menambah ketaatan pada-Nya.

Kepulauan seribu merupakan sebuah karuniah yang tak terhingga dan hadiah luar biasa dari Sang Maha.  Ribuan pulau-pulau yang menyusunnya tidak hanya menjadi berkah bagi para nelayan atau orang-orang yang hidup di pesisir.  Tapi juga menjadi destinasi wisata bahari yang menyedot banyak wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keindahannya. 

Aku dan keluarga termasuk pecinta suasana pantai dan segala sesuatu yang ditawarkan di dalamnya.  Di penghujung September lalu, kami berkesempatan menjelajah beberapa pulau tak berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu. 

Jauh lebih indah dari yang kubayangkan.  Ternyata Kepulauan Seribu menyimpan berjuta keindahan yang sangat mempesona untuk dilihat dan dirasakan.

Perahu kayu tradisional mendaratkan kami di Pelabuhan Pulau Tongkeng.  Pulau tak berpenghuni yang senyap dan damai.  Berada  di pulau ini serasa menempati pulau pribadi.  Angin laut menyambut kami saat  menghamburkan diri di atas jembatan kayu yang menghubungkan pinggiran pantai dengan daratan.  Beningnya air dan pantai landai dengan pasir putih yang bersih dan halus membuat putri bungsuku tak sabar untuk menceburkan diri ke dalam air.  Aku pun ikut tak sabar untuk mencari-cari angle dan mengabadikan spot-spot indah di pulau ini.

Aku beranjak dari jembatan, mengikuti langkah kaki yang berayun selaras dengan rasa ingin tahu lebih banyak tentang pulau ini.  Ada  lima kursi  dan satu meja beton yang didesain unik di pinggir pantai.  Disebelahnya terdapat satu pohon rindang, tanaman khas hutan pantai.  Duduk disini, bercengkrama bersama keluarga diantara tiupan angin laut ditingkahi suara ombak-ombak kecil adalah suasana bahagia yang langka untuk bisa terulang kembali.

Tak berapa lama, aku mengitari sudut-sudut lain di Pulau ini.  Ada beberapa bangunan tua yang atapnya sudah runtuh.  Seseorang muncul dari salah satu bangunan tua itu.  Kesempatan bagiku untuk menuntaskan rasa ingin tahu tentang pulau sunyi tak berpenghuni ini.

Cerita singkat pun mengalir.  Pulau Tongkeng di tahun 90-an adalah pulau milik salah seorang pengusaha hebat di negeri ini.  Pengusaha yang sekaligus pernah menjabat sebagai menteri  di era SBY.  Di kala libur tempat ini dijadikan persinggahan untuk melepas lelah atau sekedar mengungsi untuk menghindari hiruk pikuk perkotaan.  Wah, ternyata pulau-pulau di Kepulauan Seribu banyak diminati oleh para pejabat ya…hehehe

kepulauan seribu
Pulau Tongkeng


Tidak hanya ke Pulau Tongkeng, penjelajahan berikutnya adalah ke Pulau Gosong.  Pulau Gosong lebih pantas disebut pulau eksotis.  Daya tarik suasana unik di Pulau ini sangat memikat mata.  Sebuah pulau yang luasnya hanya puluhan meter menyembul di tengah-tengah lautan.  Bentuknya memanjang, didominasi butiran pasir berwarna putih kecoklatan.  Konon mulanya pulau ini luas, dan ketika terjadi pasang ratusan tahun, sedikit demi sedikit menenggalamkan pulau ini, sehingga hanya tersisa beberapa puluh meter saja.

Yang paling membuat mataku takjub di Pulau Gosong ini adalah air bening segar yang memancarkan gradasi warna hijau biru dan putih.  Menurut Wikipedia, gradasi warna di permukaan laut itu disebabkan  karena hanya cahaya biru kehijauan yang dapat ditransmisikan ke dalam, kemudian ditebarkan dan ditransmisikan kembali ke luar tanpa ada penyerapan.  Disamping itu kadar garam dan pantulan warna langit juga mempengaruhi warna laut, meski Cuma sedikit pengaruhnya.

pulau gosong yang eksotis
Pulau Gosong


Sebenarnya, ingin berlama-lama di Pulau Gosong ini.  Hati begitu terpikat dan rasanya tak ingin meninggalkan pulau seindah ini.  Baru kali ini aku menemukan sebuah pulau yang benar-benar memukau.  Bayangkan berada di atas gundukan pasir yang hanya secuil ditengah lautan yang luas, dikelilingi oleh air yang begitu bening alami dan dengan warna-warna sejuk membuat mata tak rela untuk berkedip.  Sungguh, Dia-lah sebenar-benar keindahan.

Sayangnya matahari makin terasa menyengat di kulit, khawatir gosong akhirnya kami meninggalkan Pulau Gosong.

Pulau terakhir yang kami jelajahi adalah Pulau Panjang.  Pulau Panjang juga tak kalah indahnya .  Pulau milik seorang pengusaha keturunan cina ini memang tidak diperuntukkan bagi publik.  Pulau ini hanya dinikmati oleh keluarga pemilik ketika mereka menghabiskan waktu liburan atau waktu di akhir pekan.  Kami bisa memasuki dan menikmati suasana di Pulau Panjang ini adalah sebuah keberuntungan.  Kebetulan saat itu, pulau sedang kosong dan kami dipersilahkan untuk menghabiskan waktu setengah hari untuk  bersantai-santai di pulau ini.

Pulau Panjang

pulau panjang kepulauan seribu
Suasana rindang di Pulau Panjang


Suasana di Pulau Panjang ini rindang dan menyejukkan.  Banyak pohon-pohon besar yang tumbuh di pinggiran pantai.  Ada kursi-kursi kayu untuk bersantai.  Antara tempat hunian dengan pantai dibatasi beton  setinggi sekitar satu meter.  Untuk yang tidak suka berbasah-basahan, bisa menikmati kejernihan air dari atas beton, atau sekedar menghirup udara lepas pantai sambil menyaksikan gelombang air laut yang bergerak seperti berkejar-kejaran.  Sebuah tampilan keindahan yang mampu menguapkan semua rasa penat, menenangkan jiwa dan memberikan kedamaian yang sempurna.

Penasaran??? Hayoo jelajah Pulau-pulau di Kepulauan Seribu… [Nani Djabar]


Selasa, 20 Oktober 2015

Sunrise Pulau Bira ; Antara Kisah dan Cerita Kita

Sunrise Pulau Bira ; Antara Kisah dan Cerita Kita.  Menapaki jembatan Pulau Bira yang panjang seperti sedang berjalan membelah lautan.  Jembatan kayu dengan lebar kurang lebih dua meter tetap memberikan kenyamanan ketika melintasinya meskipun tidak ada pegangan di bagian kiri kanannya.  Tidak ada rasa khawatir sedikitpun terjatuh ke air laut yang kedalamannya bisa membuat tenggelam bagi yang tidak bisa berenang. 

Angin laut bertiup kencang membelai kerudung dan gamis yang aku kenakan.  Kedua putriku berlari riang di atas jembatan.  Wajah teman-teman rombongan satu perjalananpun terlihat menampilkan aura kegembiraan. 

Kami terus menyusuri jembatan.  Mata tak habis-habisnya disuguhi keindahan bawah air laut yang memukau di sepanjang bawah jembatan.  Air yang begitu alami dengan tingkat kebeningan yang sempurna  membuat mata bisa menembus air dan menyaksikan warna warni karang dengan bentuk-bentuk yang indah.  Menakjubkan!!! 

Beberapa menit  kemudian, kami sampai di ujung jembatan.  Ada lobi yang cukup luas dan menghadap ke pantai.  Rombongan diarahkan oleh travel guide agar  berkumpul di lobi untuk diberikan briefing tentang itenarary pada hari itu.  Briefing sejenak kemudian dilanjutkan dengan acara foto masing-masing.
www.nanidjabar@gmail.com
Jembatan Pulau Bira

air laut bening dibawah jembatan
Air bening dibawah jembatan, karang-karang terlihat jelas

jembatan kayu pulau bira.  www.nanidjabar.blogspot.com
Berfoto di atas jembatan
Aku sedikit terkejut ketika memasuki cottage untuk menaruh barang-barang bawaan seperti ransel dan tas makanan ringan.  Aku pikir cottage ini terdiri dari beberapa kamar dan aku bersama keluargaku akan menempati satu kamar.  Ternyata tidak.  Cottage ini hanya terdiri dari dua ruangan besar yang disekat satu pintu untuk keluar masuk dari dan ke dua ruangan tersebut.  Masing-masing ruangan terdapat tiga tempat tidur  springbed, satu kamar mandi, satu meja rias beserta kursinya, satu stel sofa dan selintas semuanya terlihat tua berusia belasan tahun.

Ketika selesai menjelajah pulau dan tibalah waktu istirahat di cottage, aku baru benar-benar menyadari kalau cottage-cottage ini dibangun belasan atau mungkin puluhan tahun yang lalu.  Springbed yang sudah kusam, warna sofa yang sudah pias dan buram, ada bagian lantai kayu yang sudah keropos bahkan berlubang, dan jendela-jendela yang sudah lama tidak dibuka sehingga rapat menyatu dengan kusen.  Belum lagi kamar mandi yang terkesan angker karena watt lampu yang kecil, ditambah lagi bathtub  dan keran-keran yang sudah berkarat.  Sangat jelas cottage ini dibiarkan tidak terurus dan tidak pernah dirawat apalagi direnovasi. 

Tapi, aku dan keluarga sangat beruntung, karena teman-teman rombongan yang satu cottage adalah manusia-manusia baik yang meskipun berlimpah secara materi tapi tetap bersahaja dan penuh dengan rasa syukur dalam kondisi bagaimanapun.  Akhirnya, malampun kami lewatii dengan indah.  Berbincang, berbagi cerita dan tawa layaknya sebuah keluarga.

cottage kayu usia puluhan tahun
Cottage berbahan kayu usia belasan tahun
Saat keheningan fajar menyapa dan membangunkan aku dari lelap.  Tiada suara adzan berkumandang, hanya suara gemerisik ranting pohon ditiup angin pantai.  Aku tenggelam dalam syahdu memenuhi kewajibanku pada-Nya.  Tidak berapa lama aku menyibak tabir jendela, ingin memastikan apakah fajar sudah menyingsing, pertanda matahari sudah mulai menampakkan sinarnya.

Spot sunrise di Pulau Bira adalah saat-saat yang kami tunggu.  Aku beringsut mengambil kamera, segera ku-setting mode manual dan kami pun berangkat menuju arah timur Pulau Bira.

Tidak sampai sepuluh menit menelusuri jalan setapak dibawah pohon-pohon rindang, akhirnya kami menemukan sebuah jembatan kayu berbentuk huruf L menjorok ke laut  dan berhadapan langsung dengan posisi awal terbitnya matahari.

Sepertinya tempat ini memang didesain oleh pengelola agar para pengunjung dapat menyaksikan sunrise dan menikmati semburat langit merah kekuningan dari tempat yang pas dan nyaman.

Ternyata teman-teman satu rombongan sebagian sudah berhamburan di atas jembatan.  Ada yang hanya duduk di pinggir jembatan sambil mengayunkan kaki dan menghadapkan wajah ke arah sunrise, ada yang sibuk berfoto dengan memanfaatkan sunrise sebagai background, ada juga yang terpana melihat kejernihan air dan menyaksikan ikan-ikan yang sedang berenang dari atas jembatan.  Sementara aku dan keluarga sibuk mencari angle yang pas untuk mendapatkan foto-foto yang menarik untuk diabadikan.

mataari terbit berwarna kuning kemerahan
Sunrise Pulau Bira






Hangat mentari makin menusuk kulit, aku memutuskan untuk beranjak dari jembatan spot sunrise.  Kaki terus melangkah di jalan setapak. Matahari mengintip dari celah-celah rindangnya pohon.  Aku menebar pandang ke berbagai arah berharap ada spot-spot menarik yang bisa aku abadikan.

Aku kembali terkejut ketika mendapati ada kolam renang yang didalamnya terdapat air berwarna hijau pekat karena percampuran lumut dan kotoran yang menahun.  Kolam ini sangat besar, tapi sayang ilalang dan rumput-rumput liar berlomba memenuhi pingiran kolam. 

Aku terus berjalan sambil meredam tanya dan rasa penasaran.  Tidak jauh dari kolam juga terdapat lapangan golf yang sama rimbunnya ditumbuhi rumput-rumput liar.  Dan dari kejauhan aku bisa menyaksikan ada helipad atau lapangan tempat mendaratnya helikopter.  Mungkin ini yang membuat Pulau Bira dikenal sebagai Pulau untuk kalangan menengah atas.  Tapi, aku tambah bingung.

Akhirnya, semua pertanyaanku terjawab.  Ketika seorang bapak tua yang mengelola cottage ini berkisah tentang Pulau Bira di masa-masa kejayaannya pada tahun 90- an.
Pulau Bira pada masa awal pembangunannya adalah pulau milik keluarga presiden di masa itu.  Hampir di setiap hari libur atau di hari-hari biasa keluarga besar presiden acap kali menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di pulau ini.  dan tentu saja mereka tidak pernah merasakan bagaimana digoyang ombak saat berada di kapal speed boat.  Helikopter adalah alat transportasi yang membawa mereka mendarat di Pulau Bira.  Saat itu lalu lintas orang-orang menengah atas berkunjung ke Pulau Bira bisa dikatakan sangat padat.

karang warna warni
Air laut jernih alami

Ikan Pari di sela-sela karang

Warna laut yang bergradasi
Tetapi, sejak krisis moneter dan kekuasaan presiden tumbang, pengelola pulau ini diserahkan kepada anak perusahaan salah satu BUMN yang ada di negeri ini.  Sepertinya pengelola baru tidak fokus dan akhirnya, Pulau Bira yang elegan dan sangat prestisius di masanya menjadi seonggok kenangan yang menyisakan cerita di masa sekarang.

Waktu telah menyulap tempat yang sama menjadi sebuah realita yang berbeda.  Kisah pada masa itu sangat ironis dengan cerita kita hari ini.  Selamat Tinggal Pulau Bira, terimakasih sudah mengukir satu kenangan dalam perjalanan kami.  [Nani Djabar]

Selasa, 13 Oktober 2015

Jelajah Pulau, Menikmati Beragam Rasa

Jelajah Pulau, Menikmati Beragam Rasa.  Kabut pagi masih terasa, saat aku dan keluarga meninggalkan rumah menuju Marina Ancol.  Jalanan masih relatif sepi, jalan tol masih tidak terlalu padat.  Ban mobil kami menggilas aspal dengan kecepatan diatas 100km/jam.  Berharap bisa tepat waktu sampai  ke Marina Ancol, mengingat kapal Speed Boat akan mulai bergerak tepat jam 8 pagi.

Menikmati akhir pekan dengan menjelajah pulau-pulau di Kepulauan Seribu adalah tujuan perjalanan kami.  Tapi kali ini kami bersama rombongan dari travel agen, Java Travel World yang berjumlah 20 orang.  Berharap weekend kali ini bisa lebih seru dan menyenangkan dibanding ketika hanya aku dan keluarga-ku saja.
Sekitar jam 7 pagi, mobil kami telah merapat di Gerbang Pintu Barat Ancol.  Seorang personil Java Travel World telah menunggu disana untuk  membagikan kupon gratis masuk ancol.

Mobil kami bergerak mengikuti papan penunjuk arah menuju Dermaga Marina.  Selang beberapa menit,  kapal-kapal Speed Boat mulai Nampak dari kejauhan, pertanda Dermaga sudah di depan mata. 

Setelah mencari parkir mobil di tempat yang aman untuk bermalam, kami berjalan menuju Dermaga dengan membawa tas ransel masing-masing.  Mulai terlihat hilir mudik para calon wisatawan baik lokal maupun asing.  Satu persatu Dermaga kami lalui, Dermaga 16 yang sedang kami tuju ternyata cukup jauh dari tempat parkir mobil. 

Tak satupun personil Java Travel kami temui di Dermaga 16, padahal jam sudah bergeser lima belas menit dari angka 7.  Sambil menunggu anggota rombongan dan  pihak Java Travel, aku manfaatkan untuk mengambil gambar kapal-kapal Speed Boat yang sedang bersandar di Pelabuhan Marina.   Cukup terik matahari pagi saat itu.  Peluh pun mulai terasa di kulit.


www.nanidjabar.blogspot.com
Kapal Speed Boat

Darmaga 16
Dermaga 16
Menit ke menit terus bergulir, satu persatu anggota rombongan kami berdatangan.  Reza-Travel Guide, menyapa dan memperkenalkan beberapa orang yang akan berangkat bersama rombongan kami.  Aku melihat wajah-wajah tersenyum dibalik keramahan bertegur sapa.  Dan kamipun  terlibat dalam obrolan ringan.

 Matahari pagi makin terasa sengatannya, udara pantai pelabuhan terasa begitu gersang ditengah kerumunan orang-orang  yang masih terlihat sebagian hilir mudik.   Ah, rasanya sudah tidak sabar  ingin mengarungi lautan, merasakan udara laut yang kencang menerpa-nerpa wajah.

Aku mengarahkan pandangan ke deretan kapal speed boat yang sedang tertambat.   Kapal-kapal itu tidak diam, oleng ke kanan dan kiri.  Ada kursi pengemudi di lantai atas. Dan di belakang pengemudi tersedia empat kursi untuk penumpang yang berani berada di ketinggian.  Aku tidak bisa membayangkan, jika aku menempati salah satu kursi penumpang saat kapal sedang berjalan.  Seperti sedang berselancar menggunakan banana boat di tengah lautan yang dalam.  Tapi ini bukan banana boat yang seru itu, tentu tidak menarik buatku.

Jam delapan, kami dan seluruh rombongan sudah berada di atas kapal.   Tentu saja aku memilih tempat duduk di lantai bawah, dalam ruangan ber AC, bersih dan tempat duduk yang empuk berbusa.

Setengah jam terlewati, semua diam membisu.  Hanya suara ombak yang terdengar menderu-deru dari balik dinding kapal.  Kapal mulai bergoyang tak beraturan.  Naik turun dengan goncangan yang keras dan mengaduk-ngaduk isi perut.  Aku mulai merasa tidak nyaman.   Apalagi ingat Mas Reza mengatakan kalau perjalanan memakan waktu tempuh sekitar 3 jam.  Haduh, masih lama sekali aku harus tersiksa dalam kondisi seperti ini.

Hampir menyentuh satu jam perjalanan, ternyata bukan hanya aku yang mengeluh tidak nyaman.  Seorang wanita yang persis duduk di depan aku juga mengeluhkan hal yang sama.  Dia menawarkan obat anti mabuk yang aku sambut dengan senang hati.  Glek, obat anti mabuk sudah kupastikan sampai di perut dan berharap ketidaknyamanan ini segera berakhir.  Menit-menit berputar  terasa begitu lama.  Sementara ombak di luar sana sepertinya makin keras, kapal speed boat yang aku tumpangi melaju makin kencang dari sebelumnya.  Isi perutku rasanya sudah mulai mendesak naik ke dada.  Aku sudah menyiapkan  kantong plastik khawatir aku tak sanggup lagi untuk menahan isi perut agar tidak keluar.

Satu setengah jam sudah, kami berada di tengah lautan.  Aku memejamkan mata, berharap kantuk bisa meminimalisir rasa mual dan pusing.  Kurasai, kapal speed boat kami berjalan makin lambat.  Dan seketika aku membuka mata, samar-samar kulihat ada pohon-pohon hijau di pinggiran pantai.  Ada jembatan kayu yang panjang semakin mendekat.  Mas Reza bangkit dari tempat duduknya. 

“Kita sudah sampai,” teriaknya sambil mengintip ke jendela.

Aku terperangah, melirik ke jam yang ada di pergelangan tanganku.  Baru 1,5 jam perjalanan.  Aku memasang muka tidak percaya di hadapan Mas Reza.

“Benar,  kita sudah sampai, kecepatan kapal sangat tinggi, mari kita keluar ,” ajaknya kepada seluruh rombongan.

Aku langsung berdiri dan benar saja, kapal speed boat kami sudah ditambatkan.  Pintu kapal sudah dibuka, dihadapan kami jembatan panjang pelabuhan sudah menanti untuk diinjak.


Haps, aku melompat dari tepi kapal ke atas jembatan kayu yang lebarnya sekitar dua meter.  Kutarik nafas dalam-dalam, sambil sesekali merentangkan tangan menghirup udara segar di alam lepas lautan.  Seketika, rasa pusing dan mual menguap entah kemana.  Alhamdulillah.

Teman-teman satu rombongan berhamburan keluar kapal.  Terlihat jelas wajah-wajah riang ketika berada di atas jembatan.  Sesi foto-foto pun tak mungkin terlewatkan. 

jembatan kayu yang panjang
Berlabuh di Dermaga Pulau Bira


pulau bira kep. seribu
Jembatan menuju Pulau Bira
Ini jembatan pelabuhan Pulau Bira, pulau yang dipilih Java Travel sebagai tempat bermalam setelah letih menjelajah pulau.  Pulau tak berpenghuni.  Sunyi senyap dan menenangkan.  Apalagi kapal kami adalah kapal pertama yang bersandar pada hari itu.

Keheningan itu makin terasa ketika kami memasuki area cottage.  Pohon-pohon besar rindang diperkirakan usia puluhan tahun berjejer di pingggiran pantai.  Cottage-cottage berdiri menghadap ke pantai.  Ada puluhan cottage di pulau ini.  Tapi semuanya terlihat kosong, dan terkesan sedikit suram.

sepi dan menenangkan
Pulau Bira, menuju Cottage

Usai makan siang dan sholat dzuhur, kegiatan menjelajah pulau dimulai.

Pihak Java Travel menyediakan dua perahu jelajah, satu untuk rombongan wanita dan satu lagi untuk  rombongan pria.  Pulau pertama yang disambangi adalah Pulau Macan.   Pulau yang terkenal dengan resortnya ini memang menawan.  Sangat tepat untuk para wisatawan berkantong tebal yang ingin menikmati ‘surga’ di pulau impian.  Tapi sayang, rombongan kami hanya melakukan aktivitas snorkeling di pulau ini. 

pulau macan
Snorkeling di Pulau Macan



Setelah puas bersnorkeling ria, perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Tongkeng.  Berlabuh di Dermaga Pulau Tongkeng serasa berlabuh di Pulau Pribadi.  Air laut terhampar luas di depan mata, warnanya bergradasi hijau, biru bersanding dengan warna putih pasir yang halus dan bersih.  Batu-batu karang jelas terlihat dari permukaan air, menandakan air di pulau ini masih alami, belum tercemar sama sekali.  Setiap kali menyaksikan karang warna warni dibalik air yang bening, setiap itu pula aku merasa berada di dalam sebuah akuarium raksasa alam semesta.  Sesi foto-foto pun berlanjut.

Dermaga Pulau Tongkeng
Dermaga Pulau Tongkeng

Pinggir Pantai Pulau Tongkeng
Lepas dari Pulau Tongkeng, jelajah selanjutnya adalah ke Pulau Dolpin. 

Hanya kurang lima belas menit, perahu yang kami tumpangi sudah mendarat di Dermaga Pulau Dolpin.  Sayang perahu kandas.  Kami terpaksa harus turun dari perahu dan berbasah-basahan selutut karena perahu tidak bisa menyentuh langsung bibir pantai.

Pulau Dolpin berbeda dengan pulau-pulau lainnya.  Pulau ini menjadi transit para wisatawan untuk  melepas lapar setelah berputar ke beberapa pulau tak berpenghuni.  Disini tersedia banyak jajanan ringan dan berat.  Atau singgah sejenak untuk memanjakan lidah dengan es kelapa yang segar sambil menikmati sepoi-sepoi angin pantai, menjadi pilihan yang tepat.


Pulau Dolpin tempat transit wisatawan
Pulau Dolpin

Tidak lama kami berada di Pulau Dolpin ini, karena  kami ingin menghabiskan waktu sore dengan menyaksikan sunset di Pulau Perak.

Dan perjalananpun berlanjut ke Pulau Perak.
Sampai di Pulau Perak, bias merah langit mulai terlihat.  Suasana di pulau ini cukup ramai.  Sepertinya banyak para wisatawan yang sengaja menanti sunset dan memanfaatkan saat-saat terbenamnya matahari untuk berfoto ria.  Pantainya yang landai dan menantang arah tenggelamnya matahari,  pasir putih halus dan air yang jernih merupakan kombinasi yang pas untuk bermain-main menceburkan diri di pantai.  Untuk yang berani, bisa memilih permainan banana boat yang seru dan dijamin ketagihan setelah melakukannya.

Untuk anak-anak, di pinggiran pantai diatas permukaan butiran pasir putih yang halus terdapat ayunan yang bisa dijadikan alternatif hiburan setelah puas bermain di air.

saat-saat tenggelamnya matahari
Sunset di Pulau Perak


Ah, tak terasa langit mulai gelap samar-samar.  Badanpun mulai terasa letih.  Sudah saatnya beristirahat, melemaskan otot-otot agar esok hari bisa melanjutkan itenarary berikutnya.  Perahu kamipun melaju perlahan, kembali menuju ke Pulau Bira, pulau tempat peristirahatan.  [Nani Djabar]

Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...