Minggu, 17 Mei 2015

Menggapai Langit-Mu di Mount Titlis, Switzerland


Menggapai Langit-Mu  di Mount Titlis, Switzerland.  Sejatinya setiap perjalanan bagiku adalah rihlah.  Sajadah panjang yang membukakan mata, menajamkan telinga, dan melembutkan hati, akan banyak hal yang bertabur di belahan bumi Allah. 


Tadabbur, tafakur dan tasyakur, itulah kira-kira yang menjadi motivasi terbesar setiap kali melakukan perjalanan, kemanapun, kapanpun dan dimanapun.


Switzerland merupakan negara terakhir yang kami kunjungi selama di Eropa setelah Barcelona, french, Monaco dan Italy.  Tapi, kunjungan ke negara ini yang paling unik dan berkesan.


Ketika memasuki kota Switzerland atau Swiss  di penghujung Desember 2013.  Saat puncak musim dingin.  Salju menyelimuti bumi Swiss yang damai.  Ke arah manapun melempar pandangan, mata akan selalu tertumbuk pada limpahan salju.  Jalan-jalan mulus tertutup salju, pohon-pohon beruntai salju, bukit-bukit, rumah-rumah, pertokoan, seluruh pori-pori bumi swiss diliputi oleh genangan salju.  Subhanallah….sangat mempesona, indah, nyaman dan menenangkan, ibarat sedang menyaksikan lukisan alam yang membangun berjuta imajinasi.

switzerland


swiss

Entahlah, tiba-tiba desiran halus merembesi sisi-sisi hati.  Betapa Dia Maha Indah.  Apa yang aku lihat dengan kasat mata merupakan satu bukti akan Kuasa-Nya.  Tak henti-henti bathin ini mengucap kalimat dzikir.  Suhu dibawah minus 15 derajat tak membuatku menggigil kedinginan.  Sebaliknya bagai nutrisi jiwa yang mengalirkan kehangatan ke sekujur tubuh.  Dan akupun tak sanggup mencegah bulir-bulir hangat berkejaran di pipiku…… ehm…


Tujuan utama aku dan keluarga di Kota Swiss ini adalah ingin merasakan sensasi menghirup udara bertabur salju di puncak Mount Titlis.



Titlis adalah sebuah gunung di pegunungan Alps dan terletak di Engelberg, sebuah desa dekat Kota Lucerne di Swiss.


Puncak Titlis mencapai 3.020 meter. Dan berlokasi di atas garis salju beriklim salju  dengan salju abadi sepanjang tahun dan temperatur  yang berada pada titik beku.


Untuk sampai ke puncak Mount Titlis tidaklah sulit. Karena sudah difasilitasi berbagai alat canggih yang menghantarkan wisatawan hanya dalam hitungan menit telah bisa menginjakkan kaki di puncaknya.  Berbeda dengan pegunungan di negeri kita.  Yang harus bersusah payah mendaki , butuh nyali dan energi ekstra dan bukan tanpa resiko.  Hanya orang-orang “berani” saja yang bisa menikmati keindahan alam dari puncak gunung negeri kita.


salju di switzerland

saat musim dingin
Bis travel yang kami tumpangi melaju kencang menembus arakan salju.  Sampai di area parkir, di lereng Mount Titlis, udara dingin makin menusuk-nusuk persendian, namun menyaksikan keindahan bukit-bukit salju dan berjalan di atas permukaan es menjadi sensasi tersendiri yang sulit diungkapkan.


Perjalanan menuju puncak Mount Titlis dimulai.  Pertama, Cable Car  dengan muatan  4 orang membawa kami terbang hingga di ketinggian beberapa ribu meter.  Kemudian dilanjutkan dengan kereta gantung yang membawa kami mengitari arena salju yang luas terbentang. 

Bagaikan burung yang terbang bebas di udara sambil menikmati pemandangan yang luar biasa indah bertabur salju.  Sungguh, sebuah keindahan bak lukisan dimana alam semesta sebagai kanvasnya.  Daun-daun cemara hijau mengintip dibalik timbunan salju yang memutih berkilau diterpa hangat mentari.  Langit biru kontras dan manusia-manusia yang berseluncur terlihat begitu kecil. 


Perjalanan kami belum selesai.  Keluar dari kereta gantung, kami kembali  menaiki rotair yang akan mendaratkan kami persis di Puncak Mount Titlis.


Rotair adalah sejenis kereta gantung yang bisa berputar 360 derajat.  Dari atas rotair kembali disuguhi pemandangan yang tak kalah indahnya.  Menakjubkan, perpaduan warna hijau pohon, putih salju dan langit biru terbentang …. Ahhhh, what a beautiful snow….Unforgettable memories…
halaman parkir mount titlis

kereta gantung mount titlis



Tiba-tiba dada ini sesak, mengagumi kebesaran-Nya.  Betapa diri ini sangat kecil, hina dan tidak ada apa-apanya.  Rasa syukur selama ini belumlah setara dengan segala nikmat yang telah Dia kucurkan.  Hanya karena Ke-Maha-an-Nya jualah  aku dan keluarga bisa menapakkan kaki di bumi-Nya yang luar biasa indahnya.


Akhirnya , lebih kurang 40 menit, rotair berhasil mendamparkan kami persis di Puncak Mount Titlis dengan ketinggian mencapai sepuluh ribu kaki atau setara dengan tiga ribu meter lebih.

Oh My God…. Bermain di atas hamparan salju dan bermandikan bulir-bulir lembut salju yang menerpa-nerpa wajah dan sekujur tubuh tiada henti adalah pengalaman yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

salju abadi






puncak salju abadi swiss




Sungguh, hamparan bumi yang luas dengan segala keanekaragamannya, gunung-gunung  yang menjulang dan bagaimana langit ditinggikan dan darinya tercurah limpahan rahmat adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir. 


Aku jadi teringat Seorang berkebangsaan Maroko, Ibnu Battutah.  Pengembara muslim yang gagah dan gemar melakukan penjelajahan ke berbagai penjuru dunia.  Adalah sebuah kepantasan jikalau beliau mengabadikan kisah-kisah perjalanannya dalam sebuah kitab yang berjudul Rihlah.  Perjalanan panjang yang mengekalkan akan kecintaan pada Sang Maha dan sekaligus mengokohkan keagungan betapa luas ciptaan Sang Penguasa  Alam Semesta.


Atau yang lebih dekat dan aku mengenalnya sebagai writer dan jilbab traveler.  Sosok bersahaja Asma Nadia, ratusan kota dari berpuluh negara-negara di dunia menjadi saksi perjalanannya.


Belajar dari beliau-beliau dan mungkin lebih banyak lagi penjelajah muslim lainnya di luar sana yang semakin sering frekuensi perjalanannya justru membuat dirinya makin tunduk pada Sang Maha, makin rendah hatinya, makin baik tutur katanya dan makin mulia akhlaknya,….*semoga selalu istiqomah ya Mbak Asma Nadia…


Ketika pernah  mengikuti mata kuliah yang diajar oleh Ustad DR. Ahzami Samiun Djazuli, MA  beliau mengatakan “Kalian harus berorientasi hijrah ke berbagai tempat di belahan bumi, jangan betah hanya berkutat di Indonesia”


Aku menarik kesimpulan sendiri setelah merangkai perjalanan yang sedikit dan belum seberapa.  Tapi menurutku tidak hanya frekuensi perjalanannya tapi lebih kepada bagaimana memahami dan melakukan perenungan dari setiap yang dilihat, dirasakan… membuka mata dan hati bahwa sesungguhnya dunia ini begitu luas dan diri ini begitu kecil.


Robbi….izinkan kami bisa menjelajahi bumi-Mu di belahan yang lain.  Berharap menjadi salah satu cara bagi kami untuk menggapai langit cinta-Mu.



Note : Tips berkunjung ke Mount Titlis


·         *Jika kamu membawa keluarga sebaiknya gunakan jasa tour and travel, karena tour leader akan memandu dan memfasilitasi semua yang kamu inginkan.  Kamu cukup fokus pada keluarga karena suhu dibawah titik beku membutuhkan kepedulian ekstra terhadap diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai.  Tidak direpotkan untuk membeli tiket, mencari informasi tahapan perjalanan, tempat makan, tempat shopping dan lain-lain.  Berbeda jika kamu seorang backpacker, tentu lebih suka berpetualang.


·         *Gunakan sepatu winter yang bagian bawah berstruktur, jika boot itu lebih baik.  Karena berjalan di atas salju yang licin  beresiko terpeleset.


·         *Kenakan pakaian winter secara lengkap, dimulai dari long john, pakaian biasa (sebaiknya berbahan wol), sweater berbahan wol dan terakhir mantel winter yang tebal berbusa.  Jangan lupa memakai sarung tangan winter dan penutup kepala.  Enjoy your trip.

***


·       

12 komentar:

  1. bener mba... makin bnyk kita traveling ke tempat2 baru, negara baru, makin berasa kita ini ga ada apa2nya... seharusnya org2 yg sadar jd makin rendah hati ya... akupun jd pengin sebanyak mungkin melihat kota2 lain di dunia :) Nunggu babyi umur 5ato6 thn dulu baru ke negara2 winter...spy dia kuat dan udh ngerti gitu tempat2 yg didatangin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak fanny...smg makin sering ngeliat ciptaan Nya...kita makin deket dan patuh pd Nya.... :)

      Hapus
  2. aaamiin...
    sering lihat liputan jalan2 di LN,asik ya bisa sampai puncak gunung dengan cable car dan sejenisnya,g perlu susah payah mendaki hehehe...
    mak,tomboy follow bologna koi g ada ya?? :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada kok mak... dibawah popular post...scroll kebawah..ada follow by email.. :)

      Hapus
  3. ketika ayuk baru mikir2 bagaimana bisa melihat salju, Nani sdh sampai duluan di Mount Titlis, benar2 keren perjalanannya... Semoga suatu saat ayuk bs menjejakkan kaki di benua biru...kapan ye...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kun fayakun yuk.... tdnyo aku jgo berpikir spt itu....tp tdk ada yg tdk mungkin di sisi Allah.... bermimpi..berdoa...hehehe..
      mokaseh yuk dh mampir

      Hapus
  4. Subhanallah indahnya pemandangan Mount Titlis, Switzerland.. Jadi ingin melihat dan bermain dengan salju ^_^

    Http://beautyasti1.blogspot.com

    BalasHapus
  5. hmm...salju...gimana ya rasanya berada di negeri bersalju...asik sekali mak perjalanannya :)

    BalasHapus
  6. Subhanaallah mbak nani.. saya jadi ikutan meneteskan air mata. Sungguh selama ini saya banyak mengeluh sedang di luar sana banyak sekali nikmat yang tuhan berikan untuk kita semua. Tinggal kita nya saja yg sepatutnya lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Terimakasih atas kisah sebegini apiknya.. Semoga saya bisa nyusul mbak nani dengan perjalanannya yg sangat luar biasa. Love you, mbak nan ^3^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trmksh juga mb sdh meluangkan wkt mampir....love u 2 :)

      Hapus

Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...