Menggapai Langit-Mu di Mount Titlis, Switzerland. Sejatinya setiap perjalanan bagiku adalah
rihlah. Sajadah panjang yang membukakan
mata, menajamkan telinga, dan melembutkan hati, akan banyak hal yang bertabur
di belahan bumi Allah.
Tadabbur, tafakur dan tasyakur, itulah kira-kira yang
menjadi motivasi terbesar setiap kali melakukan perjalanan, kemanapun, kapanpun
dan dimanapun.
Switzerland merupakan negara terakhir yang kami kunjungi
selama di Eropa setelah Barcelona, french, Monaco dan Italy. Tapi, kunjungan ke negara ini yang paling
unik dan berkesan.
Ketika memasuki kota Switzerland atau Swiss di penghujung Desember 2013. Saat puncak musim dingin. Salju menyelimuti bumi Swiss yang damai. Ke arah manapun melempar pandangan, mata akan
selalu tertumbuk pada limpahan salju.
Jalan-jalan mulus tertutup salju, pohon-pohon beruntai salju,
bukit-bukit, rumah-rumah, pertokoan, seluruh pori-pori bumi swiss diliputi oleh
genangan salju. Subhanallah….sangat
mempesona, indah, nyaman dan menenangkan, ibarat sedang menyaksikan lukisan alam
yang membangun berjuta imajinasi.
Entahlah, tiba-tiba desiran halus merembesi sisi-sisi
hati. Betapa Dia Maha Indah. Apa yang aku lihat dengan kasat mata
merupakan satu bukti akan Kuasa-Nya. Tak
henti-henti bathin ini mengucap kalimat dzikir.
Suhu dibawah minus 15 derajat tak membuatku menggigil kedinginan. Sebaliknya bagai nutrisi jiwa yang
mengalirkan kehangatan ke sekujur tubuh.
Dan akupun tak sanggup mencegah bulir-bulir hangat berkejaran di
pipiku…… ehm…
Tujuan utama aku dan keluarga di Kota Swiss ini
adalah ingin merasakan sensasi menghirup udara bertabur salju di puncak Mount
Titlis.
Titlis adalah sebuah gunung di pegunungan Alps dan
terletak di Engelberg, sebuah desa dekat Kota Lucerne di Swiss.
Puncak Titlis mencapai 3.020 meter. Dan berlokasi di
atas garis salju beriklim salju dengan
salju abadi sepanjang tahun dan temperatur yang berada pada titik beku.
Untuk sampai ke puncak Mount Titlis tidaklah sulit. Karena
sudah difasilitasi berbagai alat canggih yang menghantarkan wisatawan hanya
dalam hitungan menit telah bisa menginjakkan kaki di puncaknya. Berbeda dengan pegunungan di negeri
kita. Yang harus bersusah payah mendaki
, butuh nyali dan energi ekstra dan bukan tanpa resiko. Hanya orang-orang “berani” saja yang bisa
menikmati keindahan alam dari puncak gunung negeri kita.
Bis travel yang kami tumpangi melaju kencang menembus arakan
salju. Sampai di area parkir, di lereng
Mount Titlis, udara dingin makin menusuk-nusuk persendian, namun menyaksikan
keindahan bukit-bukit salju dan berjalan di atas permukaan es menjadi sensasi
tersendiri yang sulit diungkapkan.
Perjalanan menuju puncak Mount Titlis dimulai. Pertama, Cable Car dengan muatan
4 orang membawa kami terbang hingga di ketinggian beberapa ribu
meter. Kemudian dilanjutkan dengan
kereta gantung yang membawa kami
mengitari arena salju yang luas terbentang.
Bagaikan burung yang terbang bebas di udara sambil menikmati pemandangan
yang luar biasa indah bertabur salju.
Sungguh, sebuah keindahan bak lukisan dimana alam semesta sebagai
kanvasnya. Daun-daun cemara hijau
mengintip dibalik timbunan salju yang memutih berkilau diterpa hangat
mentari. Langit biru kontras dan
manusia-manusia yang berseluncur terlihat begitu kecil.
Perjalanan kami belum selesai. Keluar dari kereta gantung, kami kembali menaiki rotair yang akan mendaratkan kami
persis di Puncak Mount Titlis.
Rotair adalah sejenis kereta gantung yang bisa berputar 360
derajat. Dari atas rotair kembali
disuguhi pemandangan yang tak kalah indahnya.
Menakjubkan, perpaduan warna hijau pohon, putih salju dan langit biru
terbentang …. Ahhhh, what a beautiful snow….Unforgettable memories…
Tiba-tiba dada ini sesak, mengagumi kebesaran-Nya. Betapa diri ini sangat kecil, hina dan tidak
ada apa-apanya. Rasa syukur selama ini
belumlah setara dengan segala nikmat yang telah Dia kucurkan. Hanya karena Ke-Maha-an-Nya jualah aku dan keluarga bisa menapakkan kaki di
bumi-Nya yang luar biasa indahnya.
Akhirnya , lebih kurang 40 menit, rotair berhasil
mendamparkan kami persis di Puncak Mount Titlis dengan ketinggian mencapai
sepuluh ribu kaki atau setara dengan tiga ribu meter lebih.
Sungguh, hamparan bumi yang luas dengan segala
keanekaragamannya, gunung-gunung yang
menjulang dan bagaimana langit ditinggikan dan darinya tercurah limpahan rahmat
adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.
Aku jadi teringat Seorang berkebangsaan Maroko, Ibnu Battutah. Pengembara muslim yang gagah dan gemar
melakukan penjelajahan ke berbagai penjuru dunia. Adalah sebuah kepantasan jikalau beliau
mengabadikan kisah-kisah perjalanannya dalam sebuah kitab yang berjudul
Rihlah. Perjalanan panjang yang
mengekalkan akan kecintaan pada Sang Maha dan sekaligus mengokohkan keagungan
betapa luas ciptaan Sang Penguasa Alam
Semesta.
Atau yang lebih dekat dan aku mengenalnya sebagai writer dan
jilbab traveler. Sosok bersahaja Asma
Nadia, ratusan kota dari berpuluh negara-negara di dunia menjadi saksi
perjalanannya.
Belajar dari beliau-beliau dan mungkin lebih banyak lagi
penjelajah muslim lainnya di luar sana yang semakin sering frekuensi
perjalanannya justru membuat dirinya makin tunduk pada Sang Maha, makin rendah
hatinya, makin baik tutur katanya dan makin mulia akhlaknya,….*semoga selalu
istiqomah ya Mbak Asma Nadia…
Ketika pernah
mengikuti mata kuliah yang diajar oleh Ustad DR. Ahzami Samiun Djazuli,
MA beliau mengatakan “Kalian harus
berorientasi hijrah ke berbagai tempat di belahan bumi, jangan betah hanya
berkutat di Indonesia”
Aku menarik kesimpulan sendiri setelah merangkai perjalanan
yang sedikit dan belum seberapa. Tapi
menurutku tidak hanya frekuensi perjalanannya tapi lebih kepada bagaimana
memahami dan melakukan perenungan dari setiap yang dilihat, dirasakan… membuka
mata dan hati bahwa sesungguhnya dunia ini begitu luas dan diri ini begitu
kecil.
Robbi….izinkan kami bisa menjelajahi bumi-Mu di belahan yang
lain. Berharap menjadi salah satu cara bagi
kami untuk menggapai langit cinta-Mu.
Note : Tips berkunjung ke Mount Titlis
·
*Jika kamu membawa keluarga sebaiknya gunakan
jasa tour and travel, karena tour leader akan memandu dan memfasilitasi semua
yang kamu inginkan. Kamu cukup fokus
pada keluarga karena suhu dibawah titik beku membutuhkan kepedulian ekstra
terhadap diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai. Tidak direpotkan untuk membeli tiket, mencari
informasi tahapan perjalanan, tempat makan, tempat shopping dan lain-lain. Berbeda jika kamu seorang backpacker, tentu
lebih suka berpetualang.
·
*Gunakan sepatu winter yang bagian bawah
berstruktur, jika boot itu lebih baik.
Karena berjalan di atas salju yang licin
beresiko terpeleset.
·
*Kenakan pakaian winter secara lengkap, dimulai
dari long john, pakaian biasa (sebaiknya berbahan wol), sweater berbahan wol
dan terakhir mantel winter yang tebal berbusa.
Jangan lupa memakai sarung tangan winter dan penutup kepala. Enjoy your trip.
***
***
·
bener mba... makin bnyk kita traveling ke tempat2 baru, negara baru, makin berasa kita ini ga ada apa2nya... seharusnya org2 yg sadar jd makin rendah hati ya... akupun jd pengin sebanyak mungkin melihat kota2 lain di dunia :) Nunggu babyi umur 5ato6 thn dulu baru ke negara2 winter...spy dia kuat dan udh ngerti gitu tempat2 yg didatangin
BalasHapusIya mbak fanny...smg makin sering ngeliat ciptaan Nya...kita makin deket dan patuh pd Nya.... :)
Hapusaaamiin...
BalasHapussering lihat liputan jalan2 di LN,asik ya bisa sampai puncak gunung dengan cable car dan sejenisnya,g perlu susah payah mendaki hehehe...
mak,tomboy follow bologna koi g ada ya?? :(
Ada kok mak... dibawah popular post...scroll kebawah..ada follow by email.. :)
Hapusketika ayuk baru mikir2 bagaimana bisa melihat salju, Nani sdh sampai duluan di Mount Titlis, benar2 keren perjalanannya... Semoga suatu saat ayuk bs menjejakkan kaki di benua biru...kapan ye...
BalasHapusKun fayakun yuk.... tdnyo aku jgo berpikir spt itu....tp tdk ada yg tdk mungkin di sisi Allah.... bermimpi..berdoa...hehehe..
Hapusmokaseh yuk dh mampir
Subhanallah indahnya pemandangan Mount Titlis, Switzerland.. Jadi ingin melihat dan bermain dengan salju ^_^
BalasHapusHttp://beautyasti1.blogspot.com
Iya mbak.....indaaahh dan berkesan :)
Hapushmm...salju...gimana ya rasanya berada di negeri bersalju...asik sekali mak perjalanannya :)
BalasHapusAlhamdulillah mbak...:)
HapusSubhanaallah mbak nani.. saya jadi ikutan meneteskan air mata. Sungguh selama ini saya banyak mengeluh sedang di luar sana banyak sekali nikmat yang tuhan berikan untuk kita semua. Tinggal kita nya saja yg sepatutnya lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Terimakasih atas kisah sebegini apiknya.. Semoga saya bisa nyusul mbak nani dengan perjalanannya yg sangat luar biasa. Love you, mbak nan ^3^
BalasHapusTrmksh juga mb sdh meluangkan wkt mampir....love u 2 :)
Hapus