Minggu, 04 Oktober 2015

Mengutuk Kabut Asap atas nama Kemanusiaan

www.nanidjabar.blogspot.com
sumber gambar : internet
Mengutuk Kabut Asap atas nama Kemanusiaan.  Sabtu pagi 2 Oktober, tidak hanya miris tapi hati serasa teriris membaca berita di halaman pertama Harian Kompas yang bertajuk “Korban Kabut Asap Terus Bertambah”, diberitakan dua korban meninggal akibat terlalu banyak menghirup asap.  Sontak, rasa keibuanku tersentuh, air matapun menitik. “Keterlaluan”, geramku dalam hati.

Sejak Juli, hingga memasuki Oktober tercatat 44.211 warga Riau terjangkit ISPA, dan dalam  tiga pekan terakhir jumlah penderita ISPA meningkat lebih dari 250%.  Di Jambi jumlah penderita ISPA pada September mencapai 40.786 atau meningkat dua kali lipat dibanding Agustus yang mencapai 27.800.  Begitu juga di Kalimantan Tengah dan Palembang, hingga Oktober jumlah penderita ISPA dan Pneumonia berat terus bertambah. (Kompas 2/10).

Itu yang tercatat.  Masih banyak fakta di lapangan yang tidak tersentuh oleh media.   Warga yang terkena dampak kabut asap tidak semuanya dari kalangan yang mampu mengunjungi dokter atau rumah sakit.  Karena alasan ekonomi mereka hanya bisa mencegah dengan obat-obat warung yang belum tentu tepat penggunaanya atau bisa jadi berpasrah pada keadaan sehingga wajar jika kematian merenggut ketika mereka sedang berada di kebun atau sawah milik mereka.  Tragis!!!

Sungguh naïf dan tidak berprikemanusiaan ketika masih ada yang nyinyir mengatakan bahwa teriakan dan jeritan dari berbagai pihak sebagai upaya mendiskreditkan pemerintahan saat ini.

Pake hati nurani  dong ! saya punya kerabat dan teman-teman yang berada di daerah yang terkena kabut asap.  Mata mereka perih, tenggorokan sakit, yang sedang hamil khawatir dengan janin di perutnya, yang punya bayi sedih melihat dada anaknya kembang kempis susah bernafas, para manula  terserang batuk akut, banyak aktivitas tertunda, anak-anak tidak bisa sekolah, lalu lintas darat udara terganggu dan masih banyak lagi dampak-dampak negatif secara materil dan imateril yang tidak akan cukup dituliskan dalam berlembar-lembar kertas…. Mereka menunggu dan menunggu kapan kehidupan mereka bisa normal kembali.

Kalau sudah begini,  siapa yang patut disalahkan???

Saya terlalu bodoh dan tidak cerdas untuk memahami aktor dibalik sandiwara kabut asap ini.  Apalagi untuk mengetahui siapa sesungguhnya sang sutradara?

Tidak sepenuhnya benar jika kabut asap ini dikatakan sebagai bencana.  Mari kita renungkan bersama firman Allah berikut ini :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.  Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar" (Qs Ar-Rum : 41).

Sudah menjadi rahasia umum di negeri ini, membakar hutan atau lahan adalah cara yang paling ekonomis untuk membuka lahan baru.  Tapi mengapa baru sekarang fenomena kabut asap menjadi sedemikian dahsyat??? Apakah karena tingkat keserakahan manusia yang semakin meningkat dan meluas??? Bisa jadi!!!
Ketika hutan/lahan yang seyogyanya adalah milik publik dijadikan sarana empuk untuk mengisi kantong-kantong pribadi. Pembakaran hutan/lahan telah menjadi “kejahatan terorganisir” dimana ada kelompok-kelompok yang jelas pembagian tugasnya dan masing-masing mendapatkan persentase keuntungan baik secara individu maupun korporasi.   Rantai keserakahan ini terus berlanjut, membuat para pelakunya haus dan haus untuk meraup keuntungan yang lebih besar.   Dan hal yang paling menyulitkan untuk ditegakkannya hukum adalah ternyata para aktor ini mempunyai hubungan dengan orang-orang kuat, baik di tingkat kabupaten, nasional bahkan diatasnya.  Sungguh mengerikan!!!

Lalu apa yang bisa kita lakukan???

Saya sangat menghargai upaya dari saudara-saudara kita yang perduli untuk meminimalisir  dampak negatif kabut asap dengan membagikan masker (meskipun pengajuan masker N95 tidak digubris oleh pemerintah pusat), menanam pohon yang bisa memfilter kabut asap, anjuran minum banyak air putih, mengurangi aktivitas di luar dan sebagainya.  Tapi semua itu tidak akan mnyelesaikan masalah jika sumber akar masalahnya tidak dihentikan.

Sebelum lebih banyak lagi korban, mari kita suarakan kepedulian, desak pemerintah untuk mengedepankan hati nurani.  Bertindak tegas, tegakkan hukum tanpa pandang bulu, telusuri para aktor illegal, tangkap, cabut izin usaha korporasi, tuntut ke pengadilan secara pidana atau perdata.

Sesungguhnya, sangat mudah bagi Allah untuk menurunkan hujan dan menyapu kabut asap dalam sekejap…..tetapi, sejauh mana kita perduli dan bertindak nyata??? [Nani Djabar]



#SaveHutanIndonesia
#BloggerMuslimah
#SpecialBlogWalking

Sumber bacaan tambahan :

dan lain-lain

23 komentar:

  1. Makin sedih, ternyata udah banyak korban yang berjatuhan.

    BalasHapus
  2. mungkin ini saatnya untuk saling menyadari dan menghargai tenggang rasa..mari bersama-sama tuntaskan masalah ini secepatnya dan jangan saling lempar kesalahan demi menjaga warisan alam utk generasi yg akan datang

    BalasHapus
  3. Iya, sdh berbulan2 dan masih belum teratasi. Kalau tdk salah pemerintah dulu pernah bikin hujan buatan. Entah kenapa skrg itu tidak lagi dilakukan. Padahal mungkin bisa jadi salah satu solusi. Wallahu a'lam.

    Semoga tidak lagi jatuh korban berikutnya, aamiin

    BalasHapus
  4. Kalau pemerintah bisa tegas dan jujur dalam menindak pelaku pembakaran dan menghukum dengan seberat-beratnya, seharusnya bisa menjadi efek jera ya Mbak. Tega benar kalo ada yang mengatakan tragedi ini sebagai upaya mendiskreditkan pemerintah :(

    BalasHapus
  5. Di Palembang jugo byk asap tebal.. Makin hari asap makin pekat.. Seisi sumah sdh batuk2 dan sakit kepala.. Sudah sebulan lebih menderita karena kabut asap.. Kadang2 Ayuk berfikir koq tiap tahun kejadian serupa terus berulang? Spt tidak ada solusi? Mudah2an kedepan aparat berwenang biso mencari formula yg tepat atasi kebakaraan hutan ini...

    BalasHapus
  6. Di Palembang jugo byk asap tebal.. Makin hari asap makin pekat.. Seisi sumah sdh batuk2 dan sakit kepala.. Sudah sebulan lebih menderita karena kabut asap.. Kadang2 Ayuk berfikir koq tiap tahun kejadian serupa terus berulang? Spt tidak ada solusi? Mudah2an kedepan aparat berwenang biso mencari formula yg tepat atasi kebakaraan hutan ini...

    BalasHapus
  7. Sedih ya...kalo liat berita di TV, sedangkan kita yang menghirup asap sampah yang terbakar sebentar saja rasanya sudah kayak gitu.
    Semoga Allah lindungi saudara2 kita disana...

    BalasHapus
  8. Ya Allah..I'm sorry to heard that..
    Doa kami untuk saudara-saudara di Riau....

    Mudah-mudahan segera teratasi yaa mbak...,

    BalasHapus
  9. Adik ipar dan keluarganya juga tinggal di Pekanbaru. Tapi karena sekolah di Bogor, sekarang hanya tingga si ayah aja yang masih di sana karena pekerjaan.

    Sedih banget kalo lihat bencana kok tahunan, kenapa gak segera melakukan tindakan tegas, agar jangan sampai terulang tiap tahun.

    BalasHapus
  10. Gak bisa membayangkan kalau harus beraktivitas dengan masker sepanjang hari, saya sesak walaupun udaranya bersih..apalagi kalau sudah penuh asap seperti saudara-saudara di sana :(

    BalasHapus
  11. Mbaaa, di komplek sy itu ada yg suka bakar sampah. Itu udah bikin sesek apalagi berhektar2 yg kebakaran ;(

    BalasHapus
  12. semoga masalah ini bisa diselesaikan

    BalasHapus
  13. saya baru tau kalo harusnya pake masker N95 mba.
    semoga lebih banyak masyarakat lebih peduli lingkungan

    BalasHapus
  14. saya ikut prihatin dengan bencana asap tersebut, memang benar itu bukan bencana alam tapi perbuatan manusia yang serakah...
    alat penangkalnya sementara ini mungkin hanya masker dan obat-2an tapi sampai kapan..??
    semoga saudara-2 kita disana diberi kesabaran...aamiin...

    BalasHapus
  15. Nyesek banget melihat di social medianya yang selalu membahas asap yang tak kunjung selesai mirissss -,-

    BalasHapus
  16. asap paling parah ya tahun ini kayaknya..udah hampir seluruh sumatera di dera kabut asap..saya di sumbar juga parah asapnya mba

    BalasHapus
  17. sedih jadinya respon pemerintah thdp kabut asap terasa berulur2.. moga Allah berikan kekuatan dan kesabaran untuk warga disana..

    BalasHapus
  18. Asap kian bertambah pekat ya

    Terima kasih sudah ikutan BW

    BalasHapus
  19. Aku datang lagi

    Semoga masalah ini cepat selesai

    BalasHapus
  20. semoga segera pulih.. #savehutanIndonesia

    BalasHapus

Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...