Selasa, 13 Oktober 2015

Jelajah Pulau, Menikmati Beragam Rasa

Jelajah Pulau, Menikmati Beragam Rasa.  Kabut pagi masih terasa, saat aku dan keluarga meninggalkan rumah menuju Marina Ancol.  Jalanan masih relatif sepi, jalan tol masih tidak terlalu padat.  Ban mobil kami menggilas aspal dengan kecepatan diatas 100km/jam.  Berharap bisa tepat waktu sampai  ke Marina Ancol, mengingat kapal Speed Boat akan mulai bergerak tepat jam 8 pagi.

Menikmati akhir pekan dengan menjelajah pulau-pulau di Kepulauan Seribu adalah tujuan perjalanan kami.  Tapi kali ini kami bersama rombongan dari travel agen, Java Travel World yang berjumlah 20 orang.  Berharap weekend kali ini bisa lebih seru dan menyenangkan dibanding ketika hanya aku dan keluarga-ku saja.
Sekitar jam 7 pagi, mobil kami telah merapat di Gerbang Pintu Barat Ancol.  Seorang personil Java Travel World telah menunggu disana untuk  membagikan kupon gratis masuk ancol.

Mobil kami bergerak mengikuti papan penunjuk arah menuju Dermaga Marina.  Selang beberapa menit,  kapal-kapal Speed Boat mulai Nampak dari kejauhan, pertanda Dermaga sudah di depan mata. 

Setelah mencari parkir mobil di tempat yang aman untuk bermalam, kami berjalan menuju Dermaga dengan membawa tas ransel masing-masing.  Mulai terlihat hilir mudik para calon wisatawan baik lokal maupun asing.  Satu persatu Dermaga kami lalui, Dermaga 16 yang sedang kami tuju ternyata cukup jauh dari tempat parkir mobil. 

Tak satupun personil Java Travel kami temui di Dermaga 16, padahal jam sudah bergeser lima belas menit dari angka 7.  Sambil menunggu anggota rombongan dan  pihak Java Travel, aku manfaatkan untuk mengambil gambar kapal-kapal Speed Boat yang sedang bersandar di Pelabuhan Marina.   Cukup terik matahari pagi saat itu.  Peluh pun mulai terasa di kulit.


www.nanidjabar.blogspot.com
Kapal Speed Boat

Darmaga 16
Dermaga 16
Menit ke menit terus bergulir, satu persatu anggota rombongan kami berdatangan.  Reza-Travel Guide, menyapa dan memperkenalkan beberapa orang yang akan berangkat bersama rombongan kami.  Aku melihat wajah-wajah tersenyum dibalik keramahan bertegur sapa.  Dan kamipun  terlibat dalam obrolan ringan.

 Matahari pagi makin terasa sengatannya, udara pantai pelabuhan terasa begitu gersang ditengah kerumunan orang-orang  yang masih terlihat sebagian hilir mudik.   Ah, rasanya sudah tidak sabar  ingin mengarungi lautan, merasakan udara laut yang kencang menerpa-nerpa wajah.

Aku mengarahkan pandangan ke deretan kapal speed boat yang sedang tertambat.   Kapal-kapal itu tidak diam, oleng ke kanan dan kiri.  Ada kursi pengemudi di lantai atas. Dan di belakang pengemudi tersedia empat kursi untuk penumpang yang berani berada di ketinggian.  Aku tidak bisa membayangkan, jika aku menempati salah satu kursi penumpang saat kapal sedang berjalan.  Seperti sedang berselancar menggunakan banana boat di tengah lautan yang dalam.  Tapi ini bukan banana boat yang seru itu, tentu tidak menarik buatku.

Jam delapan, kami dan seluruh rombongan sudah berada di atas kapal.   Tentu saja aku memilih tempat duduk di lantai bawah, dalam ruangan ber AC, bersih dan tempat duduk yang empuk berbusa.

Setengah jam terlewati, semua diam membisu.  Hanya suara ombak yang terdengar menderu-deru dari balik dinding kapal.  Kapal mulai bergoyang tak beraturan.  Naik turun dengan goncangan yang keras dan mengaduk-ngaduk isi perut.  Aku mulai merasa tidak nyaman.   Apalagi ingat Mas Reza mengatakan kalau perjalanan memakan waktu tempuh sekitar 3 jam.  Haduh, masih lama sekali aku harus tersiksa dalam kondisi seperti ini.

Hampir menyentuh satu jam perjalanan, ternyata bukan hanya aku yang mengeluh tidak nyaman.  Seorang wanita yang persis duduk di depan aku juga mengeluhkan hal yang sama.  Dia menawarkan obat anti mabuk yang aku sambut dengan senang hati.  Glek, obat anti mabuk sudah kupastikan sampai di perut dan berharap ketidaknyamanan ini segera berakhir.  Menit-menit berputar  terasa begitu lama.  Sementara ombak di luar sana sepertinya makin keras, kapal speed boat yang aku tumpangi melaju makin kencang dari sebelumnya.  Isi perutku rasanya sudah mulai mendesak naik ke dada.  Aku sudah menyiapkan  kantong plastik khawatir aku tak sanggup lagi untuk menahan isi perut agar tidak keluar.

Satu setengah jam sudah, kami berada di tengah lautan.  Aku memejamkan mata, berharap kantuk bisa meminimalisir rasa mual dan pusing.  Kurasai, kapal speed boat kami berjalan makin lambat.  Dan seketika aku membuka mata, samar-samar kulihat ada pohon-pohon hijau di pinggiran pantai.  Ada jembatan kayu yang panjang semakin mendekat.  Mas Reza bangkit dari tempat duduknya. 

“Kita sudah sampai,” teriaknya sambil mengintip ke jendela.

Aku terperangah, melirik ke jam yang ada di pergelangan tanganku.  Baru 1,5 jam perjalanan.  Aku memasang muka tidak percaya di hadapan Mas Reza.

“Benar,  kita sudah sampai, kecepatan kapal sangat tinggi, mari kita keluar ,” ajaknya kepada seluruh rombongan.

Aku langsung berdiri dan benar saja, kapal speed boat kami sudah ditambatkan.  Pintu kapal sudah dibuka, dihadapan kami jembatan panjang pelabuhan sudah menanti untuk diinjak.


Haps, aku melompat dari tepi kapal ke atas jembatan kayu yang lebarnya sekitar dua meter.  Kutarik nafas dalam-dalam, sambil sesekali merentangkan tangan menghirup udara segar di alam lepas lautan.  Seketika, rasa pusing dan mual menguap entah kemana.  Alhamdulillah.

Teman-teman satu rombongan berhamburan keluar kapal.  Terlihat jelas wajah-wajah riang ketika berada di atas jembatan.  Sesi foto-foto pun tak mungkin terlewatkan. 

jembatan kayu yang panjang
Berlabuh di Dermaga Pulau Bira


pulau bira kep. seribu
Jembatan menuju Pulau Bira
Ini jembatan pelabuhan Pulau Bira, pulau yang dipilih Java Travel sebagai tempat bermalam setelah letih menjelajah pulau.  Pulau tak berpenghuni.  Sunyi senyap dan menenangkan.  Apalagi kapal kami adalah kapal pertama yang bersandar pada hari itu.

Keheningan itu makin terasa ketika kami memasuki area cottage.  Pohon-pohon besar rindang diperkirakan usia puluhan tahun berjejer di pingggiran pantai.  Cottage-cottage berdiri menghadap ke pantai.  Ada puluhan cottage di pulau ini.  Tapi semuanya terlihat kosong, dan terkesan sedikit suram.

sepi dan menenangkan
Pulau Bira, menuju Cottage

Usai makan siang dan sholat dzuhur, kegiatan menjelajah pulau dimulai.

Pihak Java Travel menyediakan dua perahu jelajah, satu untuk rombongan wanita dan satu lagi untuk  rombongan pria.  Pulau pertama yang disambangi adalah Pulau Macan.   Pulau yang terkenal dengan resortnya ini memang menawan.  Sangat tepat untuk para wisatawan berkantong tebal yang ingin menikmati ‘surga’ di pulau impian.  Tapi sayang, rombongan kami hanya melakukan aktivitas snorkeling di pulau ini. 

pulau macan
Snorkeling di Pulau Macan



Setelah puas bersnorkeling ria, perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Tongkeng.  Berlabuh di Dermaga Pulau Tongkeng serasa berlabuh di Pulau Pribadi.  Air laut terhampar luas di depan mata, warnanya bergradasi hijau, biru bersanding dengan warna putih pasir yang halus dan bersih.  Batu-batu karang jelas terlihat dari permukaan air, menandakan air di pulau ini masih alami, belum tercemar sama sekali.  Setiap kali menyaksikan karang warna warni dibalik air yang bening, setiap itu pula aku merasa berada di dalam sebuah akuarium raksasa alam semesta.  Sesi foto-foto pun berlanjut.

Dermaga Pulau Tongkeng
Dermaga Pulau Tongkeng

Pinggir Pantai Pulau Tongkeng
Lepas dari Pulau Tongkeng, jelajah selanjutnya adalah ke Pulau Dolpin. 

Hanya kurang lima belas menit, perahu yang kami tumpangi sudah mendarat di Dermaga Pulau Dolpin.  Sayang perahu kandas.  Kami terpaksa harus turun dari perahu dan berbasah-basahan selutut karena perahu tidak bisa menyentuh langsung bibir pantai.

Pulau Dolpin berbeda dengan pulau-pulau lainnya.  Pulau ini menjadi transit para wisatawan untuk  melepas lapar setelah berputar ke beberapa pulau tak berpenghuni.  Disini tersedia banyak jajanan ringan dan berat.  Atau singgah sejenak untuk memanjakan lidah dengan es kelapa yang segar sambil menikmati sepoi-sepoi angin pantai, menjadi pilihan yang tepat.


Pulau Dolpin tempat transit wisatawan
Pulau Dolpin

Tidak lama kami berada di Pulau Dolpin ini, karena  kami ingin menghabiskan waktu sore dengan menyaksikan sunset di Pulau Perak.

Dan perjalananpun berlanjut ke Pulau Perak.
Sampai di Pulau Perak, bias merah langit mulai terlihat.  Suasana di pulau ini cukup ramai.  Sepertinya banyak para wisatawan yang sengaja menanti sunset dan memanfaatkan saat-saat terbenamnya matahari untuk berfoto ria.  Pantainya yang landai dan menantang arah tenggelamnya matahari,  pasir putih halus dan air yang jernih merupakan kombinasi yang pas untuk bermain-main menceburkan diri di pantai.  Untuk yang berani, bisa memilih permainan banana boat yang seru dan dijamin ketagihan setelah melakukannya.

Untuk anak-anak, di pinggiran pantai diatas permukaan butiran pasir putih yang halus terdapat ayunan yang bisa dijadikan alternatif hiburan setelah puas bermain di air.

saat-saat tenggelamnya matahari
Sunset di Pulau Perak


Ah, tak terasa langit mulai gelap samar-samar.  Badanpun mulai terasa letih.  Sudah saatnya beristirahat, melemaskan otot-otot agar esok hari bisa melanjutkan itenarary berikutnya.  Perahu kamipun melaju perlahan, kembali menuju ke Pulau Bira, pulau tempat peristirahatan.  [Nani Djabar]

16 komentar:

  1. Bagus-bagus pemandangan pulaunya. Fotonya juga bagus. Banyak pulau yang belum saya datangi. Baru Pulau Perak saja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trmksh mb...sdh berkunjung...pulau macan sy rekomendasi mb :)

      Hapus
  2. Masya Allah.. selalu suka dengan foto-fotonya Mbak Nani, suka banget foto siluet terakhir itu. Ayunan di pinggir pantai dengan pemandangan sunset.. Lovely! ^^

    BalasHapus
  3. Aku jg entah knapa klo naek kpal mabok..hihii

    Kata2 nya indah mb aku sukaa, serasa ikut ada dlm cerita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih mb...blm bs mengantisipasi mabok laut.....mksh mbak...:)

      Hapus
  4. Pake jasa jasa travel world ya mba, ini yang aku cari cari.. Pengen banget bisa ke pulau seribu mana aja, tapi masih nyari travel yang trusted gitu, takut kenapa napa.. Satu lagi, nyari yang dari dermaga ancol, naik speed boat bukan dari satu lagi tuh, aki lupa namanya hehehe.. Bookmark dulu deh..

    BalasHapus
  5. Indah bget sunsetnya mba....^_^
    Dulu waktu naik kapal dari bali ke lombok saya juga pusing bangettt...saya antisipasi dengan naik keatasnya...biar bisa langsung melihat laut dan menikmati angin...ujung-ujungnya malah masuk angin hehe

    BalasHapus
  6. Rasanya pusing diperjalanan terbayar lunas setlh sampai ditujuan ya mbak Nani...
    Tempatnya indah sekaliii... sunsetnya bagus banget tuh mbak... :)

    BalasHapus
  7. Wah indah sekali pemandangan nya, sungguh sangat menyegarkan dan tentunya bisa refresh otak, hehee...

    BalasHapus
  8. saya blm pernah mbak, naik kapal...kayanya saya juga bisa2 mabuk laaut klo naik kapal ya..ke pantai aja saya ga mau terlalu dekat dengan ombak...ngeri

    BalasHapus
  9. ancol memang tempat yang tepat ya mbak buat liburan keluarga.hihi
    nanti deh aku juga mau ajakin keluarga kecil ke ancol kalo ada waktu dan uang, hehe

    BalasHapus
  10. Keluarga Nani kompakan ye...senang travelling galo... Sipp nian Nan, punya selera yang sama dgn keluarga...

    BalasHapus
  11. pemandangannya cantiiiik...ah mupeng ke pulau bira....moga ada rejekinya aamiin

    BalasHapus
  12. Keren ya Pulau Bira... jadi pengen ke sana :)

    BalasHapus

Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...