Halo sobat…
Kalau kamu sudah mulai kurang fokus, tidak konsentrasi dan
emosimu gampang terusik, nah ini tanda-tanda kalau kamu sudah mulai terserang
gejala puncak kejenuhan. Jika sudah begini
ada baiknya kamu tinggalkan dulu sejenak pekerjaan yang menjadi rutinitasmu
setiap hari. Kalau aku, jika jenuh sudah
mulai menghampiri, biasanya pada akhir pekan aku akan mengajak keluargaku untuk
menikmati udara luar yang fresh dan melupakan sejenak dari suasana perkotaan yang
bising dan ramai. Nah kali ini aku dan
keluarga memilih sebuah tempat yang sangat pas dengan keinginan kami. Sebuah tempat wisata keluarga yang secara
lokasi tidak jauh dengan lokasi tempat tinggal kami di Bekasi. Dan tempat wisata ini juga menurutku sangat
unik. Tempat wisata ini dikenal dengan
Kampoeng Wisata Cinangneng.
Keunikannya dimana?
Kampoeng Wisata Cinangneng adalah wisata keluarga edukatif
yang bertajuk program poelang Kampoeng.
Uniknya, tidak seperti kebanyakan tempat wisata lainnya dimana biasanya
pengunjung dibiarkan masuk dan menikmati sendiri apa saja objek-objek hiburan
yang ditawarkan. Sangat berbeda dengan
di Kampoeng wisata Cinangneng. Di
Kampoeng Wisata Cinangneng, pengunjung ditawarkan paket-paket wisata yang sudah
disediakan sekaligus dengan harga paket perorang. Kemudian pengunjung akan ditemani oleh seorang
pemandu yang akan selalu menemani, melayani, menjelaskan dan siap membantu
apapun yang dibutuhkan oleh pengunjung selama berwisata sesuai dengan paket
yang sudah dipilih. Asyik bukan? Berasa seperti raja dan ratu…hehehehe
Kampoeng Cinangneng
berlokasi di Kota Bogor, tepatnya
di Jalan Babakan Kemang RT. 01/02 Cihideung Udik, Kec. Ciampea. Tidak jauh dari Kampus IPB Dramaga, hanya
sekitar satu kilometer kearah Cibanteng. Jangan khawatir lokasi ini sangat mudah
ditemukan, selain sudah sangat familiar di
masyarakat bogor, juga ada papan
penunjuk arah menuju ke lokasi.
Sedikit mengulas sejarah tempat wisata Kampoeng Cinangneng
ini, awalnya adalah hanya beberapa guest house pribadi pemiliknya yang dibangun
tahun 1994. Namun karena ditawarkan
kepada rekan-rekan pemilik yang kebanyakan orang asing sehingga informasi makin
menyebar dari mulut ke mulut sampai ke perusahaan-perusahaan. Dari situ pengunjung berdatangan. Karena tempat ini berdekatan dengan sebuah
desa tempat tinggal penduduk yang kesehariannya berprofesi sebagai petani
sawah, kebun sayur dan buah serta berternak kerbau sehingga si pemilik melihat
ini sebagai potensi yang sangat bagus untuk dijadikan tempat wisata yang
menawarkan hiburan edukatif dengan memperkenalkan tradisi kental Indonesia yang
bernuansa pedesaan. Maka pada tahun 2000
diresmikan menjadi Kampoeng Cinangneng dengan luas sekitar 1,5 hektar.
Mau tau apa saja kegiatan yang kami lakukan selama berada di
tempat wisata Kampoeng Cinangneng ini? yuk baca terus ceritaku dibawah ini….
hehhehe
Pertama kali memasuki kawasan wisata ini ditandai dengan
gerbang selamat datang di Kampoeng Wisata Cinangneng. Kemudian kami disambut ramah oleh seorang
satpam yang kemudian mengantarkan kami ke bagian penerima tamu. Di tempat ini kami diterima oleh seorang
bapak yang siap menjelaskan apa saja
kegiatan kampoeng wisata ini dan sekaligus menerangkan paket-paket wisata yang
ada. Ada beberapa paket wisata yang
tersedia dengan klasifikasi paket
rombongan, paket anak-anak sekolah dan paket keluarga yang masing-masing ada
jumlah minimal personalnya. Nah, karena
kami hanya berempat maka kami hanya bisa menggunakan paket keluarga dengan biaya
paket perorang 100 ribu rupiah termasuk makan siang. Jadi, kami sudah tidak usah repot-repot
mencari makan siang lagi karena sudah termasuk dalam paket wisata keluarga.
Berkunjung ke Home
Industry
Kegiatan pertama kami adalah mengunjungi Home Industry yang
ada di kawasan wisata Kampoeng Cinangneng ini.
Seorang pemandu laki-laki muda yang gesit dan sangat ramah siap mengajak
kami menelusuri kampung untuk mengetahui lebih dekat apa saja industry rumah
tangga yang dikelola penduduk disini.
Untuk sampai di kampung Home Industry tersebut, sebelumnya kami harus
melewati dahulu hutan kecil, perkebunan
terong yang kebetulan sedang berbuah
dengan pohon-pohon yang rendah berbaris rapi, menuruni anak tangga yang
curam, melewati petak-petak sawah dan
melintasi jembatan yang dibawahnya
mengalir sungai Cinangneng. Diujung
jembatan barulah kami sampai di sebuah desa penduduk yang dinamakan Desa
Batang. Langkah-langkah kami
bersemangat, apalagi kedua putriku yang memang belum pernah menikmati langsung
suasana pedesaan seperti ini. Mereka
sangat antusias dengan mengeluarkan komentar-komentar kecil sepanjang
perjalanan yang mengisyaratkan kalau mereka senang dengan suasana desa yang ada
disini.
Pengrajin keset adalah pengrajin pertama yang kami
singgahi. Keset ala kadarnya yang dibuat
dari bahan-bahan bekas misalnya baju bekas, bahan-bahan sisa tukang jahit dan
bahan-bahan apa saja yang menyerap air yang kemudian digunting-gunting
sedemikian rupa sehingga menjadi keset-keset yang bisa digunakan.
Pengrajin berikutnya yang kami kunjungi adalah pengrajin tas
wanita. Tas brand internasional Louis
Vuiton yang terkenal itu telah menarik perhatian pasangan suami isteri ini
untuk dijadikan usaha andalan yang bisa menghidupi dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka. Kedua putriku
terperangah kagum. Di rumah petak
sederhana yang sempit, dipenuhi perlengkapan alat-alat jahit dan bahan-bahan
baku tas yang bertumpuk di sudut ruang agak remang, menjadi bengkel yang
memompa semangat pasangan suami isteri ini untuk selalu berusaha tanpa mengenal
lelah. Dari tangan-tangan mereka inilah
puluhan tas setiap harinya dikirim ke pusat penjualan tas di Tajur Bogor.
Dan yang terahir, kami mengunjungi pengrajin yang
memanfaatkan sisa-sisa batok kelapa dan ruas-ruas bambu yang kemudian disulap
menjadi berbagai macam peralatan dapur dan souvenir-souvenir dengan
bentuk-bentuk yang unik.
Kehidupan mereka yang bisa dibilang sangat sederhana, tinggal di gang-gang sempit tapi semangat
usaha yang begitu besar menjadi satu poin positif yang sangat melekat di benak
kedua putriku. Bahwa hidup adalah
perjuangan, kerja keras dan harus pandai-pandai bersyukur karena syukur itulah yang akan membawa kenikmatan luar
biasa atas segala kondisi yang sudah digariskan oleh Sang Ilahi.
bersama pengrajin tas |
kediaman pengrajin batok kelapa & bambu |
Menanam Padi di Sawah
dan Memandikan Kerbau
Kegiatan menanam padi merupakan kegiatan yang paling seru
dan mengesankan bagi kedua putriku. Sebelum
terjun ke lahan sawah yang berlumpur, pemandu terlebih dahulu menjelaskan
bagaimana cara menanam padi dengan sistem tandur. Tandur adalah menanam padi dengan cara
mundur. Konon cara ini merupakan
peninggalan pemerintahan kolonial jepang dengan maksud agar meningkatkan
produktifitas pertanian. Bibit yang
sudah siap tanam diikat dan kemudian dimasukkan dalam lahan sawah basah yang
sebelumnya sudah dibersihkan dan digemburkan, dengan kedalaman sekitar 10 cm dengan
jarak yang sama dan tertata rapi, kemudian ditancapkan dengan cara membungkuk dan
berjalan mundur.
Setelah menanam padi di sawah kami pun segera menuju ke
sungai Cinangneng untuk memandikan kerbau.
Aktifitas memandikan kerbau juga sangat mengasyikkan. Nyemplung langsung ke sungai yang airnya
dingin dan segar, kemudian menyibak air dengan kedua tangan sambil mengusap
kerbau yang begitu bersahabat. Hmmm,
bagi kedua putriku yang belum pernah melihat kerbau secara langsung merupakan
aktivitas yang sangat menyenangkan.
Tibalah makan siang.
Kami istirahat, bersih-bersih, sholat dzuhur dan makan siang dengan menu
paket ayam goreng, tahu tempe, lalap, sambal, kerupuk dan buah sebagai pencuci
mulut yang disajikan ala kampoeng dengan wadah bulat besar yang terbuat dari
bahan bambu. Alhamdulillah…
Setelah Dzuhur, pemandu kembali siap menemani kami untuk
melakukan aktifitas berikutnya.
Bermain Gamelan
Membuat Kue dan
Minuman Tradisional
Puas bermain gamelan kami menuruni anak tangga menuju dapur
terbuka untuk belajar dan mempraktekkan langsung cara membuat kue pukis dan
membuat minuman jahe. Lucu dan
menyenangkan, kakak pemandunya pun sangat sabar menuntun kedua putriku belajar
membuat adonan kue, memasukkan ke dalam mangkuk-mangkuk kecil hingga di kukus
di atas api kompor. Begitu pula dengan
membuat minuman jahe. Kami diberikan
kesempatan untuk memblender jahe, merebus dan terakhir mencicipi makanan dan
minuman yang sudah kami buat sendiri.
Waaahhh, asyiikkk ….udah dikasih ilmu dikasih makanan dan minuman pula,
Alhamdulillah.
dapur untuk membuat makanan/minuman |
kue pukis siap dikukus |
Jahe dipotong-potong, siap diblender |
Membuat Wayang dari
Daun Singkong
Kegiatan kami berikutnya adalah membuat wayang dari daun
singkong. Nah membuat wayang ini awalnya
sedikit rumit, karena harus banyak menggunakan daun singkong, dipilin dan
diputar-putar. Tetapi kalau jeli dan memperhatikan
kakak pemandu dengan cermat ternyata membuat wayang dari daun singkong itu
sangat mudah.
membuat wayang dari daun singkong |
Foto Bersama dengan
Pakaian Khas Kampoeng Cinangneng
Tepat menjelang Asyar, kegiatan wisata kami berakhir dengan
foto bersama menggunakan pakaian ala Kampoeng
Cinangneng. Selesai berfoto, selesai
juga serangkaian kegiatan wisata kami di Kampoeng Wisata Cinangneng. Sebelum pulang kami diberi sertifikat
penghargaan bahwa kami telah mengikuti program Poelang Kampoeng ke Desa
Cinangneng. Bye….. sampai jumpa …
***
wah, dekat dg kampus , bisa dicoba ah. Oh ya mandiin kerbau jadi inget masa kecil yang suka main di sawah dan naik kerbau
BalasHapusBisa bernostalgia masa kecil dong ya...heheh
Hapussaya juga udah kesini mba, dari sekolah anak. waktu itu datang siang karena nyari2 alamatnya. jadi ga terlalu puas keliling2 soalnya agak terburu2 gitu
BalasHapusSebaiknya pagi mbak... biar bs ngerasain semua kegiatan... :)
HapusWayang dari daun singkong? waw.. fotonya dong... penasaran :D
BalasHapus