Sebuah
batu besar di pinggir pantai, ranting pohon berjuntai di atasnya, langit biru
terang seirama dengan air pantai yang jernih kebiruan. Aku tak mau melewatkan panorama cantik ini.
Kurogoh gadget di dalam tas cangklong di pundakku, beberapa saat kemudian,
klik…sekejap kecantikan alam itu telah beralih ke folder gallery di gadget-ku. Seperti biasa narsis-ku sedikit tersentuh, foto itu kujadikan DP (Display
Picture) di BBM (Blackberry Messenger).
Tring….
“Keren banget, itu pantai dimana?” Tanya seorang teman via
BBM
“Pantai Krakal, Gunung Kidul,” jawabku dengan menambahkan emoticon
senyum mengembang.
Bahagiakupun bertambah-tambah.
***
Jam menunjukkan pukul 12:35 wib. Terik matahari sebenarnya cukup panas, tapi
pohon-pohon hijau yang berderet di pinggiran pantai mampu mengimbangi panasnya
matahari sehingga udara masih terasa sejuk.
“Umiiii…..makan yuk,” teriak putri bungsuku dari kejauhan
sambil berlari menghampiri aku.
Aku menoleh, wajah kedua
putriku terlihat begitu gembira.
Putri sulungku juga ikut berlari kecil.
“Hayoo, udah laper ya, ajak abi dulu gih,” jawabku sambil
mengarahkan pandangan kearah suamiku yang sedang sibuk mengabadikan panorama
pantai dengan handphone nya.
Hanya beberapa meter saja dari bibir pantai, berjejer
kedai-kedai makan dengan menu khas pantai, ikan bakar.
Siang itu, makan siang menjadi sangat nikmat. Beberapa ikan laut segar bakar, disantap
selagi hangat di atas gazebo di pinggir pantai.
Sesekali semilir angin pantai berhembus menerpa, menjadikan suasana
makan siang semakin nikmat dan romantis.
“Nggak Cuma lezat masakannya, tapi sangat ramah di kantong,”
ujar suamiku sembari bersandar di tiang gazebo usai menghabiskan beberapa ekor ikan
bakar.
Aku hanya mengulas senyum setuju.
Memang sangat murah pikirku dibandingkan dengan di
Jakarta. Biasanya kami menghabiskan 500
ribu sampai 1 juta untuk menyantap sea food segar di Bandar Jakarta. Sementara disini kami hanya membayar tidak
lebih dari 200 ribu untuk masakan yang sama.
Usai makan siang, kami beristirahat sebentar di home stay yang hanya beberapa langkah
saja dari bibir pantai. Tapi anak-anak
sudah tidak sabar ingin nyebur ke pantai.
Airnya yang jernih, dangkal, dengan karang-karang cantik dan ombak yang
tidak begitu besar memang sangat menarik dan aman buat anak-anak untuk berenang
dan bermain.
Entahlah, anak-anak memang tidak pernah mengenal lelah,
apalagi kalau sudah melihat pantai yang indah begini. Padahal perjalanan Jakarta-Yogya memakan
waktu tempuh 30 jam-karena bersamaan dengan libur lebaran-tak menyisakan
sedikitpun kelelahan, mereka begitu asyik berbasah-basahan.
Dan seperti tidak ada kata bosan, kunjungan kami kali ini ke
Yogyakarta adalah kunjungan ketiga setelah kunjungan pertama di tahun 2000 dan
kunjungan kedua di tahun 2010. Tidak
seperti kota-kota lainnya yang biasanya cukup satu kali kami kunjungi untuk
berlibur. Yogyakarta bagi kami adalah
kota sejuta magnet, meski tak satupun sanak saudara kami yang menetap di Kota
Yogyakarta ini.
Melihat kedua putriku begitu asyik bermain air pantai , akupun
tak mau ketinggalan. Kukenakan sandal jepit dan kugantungkan kamera
DSLR andalanku di leher, siap mengitari pantai untuk mengabadikan setiap sudut
keindahan Pantai Krakal ini. Fotografi
sudah menjadi hobi baruku beberapa tahun belakangan ini. Satu hal yang menjadi alasanku untuk menekuni
hobi fotografi ini adalah karena kami sekeluarga punya hobi yang sama yaitu
traveling. Dan destinasi utama kami
adalah pantai.
Perlahan dan dengan sangat hati-hati aku menelusuri
karang-karang kecil yang tersebar di pinggiran pantai. Disamping takut tergelincir aku juga tidak
mau injakan kakiku menganggu atau merusak kehidupan mikro organisme laut yang
ada di permukaan karang. Aku berjalan ke
sisi kiri pantai. Beberapa batu karang
besar begitu indah berhimpitan membentuk lubang dan dari lubang itu aku bisa
mengintip karang yang berada di kejauhan.
Di bagian bawah karang terdapat cekungan yang membentuk seperti gua dengan
pasir putih halus yang bersih dan air bening, begitu menyejukkan mata. Di sela-sela karang aku bisa menyaksikan
ikan-ikan kecil berlarian yang begitu memukau penglihatanku.
“Sayang, sepertinya kamu senang sekali berada di tempat ini,”
suara suamiku sedikit membuatku terperanjat.
“Iya mas, sepertinya anak-anak juga begitu,” ujarku sembari
mengarahkan pandangan kepada kedua putriku yang sedang asyik bermain air.
Aku dan suamiku duduk di atas salah satu batu karang sambil
menunggu sunset yang beberapa saat lagi akan menghiasi langit.
“Pantai ini sempurna ya,” ujar suamiku dengan suara agak dikeraskan
berusaha mengimbangi suara deru ombak.
Belum sempat aku menimpali, suamiku kembali melanjutkan
perkataannya.
“Kita tidak bisa menikmati deru ombak seperti ini ketika
beberapa tahun lalu kita berkunjung ke Pantai Parai Bangka, Pantai Parai terlalu sunyi”, lanjutnya dengan
suara menekan. “Kalau Pantai Kuta Bali yang tersohor itu jelas
tidak ada apa-apanya dibanding Pantai Krakal ini, Selain Pantainya sudah
tercemar, pengunjungnya tak terbendung dan view pantainya juga polos. Apalagi tanah lotnya, yang kamu bilang
seperti pasar malam sehingga menyulitkan kamu untuk mengabadikannya. Hmmm, kalau Pantai Nusa Dua Bali, memang
airnya masih bersih, anak-anak bisa bermain tapi karang-karangnya juga
terbatas, tidak seunik Karang-karang di Pantai Krakal ini Dan di Pantai Nusa
Dua Bali Kita juga tidak bisa menyaksikan keindahan gulungan ombak seperti
disini.”
Aku mengangguk kuat-kuat , pikiranku menerawang membayangkan
masa-masa yang pernah kami lalui ketika berkunjung ke beberapa Pantai yang
disebutkan oleh suamiku. Tentu saja
sambil sesekali jari telunjukku memencet tombol shutter di kamera.
“Kamu masih ingat nggak waktu kita ke Pantai Pangandaran, Anak-anak jadi takut terkena air karena warna airnya yang keruh tercemar berbagai limba. Nggak jauh beda dengan air di Pantai Ancol dan Pantai Anyer. Malah anak-anak sempat mengeluh gatal-gatal di sekitar area kaki karena nggak sengaja terkena air pantai disana. Di Pantai Krakal ini seperti yang kamu saksikan sendiri, anak-anak begitu bebas bermain air tanpa harus khawatir beresiko yang tidak diinginkan. Sempurna bukan?”
Aku kembali tersenyum, diam-diam bathinku membenarkan. “Kalo Pantai Losari Kalimantan atau Pantai
Senggigi Lombok gimana mas, kan kamu udah beberapa kali kesana?” Tanyaku dengan
rasa ingin tahu karena aku memang belum pernah kesana, beberapa kali mau kesana
selalu berhalangan.
“Hmmm, kamu pasti nggak betah disana sayang, kamu kan suka
pantai yang view-nya bervariasi, berbatu, banyak karang yang membuat hobi
fotografimu tersalurkan. Pantai-pantai
disana lebih pantas untuk pasangan baru yang menikmati bulan madu, suasana
pantainya tidak jauh seperti Pantai Tanjung Lesung Banten,” ujar suamiku
meyakinkan. “Menurut Mas, Pantai Krakal
ini lebih cocok untuk kita, yaaa, mungkin juga sangat cocok untuk
keluarga-keluarga kebanyakan yang ada di negeri tercinta ini”, sambungnya
lagi. “Oh ya, kamu pasti masih ingat
liburan akhir tahun kita ke Eropa, saat
itu kita mau mengunjungi Pantai Nice yang indah itu, tapi belum sempat kita
menikmati Pantai Nice tersebut, tiba-tiba badai datang ditengarai angin kencang dan derasnya hujan. Kalau disini kita tidak akan pernah mengalami
kejadian seperti itu. Disini, indah,
nyaman dan menenangkan, patut kita syukuri punya alam seperti ini”, imbuhnya
lagi.
Sementara langit makin gelap, kami menepi menuju home
stay. Dan berharap esok pagi masih
diberi kesempatan untuk menikmati keindahan bukit karang di sisi kanan Pantai
Krakal.
***
Jika kebanyakan wisatawan menaiki bukit karang yang terletak di sebelah barat
Pantai Krakal, berbeda dengan kami. Kami
justru penasaran ada apa atau lebih tepatnya keindahan apa yang tersembunyi di
balik bukit karang yang menjulang tersebut.
Aku mencoba memasuki lubang yang berbentuk mulut gua di bagian bawah bukit karang
tersebut. Berjalan mengendap beberapa
langkah dalam keremangan. Ada sedikit
ragu untuk melanjutkan langkah tapi rasa penasaran lebih mendominasi. Beberapa langkah kemudian seberkas cahaya
menyilaukan mata dan makin aku maju cahayanya makin terang. Takjub!
Dibalik mulut gua yang mirip terowongan pendek ini terdapat beberapa
karang yang cantik dan menjulang. Di
ujung baratnya berdiri karang yang tinggi dan kokoh dengan bentuk yang unik dan
menawan. Beberapa dindingnya dihiasi
batu-batu salaktit yang mengucurkan tetesan air yang sejuk dan segar. Sesekali ombak datang menyapu karang dimana
tempat aku berdiri. Ah…sungguh
menakjubkan.
Aku tak mau menikmati keindahan ini sendirian, aku berteriak
sekencang-kencangnya memanggil suami dan kedua putriku. Wajah mereka terlihat berbinar bahagia. Kebahagiaan mereka adalah kunci semangat
hidupku.
Tiada kata yang lebih pantas
kuungkapkan pada alam yang telah membahagiakan orang-orang yang aku cinta
kecuali kutitipkan cinta yang aku punya.
Semoga angin rindu akan membawa aku kembali ke tempat ini. Suatu saat nanti.
Baca juga :
Parai, Surga Tersembunyi
Sawarna, Pesona Yang Terabaikan
Pengalamanku Saat Berakhir Pekan di Tanjung Lesung
Note : Semua foto milik pribadi penulis
Belum pernah ke sana, tapi memang sekarang banyak pantai yg dulunya gak pernah dikunjungi dan sekarang dibuat menarik shg bisa dikunjungi. Ah, aku suka pantai
BalasHapusIya mbak... di gunung kidul... rata2 pantainya msh alami... airnya bening, karangnya cantik.... mksh ya udh mampir :)
HapusAku pernah ke Krakal makk, tapi sebentar saja dan langsung ke Kukup.. Btw tulisan blog makk memang miring? Agak sulit dibacanya ^_^'
BalasHapusHttp://beautyasti1.blogspot.com
Eehh.. Gak miring deh makk tulisannya (tadi kenapa miring ya) haha..
HapusHeehehe...aku jg bingung pas dibilang miring... perasaan enggak.... biasa, koneksi internet mmg suka bikin error : D
Hapusasik ya kalo liburan bareng keluarga apalagi ke tempat seru seperti ini, suami saya juga pecinta ikan nih kalo murah begini makan ikan bisa habis banyak :)
BalasHapusWah mb kania...gn kidul surganya ikan bakar.... :)
HapusMemang kl ke gunung kidul itu wisata pantai ya mba...terakhir aku ke indrayanti katanya banyak pantai bukaan baru yg bagus2...
BalasHapusIya mbak byk sekali pntai2 dan lokasinya berdekatan... sy jg sempet ke indrayanti...tp terlalu rame pengunjungnya...jd krmg menikmati...
Hapusindah banget mba, jadi pengen kesana
BalasHapusAlam indonesia mmg indah2 ya mbak... :)
HapusKayak baca cerpen, Mbak. Mbak Nani sangat menikmati perjalanannya. Wajar sih, pantainya memang indah ^^
BalasHapusHehehe.... cerpen true story ya mbak.... alhmdllh mbak selalu menikmati.. :)
HapusSy pernah ke sini Mak. Pantainya indaaahh banget!! Kayaknya semua pantai di Gunung kidul masih bersih dan alami ya. Jadi pengen kesana lagi.
BalasHapusBetul mak...kealamiannya itu yg msh mnjd daya tarik...smg tetap terawat :)
Hapus