Selasa, 07 November 2017

Sekelumit Wajah Kuala Lumpur



Sekitar jam 8 malam waktu Malaysia, untuk pertama kalinya kakiku menginjak bumi Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur.  Badan cukup terasa pegal setelah perjalanan satu jam dari Singapur menuju Johor.  Singgah di LegoLand dan kemudian kembali berhenti di JPO (Johor Premium Outlet) hingga petang hari, kemudian selama tiga jam mobil melaju kencang membawa kami dari Johor menuju Kuala Lumpur.

Aku dan keluarga kecilku menginap di jalan Bukit Bintang, di sebuah hotel milik orang Bangladesh yang sudah memulai bisnisnya sekian puluh tahun yang lalu.

Memasuki kehidupan malam hari di Kota Kuala Lumpur, hampir tidak ada bedanya dengan kehidupan di ibukota Jakarta.  Hiruk pikuk kendaraan yang berjejal bercampur hilir mudik manusia masih memenuhi jalan-jalan utama.  Gemerlap lampu warna warni di sepanjang jalan, bising suara musik dari tempat hiburan dan restoran masih jelas terdengar memekakkan telinga.  Tentu pemandangan ini jauh dari yang aku bayangkan sebelumnya.

Setelah chek in dan menaruh koper di lantai 9, kami langsung turun dan berencana memenuhi hajat perut yang sejak tadi keroncongan.  Tidak sulit menemukan makanan disini.  Kiri kanan, depan belakang hotel tempat kami menginap adalah jalan-jalan utama yang berjejer restoran dan warung makan yang menawarkan menu-menu dari berbagai negara.  Dan yang paling menyenangkan disini semuanya dijamin halal.

Ada Restoran Thailand, Resto khas Melayu, Restoran Bangladesh, Arab, Pakistan, Jepang, India,  Cina sampai menu-menu barbeque ala Itali dan negeri Eropa lainnya ada disini.  Wah menakjubkan bukan? ini wisata kuliner terlengkap pertama kali yang aku kunjungi dalam satu lokasi.  Pantes aja kalo ada guyonan diantara orang Malaysia sendiri, kalo mereka meninggal karena kekenyangan makan...heehehhe

Malam itu kami memutuskan untuk menikmati masakan Thailand.  Alhamdulillah perut kenyang hatipun makin senang.

###


Aku bangun saat subuh bukan karena mendengar lantunan adzan, tapi suara hingar bingar dari bawah jendela kamar yang tak mengenal waktu istirahat membuat tidurku menjadi tidak berkualitas.  Kusibak tirai jendela kamar sembari mengarahkan pandangan ke bawah, kendaraan masih berlalu lalang, meski jumlahnya sedikit berkurang.  Sayup-sayup  masih terdengar alunan musik dari kejauhan, sepertinya kota ini tidak pernah tidur dan jauh dari rasa lelah, hmmm inikah potret Kuala Lumpur yang sebenarnya?? tanyaku membathin.

###

Usai menyantap sarapan pagi, aku, suami dan kedua putriku langsung menuju mobil yang sejak tadi sudah menunggu di halaman parkir hotel.  Karena kami menggunakan privat packet jadi waktu dan itinerary sangat fleksibel. Driver sekaligus guide siap menghantarkan kemanapun destinasi yang kami inginkan.

Aku makin penasaran dengan kota ini, Wisata Genting HighLand menjadi destinasi pertama  yang kami kunjungi.  Berharap tempat-tempat yang kami kunjungi sedikit memberikan gambaran atau jawaban dari rasa ingin tahu mengenai banyak hal tentang negeri tetangga ini.

Sky Way Genting HighLand                                                    

Genting HighLand merupakan wisata tanah tinggi Genting yang berada di ketinggian puncak gunung, sekitar 2000 meter di atas permukaan air laut.

Memasuki kawasan menuju Genting High Land, dimulai dengan cable car dan kemudian diteruskan dengan Sky Way atau kereta gantung yang membawa kami berselancar ke angkasa menikmati suasana Genting dari atas bukit.  Aku jadi teringat ketika mendaki Mount Titlis Switzerland beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan cable car dan kereta gantung meskipun dengan iklim dan pemandangan yang sangat berbeda tentunya.

Menurut sejarahnya, cable car dan sky way Genting ini dinobatkan sebagai transportasi wisata tercepat dan terpanjang di Asia Tenggara.

Ada perasaan takjub mengingat negeri jiran ini adalah negara berkembang yang sangat dekat dengan Indonesia.  Tapi mereka bisa membangun kawasan wisata dengan teknologi canggih yang menyerap banyak wisatawan dari manca negara.  Padahal kalau dicermati tidak ada yang begitu istimewa dari wisata Genting Highland ini.  Apalagi kalau kita bandingkan dengan wisata pegunungan di Indonesia, jelas keindahan alam dan pegunungan di Indonesia lebih memikat dan mencengangkan.  Mungkin ini PR besar buat dinas kepariwisataan di Indonesia.

Tepat di puncak Genting HighLand, dimana semua wisatawan diturunkan dari kereta memasuki sebuah Mall besar yang siap menggoda para wisatawan untuk berbelanja dan berwisata kuliner.  Kebetulan saat itu area outdoornya sedang direnovasi sehingga kami hanya menikmati udara sejuk Genting dari dalam Mall.

Mall Genting

Dari Genting HighLand perjalanan kami lanjutkan ke Batu Caves di daerah Selangor, Malaysia.  Yang menarik di lokasi ini adalah anak tangga yang berjumlah 272 yang digunakan para wisatawan menuju puncak bukit kapur, gua dan kuil umat hindu dengan patung raksasa seorang dewa umat hindu setinggi 42,7 meter.

Batu Caves


Menjelang sore kami singgah di Istana Negara untuk photo stop.  Istana yang luas, bersih tapi sayang cuaca sangat terik sementara tidak banyak pohon-pohon untuk berlindung.
Dan sebelum kembali ke hotel, kami sempat mengintip pusat perbelanjaan duty free, tempat dijualnya barang-barang branded original dengan harga miring.  Kebanyakan yang dijual disini adalah jam tangan.

Istana Negara



###

Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi wisata yang sudah tidak asing lagi di telinga, Menara Kembar Petronas.  Untuk masuk hingga ke puncak menara sebaiknya membeli tiket satu hari sebelumnya.  Harga tiket berkisar 130 RM/orang.



Sky Bridge

Megah, kesan pertama ketika memasuki ruang bagian dalam menara.  Sepasang menara yang dirancang oleh arsitek Argentina ini pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia pada periode 1998 hingga 2004 sebelum dilampaui oleh Burj Khalifa dan Taipei 101.

Tepat di lantai 41 terdapat Sky Bridge, jembatan yang menghubungkan bagian atas menara.  Dari bagian dalam jembatan yang berdinding kaca, pengunjung diberikan waktu 15 menit untuk berfoto dan menikmati pemandangan sebelum melanjutkan perjalanan ke lantai paling atas.

View dari Sky Bridge

Di puncak menara, di lantai 86 disediakan teleskop dan sofa-sofa untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung agar bisa menikmati pemandangan di luar sana dengan suasana yang lebih santai bersama keluarga.

Lantai 86 Menara

Tersedia juga fasilitas game menara dengan layar lebar dan cafetaria yang menawarkan berbagai souvenir.

Dan sebelum meninggalkan kawasan menara, para pengunjung bisa berbelanja di lantai paling bawah di Suriah KLCC Mall dan pada bagian outdoornya terdapat taman  dengan air mancur simfonik yang sangat indah untuk dijadikan background foto.

Dari beberapa tempat yang kami kunjungi, jarang sekali aku temui orang asli melayu.  Bahkan di beberapa restoran yang kami singgahipun kebanyakan bule Eropa, Cina, Arab dan India.

Ini yang menurutku juga sangat menarik.  Guide kami yang asli orang melayu membenarkan realitas itu.  Kondisi multi ras di Kuala Lumpur tidak bisa dihindari, karena sejak Malaysia dijajah oleh Inggris, etnis Cina dan India mulai berdatangan baik sebagai pekerja ataupun berdagang.  Apalagi sekarang para tenaga kerja asing banyak berdatangan untuk mengadu nasib di negeri ini.  Jadilah negeri ini dengan wajah-wajah multi kultural.

Sampai disini, tertarik untuk mengunjungi Kuala Lumpur???

Sepertinya sudah terlalu banyak aku berceloteh, aku sudahi sampe disini dulu ya
sebenarnya masih banyak yang ingin aku tulis, mudah-mudahan next time bisa aku lanjutkan.

What ever, semoga tulisan ini ada manfaat...


"Let's making memories, 'cause time will never turn back"

Wassalam,

Nan Djabar



view dari lantai 41 (Sky Bridge)



2 komentar:

  1. pernah ke sini tp sudah lama sekali, saat kecil aku ikut bapaku yg ngajar di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahh... kesana lagi mb, udh banyak perubahan :)
      btw thanks dah mampir

      Hapus

Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...