Alarm dari gadget yang ku-setting sebelum subuh menjadi teman
setia yang selalu sigap mengingatkan aku bahwa saatnya bangun, berkemas dan
memulai hari. Belum jam enam pagi,
biasanya aku sudah menghenyakkan tubuh di jok mobil, siap untuk menghantarkan
putri bungsuku menuju sekolahnya yang
saban hari tidak pernah tidak bersinggungan dengan titik macet. Iya, konsekuensi tinggal di Jakarta dan
sekitarnya harus pasrah terjebak dalam kepadatan lalu lintas yang berjejal
ingin saling mendahului. Kendaraan roda dua dan roda empat campur aduk seolah
lupa aturan rambu-rambu lalu lintas.
Menyikut, tersikut bahkan berbenturan spion dan kacanya bertebaran di
permukaan aspal menjadi pemandangan biasa.
Itulah gambaran satu sisi dari kehidupan yang harus aku dan keluargaku
jalani setiap harinya.
Maka, akhir pekan adalah saat yang paling aku tunggu, saat
yang tepat untuk melemaskan otot-otot, menyegarkan pikiran, berhenti sejenak
dari rutinitas guna menguapkan segala kepenatan dan men-charge kembali energi positif agar pada awal pekan berikutnya
bisa kembali menunaikan aktivitas dengan semangat baru yang lebih segar.
Seperti halnya rutinitas keseharian, piknik pun sudah
menjadi kegiatan rutin aku dan keluarga, baik ter-planning atau dadakan. Piknik
atau liburan sudah menjadi bagian penting
bagi aku dan keluarga dengan alasan keseimbangan. Hidup itu harus seimbang. Sebagaimana ekosistem, maka tubuh pun punya
mekanismenya, punya hak fisik dan non fisik yang harus dipenuhi agar semuanya
bisa berjalan seimbang. Satu bagian
tidak terpenuhi maka akan pincang dan mempengaruhi harmonisasi secara
keseluruhan.
Saat liburan di Bangka |
Aku tidak bisa atau tidak adil jika memilah dan memilih satu kota atau negara menjadi destinasi yang paling berkesan pada saat liburan. Bagiku setiap lokasi menawarkan pesonanya masing-masing. Karena setiap tempat punya keunikan dan ragam keindahan yang berbeda. Yogyakarta mempunyai pantai-pantai alami Gunung Kidul yang daya tariknya berbeda dengan keindahan Pantai Sawarna dan Tanjung Lesung di Banten. Bali yang menonjolkan kekentalan budaya Hindu tidak bisa dibandingkan dengan Kota Bandung, Bogor atau Surabaya.
ketika berkunjung ke Pantai di Gunung Kidul |
Kedua putriku saat kami berlibur di Tanah Lot Bali |
Apalagi Negara-negara yang meskipun bernaung dalam satu Uni Eropa tetap menampilkan aura wisata yang berbeda. Misalnya, Venice Italy dengan kota air yang cantik, atau Prancis dengan kemegahan Benteng Carcassone atau Swiss dengan Gunung Salju Abadi yang masing-masing punya ruang dan meninggalkan kesan yang istimewa di hati kami.
Liburan akhir tahun di Venice, Italy |
Saat berlibur di Prancis |
Ketika musim dingin di Swiss |
Tapi, bagaimanapun Bogor sudah menjadi rumah kedua bagi aku
dan keluarga. Sudah tak terhitung
kalinya aku dan keluarga menikmati liburan di Bogor. Udara petang yang sejuk,
aroma rinai gerimis, kuliner khas, keramahan tutur kata berlogat sunda menjadi
daya tarik tersendiri yang membuat kami tidak pernah dihinggapi rasa bosan
untuk berkunjung ke kota hujan ini.
Menyaksikan rusa-rusa yang dibiarkan berkeliaran di Istana
Bogor, angin menerbangkan butiran-butiran kapas pohon kapuk dan bertebaran di
atas rumput hijau Kebun Raya Bogor, bersantai di pinggir danau di bawah
pohon-pohon rindang adalah suasana yang kerap menjadi magnet bagi kami untuk
kembali dan kembali lagi menikmati liburan di Bogor. Bogor memang sarat dengan tempat piknik yang
bernuansa pedesaan. Itu juga yang
menjadi salah satu alasan bagi kami untuk selalu mengunjungi kota ini. Kehidupan metropolitan yang berjejal dengan
bangunan-bangunan megah dengan segala hiruk pikuk manusia yang kerap
menonjolkan egoisme dan kepentingan pribadi membuat kami rindu dengan suasana
desa yang damai dan sejuk. Menginap di
Puncak, Taman Safari atau sekedar tea
walk acap kali kami lakukan hanya untuk menghirup udara segar yang sarat oksigen.
Suatu kali weekend di Bogor |
Bersantai di pinggir danau, Kebun Raya Bogor |
Ibarat buku maka alam yang terbentang luas ini adalah sumber
ilmu pengetahuan. Seorang filsuf
Agustinus dari Hippo mengatakan jika anda tidak melakukan perjalanan maka sama
saja anda hanya membaca satu bab dalam sebuah buku.
Aku dan keluarga tidak ingin hanya membaca satu bab saja
dalam sebuah buku. Dalam sebuah kesempatan
di akhir minggu, kami sengaja piknik ke tempat wisata yang bertajuk ‘Kampoeng
Wisata Cinangneng’ berlokasi di Bogor,
tidak jauh dari jalan Raya Padjajaran.
Tempat wisata ini menawarkan konsep berlibur sekaligus menanamkan
nilai-nilai kehidupan dan edukasi,
dibalut dengan suasana yang
kental nuansa pedesaan.
Sebuah
pengalaman berharga yang real, dimana
kami diajak travel guide menelusuri
persawahan dan menanam padi di atas lumpur, mengunjungi perkampungan dan
berkenalan langsung dengan para pelaku home industry, menyebur ke sungai untuk
memandikan kerbau, bermain gamelan dan dituntun membuat makanan dan minuman
dari mulai pengolahan hingga bisa disantap.
Sungguh pengalaman liburan yang belum pernah kami temui sebelumnya.
Kampoeng Wisata Cinangneng |
Bermain gamelan |
Memandikan kerbau |
Menanam padi di sawah |
Menelusuri jalan menuju perkampungan |
“Kenapa sih, kok kita sering banget liburan di Bogor?” Tanya
putri sulungku suatu kali.
Aku tertunduk sejenak mendengar pertanyaan kakak- sapaan
putri sulungku, dan kemudian mengangkat dagu sambil melirik ke arah
suamiku. Suamiku tersenyum, pandangan
kami bertumbuk.
Sejatinya Bogor adalah Kota yang banyak menorehkan kenangan
indah. Awan hitam yang bergelayut di
langit Bogor dikala petang, persisnya pada bulan November 19 tahun yang lalu
menjadi saksi bisu awal pertemuanku
dengan seorang pria yang kini menjadi lelakiku.
Kedua putri sholihahku adalah buah cinta kami. Mendengar jawaban singkatku, serta merta aku
dan suami jadi ledekan kedua putriku.
Ah….
Jika dalam waktu dekat aku berkesempatan kembali menikmati liburan di Bogor, aku ingin kembali
mengukir kenangan dengan menghabiskan akhir pekan kami menginap di sebuah hotel
yang bergaya resort. Sambil membaca buku
ringan, bercengkrama dan bersenda gurau bersama anak-anak, mengunyah cemilan
dan ketika menyibak tirai jendela kamar, bisa menyaksikan view pemandangan yang penuh dengan rindang pohon dan
menyegarkan mata.
Sesederhana itukah? Iya, sederhana saja, tapi bukan yang
penting piknik, melainkan karena piknik itu penting! sekalipun dengan cara yang sederhana.
***
Wuihh, seru bangeeet mbaaaaak. Pengeeen. . . kapan ya bisa kayak mbak nani? Udah ke luar negara pulak :"(
BalasHapusserunya piknik keluarga kecilnya mbaa, aku suka dengan foto-foto liburan di luar negeri sayangnya kok di take so far away
BalasHapusMsh byk kok mbak ft2 yg diambil deket....hehee
HapusSenang banget pastinya y mbak berkesempatan jalan-jalan sampai keluar negeri sama keluarga.... :-)
BalasHapusPiknik bareng keluarga itu selalu seru ya, apalagi kalo di luar negeri. Belum pernah ajak anak-anak ke luar negeri, paling sebatas jawa bali aja sementara ini ^_^
BalasHapusAnak-anak berasa jadi si Bolang ya kalo berwisata ke Kampung wisata Cinangneng, bisa menanam padi dan memandikan kerbau. Seruu dan jadi pengalaman berharga untuk anak
BalasHapusPikniknya seru banget ya
BalasHapusSaya pernah juga ke Cinangneng,bermalam di sana. Saat tengah malam dibangunkan diajak berkeliling kampung dg membawa obor sbg penerangan. Yg begini nih yg bikin anak2 py pengalaman yg mengasyikkan.
BalasHapusTerimkasih tulisannya serasa mengajakku ..Kapan yaa bisa piknik ke luar negeri... salam kenal mbak, ---
Salam kenal balik mbak...trmksh sdh berkunjung :)
HapusWaa...pengalaman liburannya seru mb. Lengkap pula... Sukses lombanya ya mbak...:-)
BalasHapusMksh mbak :)
Hapuskampung wisatanya seruu.. bisa mandiin kerbau dan menanam padi di sawah...jadi ingat masa kecil... :)
BalasHapusSemoga menang lombanya ya mbak Nani...
Aamiinn..mksh mbak :)
HapusSenangnya bisa bepergian kemana-mana.
BalasHapusPiknik juga tidak harus mahal barangkali. Saya pernah piknik dari Prapanca ke Pasar Minggu jam satu pagi. Melihat kegiatan jual beli rakyat di pagi itu membukakan mata, menyehatkan pikiran dan membuat saya bersyukur.
Total selama 5 tahun tinggal di Bogor, saya juga selalu kangen dengan kota itu. Banyak kenangan.
salam,
http://alrisblog.wordpress.com
Wuuaahh ketemu yg prnh di bogor juga... :)
Hapusayo ke Bogoooooor :)
BalasHapusYuukk :)
Hapussetiap tempat punya nuansa dan kesan yang berbeda ya mbak, gak peduli jauh atau dekat... yang penting piknik! HIDUP PIKNIK!
BalasHapusBetull sekalee :)
HapusAsyiknya jalan jalan terus mba... Btw aku mah angkat tangan kalau pikniknya nyuciin kerbau hehehee.. Mundur cantik aja, tertarik harimau mungkin ya. Tapi takut juga sih hihihii.. Semangat kompetisinya mba :))
BalasHapussenengnya piknik
BalasHapusWaah
BalasHapusJalan2nya seru-seru
So sweet.. ternyata ada kenangan dan cerita di balik kota bogor. Senangnya bisa selalu jalan-jalan bersama keluarga.. :D
BalasHapusduh kalau ke venice emang cocoknya yang honeymoon yaa .. kok kayanya romantis banget :D
BalasHapus