Sabtu, 5 september aku berkesempatan mengikuti seminar yang
bertajuk ‘Travel Money Machine’ di Hotel
Sofyan Inn Tebet yang merupakan seri lanjutan dari seminar pertama satu minggu
sebelumnya. Seminar ini diselenggarakan
oleh PT. Java Travel World yang beralamat di Jalan Tebet Barat No:10, Jakarta
Selatan.
Aku memang termasuk suka ikut seminar yang mengedukasi, apapun
temanya. Tapi gak biasanya, setelah usai
mengikuti seminar ini hatiku terpanggil untuk menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Kebetulan aku suka traveling,
tapi bukan itu alasannya. Seminar ini
sangat inspiratif!!! Itu jawaban yang
tepat.
Sosok pemuda lajang usia 22 tahun menjadi pembicara utama
seminar itu. Aku yakin sebagian besar
peserta seminar yang berjumlah hampir ratusan itu menyimpan pertanyaan
masing-masing dalam benaknya. Apa yang
bisa dishare oleh seorang anak yang
baru lahir kemarin sore dan gak pernah makan bangku kuliah.
Realitas, umumnya pada usia 22 tahun seseorang baru saja
menyelesaikan S1-nya dengan pengalaman nol dan siap untuk kembali belajar
mengimplementasikan teori-teori dalam kehidupan nyata. Tapi berbeda dengan arif, sapaan CEO Java
Travel World ini.
Sejak tamat SMA, Arif sudah memulai karir bisnisnya dan
berpetualang dari satu bisnis ke bisnis lainnya. Menjelajah dunia bisnis yang tidak mudah
hanya mengandalkan kepekaan dan bermodalkan keberanian untuk menangkap setiap
peluang. Mandiri, belajar dan kerja
keras serta punya nilai-nilai dalam hidup adalah mottonya dalam menggeluti
bisnis. Jungkir balik, pahit dan
getirnya dunia bisnis sering dia
alami. Bahkan pada usia 19 tahun Arif
terjerat hutang sebesar 1,2 Miliar. Tapi
dengan kepiawaiannya dan insting bisnis yang terasah, ia mampu bangkit dan bahkan
sekarang bisnisnya makin besar dan merambah ke berbagai lini, diantaranya
property, kuliner, travel dan saat ini beliau telah sukses menjalankan enam perusahaan
sekaligus. Hanya dalam waktu 3 tahun,
amazing!!!
Jujur, aku lebih simpati dengan sosok praktisi seperti
Arif. Ketika pernah beberapa kali
mengikuti seminar Valentino Dinsi, yang menurutku lebih banyak berkutat pada
teori dan perhitungan-perhitungan bisnis yang alih-alih membuat audiencenya berani memutuskan untuk
memulai bisnis, yang ada malah sebaliknya, maju mundur dan akhirnya memilih
untuk tetap menjadi karyawan. Padahal
dari beberapa kontak personal dengan para ibu-ibu peserta seminar yang notabene
calon pengusaha dan sebagian kecil pengusaha level menengah bawah, mereka hanya
ingin bagaimana setelah keluar seminar prospek meningkat dan benefit
bertambah. Dan untuk calon pengusaha,
mereka berani memutuskan untuk memulai bisnis.
Simple bukan, tidak serumit teori-teori di buku tebal itu.
Mungkin sosok Arif inilah yang tepat disebut sebagai from Passenger to be Driver dalam
bukunya Rhenald Kasali. Tipekal yang menjadikan
dirinya sebagai kendaraan dan sekaligus sebagai pemegang kendali untuk berani
bertarung menjelajahi kehidupan dengan berbagai resiko.
“Menjelajahi kehidupan berarti bertarung menghadapi tantangan dan
perubahan seperti seorang pengendara yang tak bebas risiko. Kadang ia tergores, berbenturan dengan
kendaraan lain. Dan kalau kecelakaan dialah
yang diadili, bukan penumpangnya.
Sebaliknya, untuk menjadi penumpang anda boleh mengantuk, tertidur,
terdiam, tak perlu tahu arah jalan, bahkan tak perlu merawat kendaraan sama
sekali.” (Self Driving, Rhenald Kasali, Paragraf 2, hal. 1, 2015)
Mental seorang driver inilah yang membuat Arif begitu
percaya diri berbicara dihadapan audience, sharing berbagai kiat praktis dan
implementatif bukan hanya sekedar memindahkan teori-teori buku ke ruangan
seminar.
Diantara kiat sukses bisnisnya yang sangat terkesan olehku adalah
anti riba dan make rich together.
Keterpurukannya
hingga terjerat hutang dan konsekuensi lainnya seperti terancam
penjara dan lain-lain menjadi titik kebangkitan bagi Arif.
Dari pengalaman inilah kemudian Arif merubah pola bisnisnya yang tidak
hanya sekedar meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, tetapi lebih kearah
bagaimana agar bisnis yang ia jalani memberikan keberkahan. Caranya? Sama sekali tidak bermain dengan
riba. Dan Arif berusaha menggaet agen
travel sebanyak-banyaknya dengan biaya seminim mungkin agar bisnis travel agen ini tidak hanya bisa
dijalankan oleh kalangan the have
tapi semua masyarakat dari semua level klas sosial bisa ikut bergabung menjadi
pengusaha agen travel. Arif dan timnya
siap memberikan free konsultasi agar bisnis travel agen ini bisa tumbuh
bersama-sama, sukses membangun mesin uang bersama-sama, dan kaya secara material itu adalah bonus dari
Allah karena Allah ridho dengan apa yang
sudah dijalankan.
Ingin mengetahui lebih detail tentang Java Travel World atau
ingin mengikuti seminar-seminarnya yang inspiratif bisa di klik di : Java Travel World
Demikian sedikit ulasan tentang seminar Java Travel World yang saya ikuti. Semoga, banyak pemuda-pemuda yang tertulari
semangat belajar dan kerja keras bermental driver seperti Arif. Sukses di dunia, dan semoga juga sukses di
akhirat. Aamiinn.
Seminar yang bagus mbak Nani... semangat pantang mundur pak Arif perlu dicontoh...
BalasHapussaya malah ikut kebagian ilmunya nih... :)
Iya mbak...arif ini msh muda, mandiri, tekun belajr n kerja keras... patut ditiru ank2 muda skrng
HapusSuka dengan kalimat ini, "Dari pengalaman inilah kemudian Arif merubah pola bisnisnya yang tidak hanya sekedar meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, tetapi lebih kearah bagaimana agar bisnis yang ia jalani memberikan keberkahan."
BalasHapusKeberkahan yang dicari.
Ini poin yg paling penting ya mbak :)
HapusVisi berbisnis yang luar biasa, bhwa keberhasilan bisnis bukan sebarapa banyak keuntungan tapi bagaimana bisa meraih berkah sebesar-besarnya:)
BalasHapusWah masnya kece badai, bisa sukses bisnis dan gak pelit ilmu, aku kalo udah punya utang segitu banyak gak tau deh mesti gimana
BalasHapusWah...asyik ya Mba bisa ikutan seminar semacam itu.. Menambah pengalaman dan wawasan seputar dunia traveling ya..
BalasHapusBiaya untuk jadi agen java travel brp ya mba
BalasHapus