Untuk pertama kalinya aku dan keluarga mengunjungi salah
satu pulau diantara gugusan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau Pramuka, yang kemudian aku ketahui
sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan
Seribu.
Tidak Percaya! Kata itu yang terlintas di kepalaku ketika
turun dari kapal yang membawa kami mengarungi laut selama lebih kurang dua jam
dan kemudian melabuhkan kami di Pulau Pramuka.
Aku pikir Pulau Pramuka adalah pulau kecil yang sunyi. Pulau yang hanya didiami oleh segelintir
orang yang memiliki homestay atau
fasilitas yang menawarkan paket-paket bahari untuk kepentingan bisnis pariwisata. Ternyata aku salah! Kerumunan manusia
memenuhi jembatan yang menghubungkan pelabuhan dengan Pulau Pramuka. Ada wisatawan lokal, asing, para pedagang
yang menjajakan makanan di pinggir jembatan, orang-orang perahu, dan tentu saja
yang paling ramai adalah penduduk yang mendiami kepulauan ini. Pantas saja, pulau yang luasnya hanya sekitar
9 hektar ini dihuni oleh sekitar 1004
jiwa.
Pulau Pramuka, sebagaimana pusat pemerintahan kebupaten
lainnya, mempunyai fasilitas yang cukup memadai. Ada sekolah dari jenjang SD hingga SMA, Rumah
Sakit, Mesjid Agung, Bank dan kantor bupati beserta rumah dinas bupati dan para
pejabat kabupaten. Masyarakat disini
sangat ramah, perduli dan kental rasa kekeluargaan. Tapi satu hal yang aku sayangkan, untuk
makanan variasinya kurang banyak karena sangat tergantung pasokan dari Jakarta.
Langkahku sedikit tertatih menuju ke Homestay yang sudah
kami booking sebelumnya. Pemilik
Homestay begitu ramah menyambut kedatangan
kami. Sepertinya dia sangat paham
kalau aku masih merasakan pusing karena mabuk laut. Ah, baru kali ini kepalaku terasa sangat
berat. Sabar dan nikmatin saja, kilahku dalam hati.
Setelah istirahat dan merebahkan tubuh di kamar yang cukup
luas dan bersih, kami diajak pemilik homestay yang sekaligus pemandu kami
selama di Pulau Pramuka untuk makan siang.
Makan siang di pinggir pantai dengan panorama hutan bakau dan lautan
luas tak bertepi, sesekali ditiup hembusan angin membuat kami tidak sabar untuk
memulai perjalanan.
Penangkaran Hiu
Tepat jam tiga siang, saat matahari mulai meredup dan
teriknya tidak terlalu menggigit, kami memulai perjalanan ke penangkaran hiu
yang letaknya di tengah lautan. Untuk
sampai ke lokasi penangkaran hiu tersebut kami
menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar lima belas menit.
Pemandangan pertama yang aku saksikan setelah
turun dari perahu motor adalah jembatan kayu yang sangat panjang membelah sisi
lautan. Dari jembatan inilah, para
pengunjung bisa menyaksikan hiu-hiu cantik yang hilir mudik di dalam kolam
penangkaran. Dari atas jembatan yang
sangat panjang menjorok ke lautan ini pula, para pengunjung bisa menikmati
udara lepas dengan panorama lautan luas yang airnya sangat jernih dan
menyegarkan.
Sayangnya, hiu-hiu di penangkaran ini hanya bisa dilihat,
tidak bisa dipegang atau diajak bermain atau berenang bersama seperti
penangkaran hiu yang ada di karimun jawa.
Penangkaran hiu ini dimaksudkan untuk melestarikan keberadaanya yang
sudah semakin terancam punah karena banyaknya manusia yang memanfaatkan sirip
hiu untuk membuat sup sirip hiu yang menjadi standar prestise dalam tradisi
perayaan imlek. Diharapkan dengan penangkaran
hiu ini, keberadaan biota dan ekosistem di lautan tetap terjaga
keseimbangannya.
Setelah puas menyusuri jembatan sambil berfoto ria,
menyaksikan hiu-hiu di kolam penangkaran, kami beristirahat di sebuah resto
apung yang hanya beberapa meter saja dari kolam penangkaran hiu.
Di resto ini disediakan berbagai menu berat dan ringan, di
bagian belakang resto juga terdapat tempat untuk berbelanja berbagai souvenir
dan oleh-oleh. Duduk di kursi outdoor
ditemani makanan ringan sambil memandang lautan yang bening, ikan-ikan kecil
berseliweran, beberapa rumpun hutan bakau menyembul diatas air dan
perahu-perahu yang hilir mudik, begitu menenangkan bathin, hilang lepas segala
penat.
Penangkaran Penyu
Sisik
Tak berapa lama, kami melanjutkan perjalanan hari itu ke
penangkaran penyu sisik. Sebagaimana hiu
yang keberadaannya mulai terancam, penyu sisik pun demikian. Penyu-penyu ini dilestarikan dalam
kolam-kolam penangkaran indoor. Telur-telur
penyu yang berhasil diselamatkan di pinggiran laut ditimbun dalam pasir yang
diupayakan sedemikian rupa hingga menyamai habitat aslinya. Setelah menetas, penyu-penyu bayi ditaruh
dalam bak-bak penampungan. Dirawat,
dipelihara sampai menjadi penyu dewasa yang siap dilepas ke lautan tempat
habitat yang sebenarnya. Penyu sisik ini
termasuk dalam jenis penyu yang terancam punah.
Predator yang paling berbahaya adalah manusia, terutama para oknum yang
memanfaatkan karapas atau cangkang penyu sisik yang sangat unik dan cantik
untuk dijadikan bahan dasar perhiasan yang mempunyai nilai jual yang sangat
tinggi.
Tidak terasa, waktu semakin sore, sementara itenarary kami hari itu masih ada satu
lagi. Menjelang sunset, pemandu
mengantar kami ke lokasi tempat bermain banana boat.
Banana boat merupakan water sport atau olahraga/permainan
air yang seru dan menegangkan. Kami
tidak mau membuang waktu yang sudah semakin sempit karena sebentar lagi
matahari pulang keperaduannya. Segera
kami kenakan life jacket atau baju pelampung dan langsung menuju boat/perahu
yang berbentuk pisang yang sudah menunggu kami untuk memulai permainan.
Spontan kami tertawa terbahak, berteriak saat speed boat
menarik boat kami dengan kencang, kemudian diputar ke kanan dan kekiri,
meliuk-liuk diantara semburan air laut yang menerpa wajah dan puncak keseruan
dari permainan ini adalah saat di jatuhkan ke dalam air laut.
Bahagia, senang, dan penuh dengan gelak tawa. Apalagi kami diajak berputar-putar dan kembali banana boat kami dibalik dan kamipun tumpah ke air laut hingga tiga kali. Aaaahhh senangnya….
Baca juga snorkeling di pulau pramuka di : Surga Bawah Laut, Bukan Surga Yang Tak Dirindukan
Gakk salah mba jika pulau Pramuka dinamakan surganya dunia...hikk jadi pengin kesana niiih :)
BalasHapusBetulll... hayuk kesana... dijamin hilang semua penat...hehehe
Hapuswah kayaknya asik nih tapi membayangkan naik kapal 2 jam tanpa mabok gimana ya, secara aku takut naik perahu
BalasHapusMinum obat anti mabok mbak...hehheh :)
BalasHapusAku mabuk laut.
BalasHapusPadahal orang jakarta, tapi ga pernah nyebrang ke pulau seribu.
Tapi terobati deh dengan tulisan ini. Fotonya keren-keren lagi.
Wah alhmdllh...tp sesekali perlu dicoba lo mbak ke pulau seribu... :)
HapusSenang banget holiday nya.. Aku belum pernah ke pulau seribu, pengen banget ke salah satu pulau nya.. Btw mba nani pakai travel apa.. Hehehe..
BalasHapusHttp://beautyasti1.blogspot.com
Bukan travel kayaknya mbak... yg punya homestay disana, krn aku ambil paket jadi sekaligus jd pemandu kami selama disana... :)
Hapusenak sekali bisa jalan-jalan
BalasHapusAlhamdulillah.... salam kenal, trmksh udh berkunjung :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusLumayan jauh ya Mba...2 jam nyebrang baru nyampe ke Pulau Pramuka.. Tambah 1 jam lg dah nyampe di Lampung..hehe.. Btw, Pulau Pramuka surganya wisata air ya.. Keren ya bisa lihat penangkaran penyu dan ada hiu lagi...
BalasHapusHihihi iyo yuk...hmpir samo dg nyebrang ke lampung.... pulau pramuka tuh mmg cocoknya wisata bahari tp sayang gak bisa berenang bareng hiu kyak di karimun java :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus