Jelajah Pulau,
Menikmati Beragam Rasa. Kabut pagi
masih terasa, saat aku dan keluarga meninggalkan rumah menuju Marina
Ancol. Jalanan masih relatif sepi, jalan
tol masih tidak terlalu padat. Ban mobil
kami menggilas aspal dengan kecepatan diatas 100km/jam. Berharap bisa tepat waktu sampai ke Marina Ancol, mengingat kapal Speed Boat
akan mulai bergerak tepat jam 8 pagi.
Menikmati akhir pekan dengan menjelajah pulau-pulau di
Kepulauan Seribu adalah tujuan perjalanan kami.
Tapi kali ini kami bersama rombongan dari travel agen, Java Travel World
yang berjumlah 20 orang. Berharap
weekend kali ini bisa lebih seru dan menyenangkan dibanding ketika hanya aku
dan keluarga-ku saja.
Sekitar jam 7 pagi, mobil kami telah merapat di Gerbang Pintu
Barat Ancol. Seorang personil Java
Travel World telah menunggu disana untuk
membagikan kupon gratis masuk ancol.
Mobil kami bergerak mengikuti papan penunjuk arah menuju
Dermaga Marina. Selang beberapa
menit, kapal-kapal Speed Boat mulai
Nampak dari kejauhan, pertanda Dermaga sudah di depan mata.
Setelah mencari parkir mobil di tempat yang aman untuk
bermalam, kami berjalan menuju Dermaga dengan membawa tas ransel masing-masing. Mulai terlihat hilir mudik para calon
wisatawan baik lokal maupun asing. Satu
persatu Dermaga kami lalui, Dermaga 16 yang sedang kami tuju ternyata cukup
jauh dari tempat parkir mobil.
Kapal Speed Boat |
Dermaga 16 |
Menit ke menit terus bergulir, satu persatu anggota rombongan
kami berdatangan. Reza-Travel Guide,
menyapa dan memperkenalkan beberapa orang yang akan berangkat bersama rombongan
kami. Aku melihat wajah-wajah tersenyum
dibalik keramahan bertegur sapa. Dan
kamipun terlibat dalam obrolan ringan.
Matahari pagi makin
terasa sengatannya, udara pantai pelabuhan terasa begitu gersang ditengah
kerumunan orang-orang yang masih
terlihat sebagian hilir mudik. Ah,
rasanya sudah tidak sabar ingin mengarungi
lautan, merasakan udara laut yang kencang menerpa-nerpa wajah.
Aku mengarahkan pandangan ke deretan kapal speed boat yang
sedang tertambat. Kapal-kapal itu tidak
diam, oleng ke kanan dan kiri. Ada kursi
pengemudi di lantai atas. Dan di belakang pengemudi tersedia empat kursi untuk
penumpang yang berani berada di ketinggian.
Aku tidak bisa membayangkan, jika aku menempati salah satu kursi
penumpang saat kapal sedang berjalan.
Seperti sedang berselancar menggunakan banana boat di tengah lautan yang
dalam. Tapi ini bukan banana boat yang
seru itu, tentu tidak menarik buatku.
Jam delapan, kami dan seluruh rombongan sudah berada di atas
kapal. Tentu saja aku memilih tempat
duduk di lantai bawah, dalam ruangan ber AC, bersih dan tempat duduk yang empuk
berbusa.
Setengah jam terlewati, semua diam membisu. Hanya suara ombak yang terdengar menderu-deru
dari balik dinding kapal. Kapal mulai
bergoyang tak beraturan. Naik turun
dengan goncangan yang keras dan mengaduk-ngaduk isi perut. Aku mulai merasa tidak nyaman. Apalagi ingat Mas Reza mengatakan kalau
perjalanan memakan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Haduh, masih lama sekali aku harus tersiksa dalam kondisi seperti ini.
Hampir menyentuh satu jam perjalanan, ternyata bukan hanya aku
yang mengeluh tidak nyaman. Seorang
wanita yang persis duduk di depan aku juga mengeluhkan hal yang sama. Dia menawarkan obat anti mabuk yang aku
sambut dengan senang hati. Glek, obat
anti mabuk sudah kupastikan sampai di perut dan berharap ketidaknyamanan ini
segera berakhir. Menit-menit berputar terasa begitu lama. Sementara ombak di luar sana sepertinya makin
keras, kapal speed boat yang aku tumpangi melaju makin kencang dari
sebelumnya. Isi perutku rasanya sudah
mulai mendesak naik ke dada. Aku sudah
menyiapkan kantong plastik khawatir aku
tak sanggup lagi untuk menahan isi perut agar tidak keluar.
Satu setengah jam sudah, kami berada di tengah lautan. Aku memejamkan mata, berharap kantuk bisa
meminimalisir rasa mual dan pusing.
Kurasai, kapal speed boat kami berjalan makin lambat. Dan seketika aku membuka mata, samar-samar
kulihat ada pohon-pohon hijau di pinggiran pantai. Ada jembatan kayu yang panjang semakin
mendekat. Mas Reza bangkit dari tempat
duduknya.
“Kita sudah sampai,” teriaknya sambil mengintip ke jendela.
Aku terperangah, melirik ke jam yang ada di pergelangan
tanganku. Baru 1,5 jam perjalanan. Aku memasang muka tidak percaya di hadapan
Mas Reza.
“Benar, kita sudah
sampai, kecepatan kapal sangat tinggi, mari kita keluar ,” ajaknya kepada
seluruh rombongan.
Aku langsung berdiri dan benar saja, kapal speed boat kami
sudah ditambatkan. Pintu kapal sudah
dibuka, dihadapan kami jembatan panjang pelabuhan sudah menanti untuk diinjak.
Haps, aku melompat dari tepi kapal ke atas jembatan kayu yang
lebarnya sekitar dua meter. Kutarik
nafas dalam-dalam, sambil sesekali merentangkan tangan menghirup udara segar di
alam lepas lautan. Seketika, rasa pusing
dan mual menguap entah kemana.
Alhamdulillah.
Berlabuh di Dermaga Pulau Bira |
Jembatan menuju Pulau Bira |
Ini jembatan pelabuhan Pulau Bira, pulau yang dipilih Java
Travel sebagai tempat bermalam setelah letih menjelajah pulau. Pulau tak berpenghuni. Sunyi senyap dan menenangkan. Apalagi kapal kami adalah kapal pertama yang
bersandar pada hari itu.
Keheningan itu makin terasa ketika kami memasuki area
cottage. Pohon-pohon besar rindang
diperkirakan usia puluhan tahun berjejer di pingggiran pantai. Cottage-cottage berdiri menghadap ke
pantai. Ada puluhan cottage di pulau
ini. Tapi semuanya terlihat kosong, dan
terkesan sedikit suram.
Pulau Bira, menuju Cottage |
Usai makan siang dan sholat dzuhur, kegiatan menjelajah pulau
dimulai.
Pihak Java Travel menyediakan dua perahu jelajah, satu untuk
rombongan wanita dan satu lagi untuk
rombongan pria. Pulau pertama
yang disambangi adalah Pulau Macan. Pulau
yang terkenal dengan resortnya ini memang menawan. Sangat tepat untuk para wisatawan berkantong
tebal yang ingin menikmati ‘surga’ di pulau impian. Tapi sayang, rombongan kami hanya melakukan
aktivitas snorkeling di pulau ini.
Snorkeling di Pulau Macan |
Setelah puas bersnorkeling ria, perjalanan kami lanjutkan ke
Pulau Tongkeng. Berlabuh di Dermaga
Pulau Tongkeng serasa berlabuh di Pulau Pribadi. Air laut terhampar luas di depan mata,
warnanya bergradasi hijau, biru bersanding dengan warna putih pasir yang halus
dan bersih. Batu-batu karang jelas
terlihat dari permukaan air, menandakan air di pulau ini masih alami, belum tercemar
sama sekali. Setiap kali menyaksikan
karang warna warni dibalik air yang bening, setiap itu pula aku merasa berada
di dalam sebuah akuarium raksasa alam semesta.
Sesi foto-foto pun berlanjut.
Dermaga Pulau Tongkeng |
Pinggir Pantai Pulau Tongkeng |
Lepas dari Pulau Tongkeng, jelajah selanjutnya adalah ke Pulau
Dolpin.
Hanya kurang lima belas menit, perahu yang kami tumpangi sudah
mendarat di Dermaga Pulau Dolpin. Sayang
perahu kandas. Kami terpaksa harus turun
dari perahu dan berbasah-basahan selutut karena perahu tidak bisa menyentuh
langsung bibir pantai.
Pulau Dolpin berbeda dengan pulau-pulau lainnya. Pulau ini menjadi transit para wisatawan
untuk melepas lapar setelah berputar ke
beberapa pulau tak berpenghuni. Disini
tersedia banyak jajanan ringan dan berat.
Atau singgah sejenak untuk memanjakan lidah dengan es kelapa yang segar
sambil menikmati sepoi-sepoi angin pantai, menjadi pilihan yang tepat.
Pulau Dolpin |
Tidak lama kami berada di Pulau Dolpin ini, karena kami ingin menghabiskan waktu sore dengan
menyaksikan sunset di Pulau Perak.
Dan perjalananpun berlanjut ke Pulau Perak.
Sampai di Pulau Perak, bias merah langit mulai terlihat. Suasana di pulau ini cukup ramai. Sepertinya banyak para wisatawan yang sengaja
menanti sunset dan memanfaatkan saat-saat terbenamnya matahari untuk berfoto
ria. Pantainya yang landai dan menantang
arah tenggelamnya matahari, pasir putih
halus dan air yang jernih merupakan kombinasi yang pas untuk bermain-main
menceburkan diri di pantai. Untuk yang
berani, bisa memilih permainan banana
boat yang seru dan dijamin ketagihan setelah melakukannya.
Untuk anak-anak, di
pinggiran pantai diatas permukaan butiran pasir putih yang halus terdapat
ayunan yang bisa dijadikan alternatif hiburan setelah puas bermain di air.
Sunset di Pulau Perak |
Ah, tak terasa langit mulai gelap samar-samar. Badanpun mulai terasa letih. Sudah saatnya beristirahat, melemaskan
otot-otot agar esok hari bisa melanjutkan itenarary berikutnya. Perahu kamipun melaju perlahan, kembali
menuju ke Pulau Bira, pulau tempat peristirahatan. [Nani Djabar]
Bagus-bagus pemandangan pulaunya. Fotonya juga bagus. Banyak pulau yang belum saya datangi. Baru Pulau Perak saja :)
BalasHapusTrmksh mb...sdh berkunjung...pulau macan sy rekomendasi mb :)
HapusMasya Allah.. selalu suka dengan foto-fotonya Mbak Nani, suka banget foto siluet terakhir itu. Ayunan di pinggir pantai dengan pemandangan sunset.. Lovely! ^^
BalasHapusMakasih mb irly... :)
HapusAku jg entah knapa klo naek kpal mabok..hihii
BalasHapusKata2 nya indah mb aku sukaa, serasa ikut ada dlm cerita
Iya nih mb...blm bs mengantisipasi mabok laut.....mksh mbak...:)
HapusPake jasa jasa travel world ya mba, ini yang aku cari cari.. Pengen banget bisa ke pulau seribu mana aja, tapi masih nyari travel yang trusted gitu, takut kenapa napa.. Satu lagi, nyari yang dari dermaga ancol, naik speed boat bukan dari satu lagi tuh, aki lupa namanya hehehe.. Bookmark dulu deh..
BalasHapusIndah bget sunsetnya mba....^_^
BalasHapusDulu waktu naik kapal dari bali ke lombok saya juga pusing bangettt...saya antisipasi dengan naik keatasnya...biar bisa langsung melihat laut dan menikmati angin...ujung-ujungnya malah masuk angin hehe
Rasanya pusing diperjalanan terbayar lunas setlh sampai ditujuan ya mbak Nani...
BalasHapusTempatnya indah sekaliii... sunsetnya bagus banget tuh mbak... :)
Wah indah sekali pemandangan nya, sungguh sangat menyegarkan dan tentunya bisa refresh otak, hehee...
BalasHapussaya blm pernah mbak, naik kapal...kayanya saya juga bisa2 mabuk laaut klo naik kapal ya..ke pantai aja saya ga mau terlalu dekat dengan ombak...ngeri
BalasHapusancol memang tempat yang tepat ya mbak buat liburan keluarga.hihi
BalasHapusnanti deh aku juga mau ajakin keluarga kecil ke ancol kalo ada waktu dan uang, hehe
Keluarga Nani kompakan ye...senang travelling galo... Sipp nian Nan, punya selera yang sama dgn keluarga...
BalasHapuspemandangannya cantiiiik...ah mupeng ke pulau bira....moga ada rejekinya aamiin
BalasHapusSunsetnya juara >.< Keren!!!
BalasHapusKeren ya Pulau Bira... jadi pengen ke sana :)
BalasHapus