Jumat, 10 November 2017

Menikmati Udara Lembang, Menghirup Aroma Eropa di Farm House

Dingin udara Lembang mulai terasa di sekujur tubuh saat mobil kami berhenti dan istirahat sejenak meluruskan persendian setelah 4 jam perjalanan dari Bekasi.

Hawa sejuk khas pegunungan yang menyegarkan, kontur jalan  naik turun dengan bukit-bukit menghijau membuka kembali memoriku saat berada di Monaco pada musim dingin beberapa tahun yang lalu.  Kurentangkan kedua tangan, kutarik nafas dalam-dalam sembari memejamkan mata dan mengucap syukur betapa indah dan sejuknya semesta Mu.

Lembang memang sarat destinasi wisata.  Di sepanjang jalan menuju hotel tempat kami menginap satu persatu tempat-tempat wisata terlewati dengan jarak yang tidak begitu berjauhan.  Udara sejuk, tempat wisata bertebaran dan kuliner khas yang memanjakan lidah merupakan kombinasi yang sempurna sebagai pilihan untuk bersantai di akhir pekan bersama orang-orang yang kita cintai.

Menjelang tengah hari, saat mentari mulai menghangat, kami sampai di Hotel Sandal Woods, hotel tempat kami menginap yang sudah kami booking sebelumnya.  Tampilan hotel dari depan sangat biasa bahkan terkesan sangat sederhana menurutku dibanding rate kamar hotel yang berkisar diatas satu jutaan/malam.


Hotel Sandal Woods


Langkah kakiku sedikit enggan memasuki lobi hotel, sementara pikiranku masih bertanya-tanya "kok gak seperti yang aku liat di websitenya, kecele deh"  bathinku.

Tanpa aku sadari suamiku sudah chek in dan kedua putriku sudah masuk duluan ke ruang lobi.
Aku terperanjat ketika salah seorang dari putriku melambaikan tangannya mengajak aku memasuki ruangan besar di bagian dalam.  Ternyata dugaanku salah.  Hotel ini sangat berkonsep. Ada sebuah ruangan besar yang terhubung dengan alam terbuka, dengan kursi dan sofa- sofa yang tertata apik.  Sudut-sudut ruangan terdapat benda-benda unik miniatur eropa dipercantik lampu remang warna warni.  Di seberangnya terdapat kolam renang dengan air yang biru jernih dan disekelilingnya ada bangunan tinggi dengan warna dan model yang klasik.



Tiba-tiba aku merasa seperti sedang berada di Eropa,
Benar, sang pemilik hotel yang pernah bersekolah dan tinggal lama di Eropa  sengaja mendesain hotel ini bernuansa Eropa.  Sama dengan tempat wisata Farm House dan D'Ranch yang juga miliknya.  Hanya floating market, dan rumah sosis yang tidak dikelola dengan konsep Eropa, celoteh resepsionis dengan wajah sumringah ketika aku menyampaikan rasa ingin tauku.

Aku tidak sabar untuk segera mengunjungi tempat-tempat wisatanya.  Usai melaksanakan kewajiban pada Sang Maha, kami langsung meluncur ke Floating Market yang tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.  Sayang sekali, ekspektasiku terhadap pasar terapung ini mungkin terlanjur tinggi.  Dalam bayanganku, kami bisa manaiki perahu dan bertransaksi jual beli di atas air layaknya Floating Market yang ada di Bangkok atau Kalimantan.  Ternyata disini hanya ada para penjual beragam kuliner, diatas tempat yang berbentuk perahu diam yang dipasang berjejer di pinggiran danau.



Hmmm, aku sempat tercenung dan akhirnya tidak lama memutuskan untuk segera keluar menuju tempat wisata Farm House susu Lembang.

Lima belas menit berlalu.  Kami sudah memasuki halaman parkir yang sangat luas di area wisata farm house.  Kubuang jauh-jauh segala harapan tentang indahnya wisata ini.  Sudahlah aku hanya ingin menikmati kebersamaan bersama keluargaku tercinta.  Bagaimanapun suasananya aku sudah sangat bahagia bisa melalui akhir pekan bersama orang-orang yang aku cintai.

Tempat wisata ini sepertinya cukup luas.  Dari halaman parkir menuju pintu masuk cukup jauh.  selintas terlihat asri dan sangat menarik.

Gerimis kecil menemani langkah-langkah kaki kami menuju pintu masuk yang tiketnya bisa ditukar dengan 1 cup susu atau jus atau 1 menu makanan yang ada di resto farm house.
Pandanganku menyapu ke setiap penjuru.  Wow Menarik!!! gumamku dalam hati.


Kedua putriku langsung menyambangi kandang-kandang ternak yang ditata sedemikian menarik.  Ada iguana, angsa, burung, kelinci, kambing, sapi dan lain-lain.  Iya, Farm House ini merupakan tempat wisata di alam terbuka yang berkonsep perkebunan dan peternakan dengan setting dan landscape yang dikelola sedemikian rupa sehingga pengunjung merasakan seolah-olah sedang berada di Eropa.  

Gerimis sesekali masih terasa menyentuh pipi.  Udara dingin, taman dengan bunga mekar warna warni dan bangunan-bangunan klasik semakin mengentalkan rasa Eropa.


Banyak yang bisa dinikmati di tempat ini.  Kamu yang suka kuliner bisa mengunjungi Resto yang pernak pernik ornamennya Eropa banget dan menu-menunya juga lengkap dari lokal hingga menu khas eropa yang maknyus di lidah ada disini.



Yang suka fotografi, disini tempatnya spot-spot cantik ala Eropa dan kamu bisa jeprat jepret sepuasnya.

Yang suka selfie, kamupun bisa berselfie ria menggunakan kostum ala princes Eropa yang bisa disewa dengan harga yang sangat terjangkau, sekitar 50 ribu per kostum.





Atau kamu juga  bisa sekedar menikmati waktu bersama keluarga tercinta dengan menelusuri lorong-lorong taman yang indah, melihat detail rumah hobbit, duduk-duduk bersantai di sudut-sudut taman sembari menghirup hawa sejuk, menyegarkan mata sekaligus pikiran.


Tak terasa, senjapun usai diantara gerimis dan mendung.  Sayap malam mulai mengembang.  Lampu-lampu temaram di taman mulai menyala.  Membuat suasana menjadi semakin indah dan romantis.  Tapi sayang, pekat malam menggiring kami untuk segera beristirahat dan sebelum kembali ke hotel kami menyempatkan berbelanja souvenir yang dijajakan di atas mobil unik dengan beberapa anak tangga bertabur bunga.

Jujur, aku masih menyimpan rasa rindu di tempat ini.  Semoga ada kesempatan lagi untuk bisa kembali kesini.

###

Wassalam,

Nan Djabar

Selasa, 07 November 2017

Sekelumit Wajah Kuala Lumpur



Sekitar jam 8 malam waktu Malaysia, untuk pertama kalinya kakiku menginjak bumi Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur.  Badan cukup terasa pegal setelah perjalanan satu jam dari Singapur menuju Johor.  Singgah di LegoLand dan kemudian kembali berhenti di JPO (Johor Premium Outlet) hingga petang hari, kemudian selama tiga jam mobil melaju kencang membawa kami dari Johor menuju Kuala Lumpur.

Aku dan keluarga kecilku menginap di jalan Bukit Bintang, di sebuah hotel milik orang Bangladesh yang sudah memulai bisnisnya sekian puluh tahun yang lalu.

Memasuki kehidupan malam hari di Kota Kuala Lumpur, hampir tidak ada bedanya dengan kehidupan di ibukota Jakarta.  Hiruk pikuk kendaraan yang berjejal bercampur hilir mudik manusia masih memenuhi jalan-jalan utama.  Gemerlap lampu warna warni di sepanjang jalan, bising suara musik dari tempat hiburan dan restoran masih jelas terdengar memekakkan telinga.  Tentu pemandangan ini jauh dari yang aku bayangkan sebelumnya.

Setelah chek in dan menaruh koper di lantai 9, kami langsung turun dan berencana memenuhi hajat perut yang sejak tadi keroncongan.  Tidak sulit menemukan makanan disini.  Kiri kanan, depan belakang hotel tempat kami menginap adalah jalan-jalan utama yang berjejer restoran dan warung makan yang menawarkan menu-menu dari berbagai negara.  Dan yang paling menyenangkan disini semuanya dijamin halal.

Ada Restoran Thailand, Resto khas Melayu, Restoran Bangladesh, Arab, Pakistan, Jepang, India,  Cina sampai menu-menu barbeque ala Itali dan negeri Eropa lainnya ada disini.  Wah menakjubkan bukan? ini wisata kuliner terlengkap pertama kali yang aku kunjungi dalam satu lokasi.  Pantes aja kalo ada guyonan diantara orang Malaysia sendiri, kalo mereka meninggal karena kekenyangan makan...heehehhe

Malam itu kami memutuskan untuk menikmati masakan Thailand.  Alhamdulillah perut kenyang hatipun makin senang.

###


Aku bangun saat subuh bukan karena mendengar lantunan adzan, tapi suara hingar bingar dari bawah jendela kamar yang tak mengenal waktu istirahat membuat tidurku menjadi tidak berkualitas.  Kusibak tirai jendela kamar sembari mengarahkan pandangan ke bawah, kendaraan masih berlalu lalang, meski jumlahnya sedikit berkurang.  Sayup-sayup  masih terdengar alunan musik dari kejauhan, sepertinya kota ini tidak pernah tidur dan jauh dari rasa lelah, hmmm inikah potret Kuala Lumpur yang sebenarnya?? tanyaku membathin.

###

Usai menyantap sarapan pagi, aku, suami dan kedua putriku langsung menuju mobil yang sejak tadi sudah menunggu di halaman parkir hotel.  Karena kami menggunakan privat packet jadi waktu dan itinerary sangat fleksibel. Driver sekaligus guide siap menghantarkan kemanapun destinasi yang kami inginkan.

Aku makin penasaran dengan kota ini, Wisata Genting HighLand menjadi destinasi pertama  yang kami kunjungi.  Berharap tempat-tempat yang kami kunjungi sedikit memberikan gambaran atau jawaban dari rasa ingin tahu mengenai banyak hal tentang negeri tetangga ini.

Sky Way Genting HighLand                                                    

Genting HighLand merupakan wisata tanah tinggi Genting yang berada di ketinggian puncak gunung, sekitar 2000 meter di atas permukaan air laut.

Memasuki kawasan menuju Genting High Land, dimulai dengan cable car dan kemudian diteruskan dengan Sky Way atau kereta gantung yang membawa kami berselancar ke angkasa menikmati suasana Genting dari atas bukit.  Aku jadi teringat ketika mendaki Mount Titlis Switzerland beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan cable car dan kereta gantung meskipun dengan iklim dan pemandangan yang sangat berbeda tentunya.

Menurut sejarahnya, cable car dan sky way Genting ini dinobatkan sebagai transportasi wisata tercepat dan terpanjang di Asia Tenggara.

Ada perasaan takjub mengingat negeri jiran ini adalah negara berkembang yang sangat dekat dengan Indonesia.  Tapi mereka bisa membangun kawasan wisata dengan teknologi canggih yang menyerap banyak wisatawan dari manca negara.  Padahal kalau dicermati tidak ada yang begitu istimewa dari wisata Genting Highland ini.  Apalagi kalau kita bandingkan dengan wisata pegunungan di Indonesia, jelas keindahan alam dan pegunungan di Indonesia lebih memikat dan mencengangkan.  Mungkin ini PR besar buat dinas kepariwisataan di Indonesia.

Tepat di puncak Genting HighLand, dimana semua wisatawan diturunkan dari kereta memasuki sebuah Mall besar yang siap menggoda para wisatawan untuk berbelanja dan berwisata kuliner.  Kebetulan saat itu area outdoornya sedang direnovasi sehingga kami hanya menikmati udara sejuk Genting dari dalam Mall.

Mall Genting

Dari Genting HighLand perjalanan kami lanjutkan ke Batu Caves di daerah Selangor, Malaysia.  Yang menarik di lokasi ini adalah anak tangga yang berjumlah 272 yang digunakan para wisatawan menuju puncak bukit kapur, gua dan kuil umat hindu dengan patung raksasa seorang dewa umat hindu setinggi 42,7 meter.

Batu Caves


Menjelang sore kami singgah di Istana Negara untuk photo stop.  Istana yang luas, bersih tapi sayang cuaca sangat terik sementara tidak banyak pohon-pohon untuk berlindung.
Dan sebelum kembali ke hotel, kami sempat mengintip pusat perbelanjaan duty free, tempat dijualnya barang-barang branded original dengan harga miring.  Kebanyakan yang dijual disini adalah jam tangan.

Istana Negara



###

Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi wisata yang sudah tidak asing lagi di telinga, Menara Kembar Petronas.  Untuk masuk hingga ke puncak menara sebaiknya membeli tiket satu hari sebelumnya.  Harga tiket berkisar 130 RM/orang.



Sky Bridge

Megah, kesan pertama ketika memasuki ruang bagian dalam menara.  Sepasang menara yang dirancang oleh arsitek Argentina ini pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia pada periode 1998 hingga 2004 sebelum dilampaui oleh Burj Khalifa dan Taipei 101.

Tepat di lantai 41 terdapat Sky Bridge, jembatan yang menghubungkan bagian atas menara.  Dari bagian dalam jembatan yang berdinding kaca, pengunjung diberikan waktu 15 menit untuk berfoto dan menikmati pemandangan sebelum melanjutkan perjalanan ke lantai paling atas.

View dari Sky Bridge

Di puncak menara, di lantai 86 disediakan teleskop dan sofa-sofa untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung agar bisa menikmati pemandangan di luar sana dengan suasana yang lebih santai bersama keluarga.

Lantai 86 Menara

Tersedia juga fasilitas game menara dengan layar lebar dan cafetaria yang menawarkan berbagai souvenir.

Dan sebelum meninggalkan kawasan menara, para pengunjung bisa berbelanja di lantai paling bawah di Suriah KLCC Mall dan pada bagian outdoornya terdapat taman  dengan air mancur simfonik yang sangat indah untuk dijadikan background foto.

Dari beberapa tempat yang kami kunjungi, jarang sekali aku temui orang asli melayu.  Bahkan di beberapa restoran yang kami singgahipun kebanyakan bule Eropa, Cina, Arab dan India.

Ini yang menurutku juga sangat menarik.  Guide kami yang asli orang melayu membenarkan realitas itu.  Kondisi multi ras di Kuala Lumpur tidak bisa dihindari, karena sejak Malaysia dijajah oleh Inggris, etnis Cina dan India mulai berdatangan baik sebagai pekerja ataupun berdagang.  Apalagi sekarang para tenaga kerja asing banyak berdatangan untuk mengadu nasib di negeri ini.  Jadilah negeri ini dengan wajah-wajah multi kultural.

Sampai disini, tertarik untuk mengunjungi Kuala Lumpur???

Sepertinya sudah terlalu banyak aku berceloteh, aku sudahi sampe disini dulu ya
sebenarnya masih banyak yang ingin aku tulis, mudah-mudahan next time bisa aku lanjutkan.

What ever, semoga tulisan ini ada manfaat...


"Let's making memories, 'cause time will never turn back"

Wassalam,

Nan Djabar



view dari lantai 41 (Sky Bridge)



Jumat, 06 Oktober 2017

Berwisata ke Kampung Sampireun


Berwisata ke Kampung Sampireun, Garut


Kesan pertama ketika memasuki lokasi Kampung Sampireun adalah sejuk, asri, luas dan seperti berada dalam sebuah perkampungan yang sesungguhnya.  Bagi kami yang tinggal di kota Metropolitan, pemandangan ini sangatlah langka dan tentu saja membuat kami ingin merasakan, menikmati suasana dan segala fasilitas yang ditawarkan disini.

Kampung Sampireun sejatinya adalah Resort atau tempat menginap yang berlokasi di Samarang Garut.  Tidak sulit menuju ke lokasi ini, karena nama Kampung Sampireun ini sudah sangat familiar di telinga masyarakat.  







Tepatnya jam 9.00 pagi kami masuk ke lobi dan disambut hangat dengan senyum dan keramahan dari petugas resort.  Saat itu bertepatan dengan libur akhir tahun, jadi bisa dipastikan para tamu sangat ramai sehingga untuk mendapatkan kamar disini harus booking satu bulan sebelumnya.

Setelah menikmati welcome drink, diiringi alunan musik sunda sambil  menikmati pemandangan unik disekitar lobi kami dihantarkan petugas untuk menuju kamar tempat kami menginap.  Berjalan melalui jalan setapak yang dikiri kanannya taman-taman bunga tertata, melewati pinggiran danau yang diatasnya terdapat kamar-kamar pengunjung yang di desain unik seperti rumah panggung, akhirnya kami tiba di kamar yang sudah disediakan untuk kami.

Wow, cukup kaget karena interior kamar didesain sangat klasik bernuansa ndeso.  Dinding kamar yang terbuat dari anyaman bambu, tiang-tiang penyanggah dari bambu utuh sampai atap pun terbuat dari pelepah bambu.  Tapi tetap dengan sentuhan elegan, unik dan sangat menarik.  Bahkan di dalam kamar disediakan sebuah alat permainan tradisional congklak, permainan anak-anak di era tahun 1980-an.  Amazing!!! Mengingatkan aku pada masa kanak-kanak dahulu.

Aku dan keluarga sangat menikmati suasana dalam kamar yang dingin meskipun tanpa AC (Air Conditioner).  Gelak tawa pun merekah ketika aku mulai memperkenalkan permainan congklak kepada anak-anak yang baru pertama kali melihat permainan ini.  Ah sungguh mengasyikkan..

                                                                        ***
.

Ketika malam tiba, kerlap kerlip lampu dari kamar-kamar yang mengelilingi danau begitu mempesona.  Suhu dingin mulai terasa di kulit, serabi  dan secangkir wedang jahe hangat menemani kami menikmati suasana malam.

Pagipun tak terasa menghampiri.  Udara dingin masih terasa menggigit.  Mentari perlahan muncul dari sela-sela pepohonan rindang seolah mengerti kalau kami butuh penghangat.  Aku dan keluarga menikmati udara pagi dengan berjogging mengitari danau.  Ikan-ikan Koi berukuran besar dan bervariasi bermunculan diatas permukaan air danau.  Menyejukkan mata, menghilangkan segala penat, apalagi ketika mendayung perahu sambil memberi makan Koi-koi tersebut di tengah danau, sangat menyenangkan.





Kegiatan pagi kami akhiri di Resto yang telah siap menyajikan menu sarapan yang sehat dan sangat memanjakan lidah.  Suasana Resto yang didesain outdoor dan tinggi seperti rumah panggung terlihat begitu unik.  Pohon-pohon yang berjuntai mengelilingi Resto membuat kami serasa berada di tengah hutan rimba tapi disuguhi fasilitas dan pelayanan yang modern.  Boleh juga nih konsep Resto nya….. hehehe

Siang hingga sore, waktu kami habiskan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang juga sangat dekat dengan Kampung Sampireun.  Seperti kebun Mawar yang Cuma berjarak tidak sampai 2 km, hiking ke Gunung Papandayan,  atau bisa juga berwisata belanja ke Pusat Kerajinan Kulit atau Leather Centre Sukaregang Garut yang hanya memakan waktu sekitar 15 menit dari Kampung Sampireun.

Nah, tunggu apalagi, sempatkan weekend mu bersama keluarga untuk menikmati udara Garut dengan bermalam di Kampung Sampireun.

Ok yaaa, sampai ketemu lagi di corat coret berikutnya….

Wassalamu’alaikum

Nan. Dj








Kamis, 19 Januari 2017

Tips agar tulisan perjalanan dimuat di Majalah Ummi

Assalamu'alaikum sahabat blogger.....
Ah, entah udah sekian lama rasanya jari-jari ini tidak menari di blog kesayangan ini.  hari ini, tepatnya sore ini tiba-tiba ada perasaan yang menyeruak untuk berbagi kembali.  Mudah-mudahan manfaat ya... aamiin

Alhamdulillah tulisan perjalananku dan keluarga tercinta ke Benteng Carcassone Prancis dimuat di Majalah Ummi edisi November 2016.  (baca yaaa...)

Satu hal yang aku rasakan berbeda dengan redaksi-redaksi majalah yang sebelumnya memuat tulisan perjalananku, Majalah Ummi sangat profesional dan tepat waktu.  Bayangkan, aku sudah menerima Majalah Ummi secara free sebelum Majalah tersebut beredar di pasar dan yang lebih mengagetkan lagi, fee sebagai kontributor sudah aku terima sebelum tulisanku terbit di Majalah Ummi......Subhanallah, sebuah kerja sama yang sangat manizzz... dan bikin ketagihan....hehehhe

Nah, kali ini aku ingin berbagi sedikit tips agar tulisan perjalananmu juga bisa dimuat di Majalah Ummi :
Pertama ; pilih tempat wisata yang unik, yang jarang diliput oleh media, baik wisata lokal atau wisata manca negara.
Kedua ; sajikan hal-hal yang menarik menurutmu dari tempat wisata yang kamu kunjungi tersebut sebanyak mungkin dan ceritakan secara detail.
Ketiga ; buat beberapa paragraf dan setiap paragraf jangan terlalu panjang.
Keempat ; ini yang paling penting, buat kalimat prolog semenarik mungkin dan upayakan agar kalimat prolog tersebut membuat pembaca jadi penasaran untuk mengetahui isi tulisan lebih lanjut.
kelima ; siapkan beberapa foto dengan resolusi besar, minimal 5 foto dan sebaiknya foto-foto landscape yang di dalamnya tidak ada objek orang apalagi foto kamu ya...hehehhe
Keenam ; Tulislah artikel perjalanan seapik mungkin sesuai dengan gaya penulisanmu
Ketujuh ; Kirim tulisanmu via email ke Majalah kru_ummi@yahoo.com dan jangan lupa tulis kalimat-kalimat pengantar kepada redaksi di badan email ya...

Hmmm.... kayaknya cukup segitu tips dari aku.... mudah-mudahan tulisanmu segera dimuat di Majalah Ummi

See you...
Wassalam,
Nan Djabar

RESENSI BUKU ; THE POWER OF SHOWING UP

Judul : The Power of Showing Up Penulis : Daniel J. Siegel, M.D & Tina Payne Bryson, Ph.D Penerjemah : Alodia Dwinkarinardy Penerbit : P...