Alhamdulillah, aku dan keluarga diberi kesempatan
untuk melihat secara langsung beberapa peninggalan sejarah di Kota Roma ini.
Vatikan, Negara terkecil di dunia mengawali perjalanan
kami di kota Roma. Negara dalam Negara atau lebih tepatnya Sebuah Negara yang berada
di tengah Kota Roma Italy. Unik
bukan??? Dengan luas hanya 44 hektar,
didiami penduduk pendatang yang didominasi para pekerja. Dan dipimpin oleh seorang Paus sebagai
pemegang kedudukan tertinggi.
![]() |
Vatican City |
![]() |
Vatican City |
Karena Vatican City merupakan tempat sakral bagi umat
kristiani, maka aku dan keluarga sengaja untuk tidak masuk ke dalam
bangunan-bangunan unik ini. Kami hanya
menikmati keindahan seni yang tinggi yang merupakan ciri khas arsitektur pada
masa renaissance. Bangunan-bangunan
dengah kubah di atas dan tiang-tiang langgam, donik, lonik dan lain-lain
diklaim sebagai ciri yang utama.
![]() |
Vatican City |
![]() |
Vatican City |
![]() |
Air Mancur di depan Katedral Vatican |
Setelah puas berfose, mengabadikan bangunan-bangunan kuno dan unik
ini, kamipun melanjutkan perjalanan ke
Colosseum.
Mendung masih setia bergelayut mengawal perjalanan
kami. Sesekali gerimis turun membasahi
mantel winter yang aku kenakan. Ditambah
lagi angin dingin yang kerap menerpa tak bisa diprediksi hadirnya, kadang
menyurutkan keinginanku untuk berlama-lama di tempat-tempat wisata bersejarah
ini. Tapi ajakan dua bidadari dan
pangeran jagoanku menghalau semua rasa enggan itu. Meski sambil menahan dingin yang
menusuk-nusuk, tetap aku sempatkan untuk berfose dan mengambil gambar-gambar
Colosseum sekedarnya, tentu saja dengan kamera Nikon kesayanganku J
![]() |
Colosseum |
Colosseum berdiri megah persis dihadapanku. Gurat-gurat kekunoannya sangat berbanding
lurus dengan usianya. Colosseum dibangun
sekitar tahun 70-80 Masehi pada masa pemerintahan kaisar Vespasian. Sepertinya bangunan ini sengaja dipertahankan
kekunoannya untuk alasan wisata sejarah dan alasan devisa.
![]() |
Di depan Colosseum |
Pada awal pembangunannya, Colosseum ini digunakan
sebagai stadium pertunjukan acara-acara
spektakuler seperti gladiator, simulasi perang, pertunjukan drama
mitologi romawi dan yunani kuno, pertarungan binatang dan lain-lain. Stadium dengan kapasitas 50 ribu penonton dan
80 pintu masuk yang tersebar di bangunan yang berbentuk elips ini pernah
mengalami kerusakan akibat gempa besar pada tahun 1349 M. Sehingga bangunan yang sekarang adalah
sisa-sisa reruntuhan yang justru menjadi
daya tarik para wisatawan lokal dan manca Negara.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Perjalanan kami di Roma berakhir di sebuah kolam air
mancur yang konon merupakan kolam air mancur terindah di dunia, Trevi Fountain.
![]() |
Trevi Fountain |
Saat tiba di Trevi Foutain, matahari telah
tenggelam dengan sempurna. Gerimis masih
setia menyambangi. Udara malam makin
terasa menggigit. Tapi heran, pengunjung
tidak pernah ada sepinya. Para turis
lokal dan mancanegara berjubel memadati tepi-tepi kolam air mancur. Kebanyakan dari mereka melakukan aktifitas
melempar koin yang terkait mitos-mitos yang berkembang dan dipercayai.
![]() |
Kerumunan Pengunjung |
Aku hany a berdiri di tembok pembatas, memandang lirih
ke arah kolam. Perasaanku
berkecamuk. Realitas yang ironis. Disatu sisi globalisasi dan kemajuan
teknologi modern menuntut seseorang selalu
berpikir ilmiah tetapi di sisi yang lain ternyata kemajuan dan pendidikan yang
tinggi tidak menutup kemungkinan banyak orang yang tetap percaya bahkan
meyakini kebenaran mitos-mitos. Kamu mau
tau mitos apa?
![]() |
Mitos yang paling diyakini pengunjung adalah: jika
kamu bisa melemparkan koin euro tepat masuk ke kolam dengan membelakangi kolam
maka kamu akan mendapat dua manfaat.
Manfaat pertama kamu akan bisa kembali lagi ke kota Roma dan kedua bagi
kamu yang belum punya pasangan akan segera mendapatkan jodoh dalam waktu
dekat. Hmmm…. Ada-ada aja ya J
![]() |
toko-toko di sekitar Trevi Fountain |
Trevi Fountain secara kasat mata memang sangat
menarik. Bahkan Kolam air ini dikatakan
kolam air mancur terindah diantara 300 kolam air mancur yang ada di Kota
Roma. Sejarah pembangunan di awal dan
gambar-gambar patung yang diukir di dinding kolam konon punya makna dan cerita tersendiri. Sayangnya aku kurang tertarik untuk
mengetahuinya lebih jauh.
Setelah beberapa menit mengabadikan trevi fountain
dengan kamera nikonku, aku dan keluarga memilih untuk berjalan-jalan menelusuri
pertokoan yang menawarkan banyak souvenir, cindera mata dan beragam
perlengkapan winter. Harga-harga disini
juga lumayan terjangkau. Tidak terlalu
mahal dibandingkan dengan harga-harga di pusat perbelanjaan di Italy.
Setelah mengganjal perut untuk menghangatkan badan,
kamipun meninggalkan Trevi Fountain menuju hotel. Sementara sayap-sayap malam makin mengembang
di atas kolam air mancur yang makin padat pengunjung. Diantara gerimis, air mata syukurpun
berjatuhan. Masih Kau beri kami petunjuk
untuk terhindar dari berbagai tampilan mempersekutukan Mu. Alhamdulillah ya
Robbii…
Baca juga :
Menara Miring Pisa, Italy
Venice, Italy-The City of Water
Menggapai Langit-Mu di Mount Titlis, Switzerland
Menara Miring Pisa, Italy
Venice, Italy-The City of Water
Menggapai Langit-Mu di Mount Titlis, Switzerland
Wassalam, Nan Dj