Sabtu, 09 Januari 2016

Venezia, Kota Yang Eksotis

Berkunjung ke Italy, belum sah jika tidak singgah di Kota Venezia.
Kota terapung sebagai salah satu icon wisata di kota ini,
menawarkan sejuta pesonanya…”


Artikel ini, Alhamdulillah dimuat 4 halaman di Majalah Noor Vol. IX TAHUN XII/2015.  Yang beredar di pasaran pada bulan Desember- 2015 sampai Januari 2016.





Venice yang lazim kita sebut dengan Venezia adalah sebuah kota peradaban yang dibangun di atas perairan laut Adriatik bagian utara Italy.  Sekilas, kita beranggapan kota yang dikelilingi air ini menyulitkan manusia-manusia di dalamnya untuk beraktivitas.  Ternyata anggapan itu tidak benar!!!

Eksotis!!! Itu kata yang pertama kali keluar dari mulutku ketika turun dari kapal dan menginjakkan kaki di pelabuhan Kota Venezia.  Saat itu akhir bulan Desember, puncaknya musim dingin di Eropa.  Aku dan keluarga kecilku diberi kesempatan oleh Sang Maha untuk menginjak bumi Italy, dan Venezia adalah destinasi utama kami di Italy, selain Vatikan, Colosseum dan Trevi Fountain di Roma serta Menara Pisa.

Angin saat winter berpadu dengan air laut Adriatik terasa menggigit ke persendian.  Tentu kurang bersahabat buat aku yang sangat mencintai iklim tropis.  Kurekatkan penutup kepala yang bersambung dengan jaket winter berbulu angsa, dengan lapisan luar berbahan polyester yang ringan dan lembut.  Ku-kenakan sarung tangan tebal dan setelah ku pastikan nyaman barulah kami memulai perjalanan menyusuri jalan konblok yang bersusun seperti puzzle.

Aku menebarkan pandangan.  Kota ini sangat bersih dan rapi.  Perahu-perahu dan kapal berukuran sedang tertambat rapi dan teratur di pinggiran laut.  Garis-garis bias kuning sisa sunrise masih bergelayut di salah satu sisi langit.  Diseberangnya, bangunan-bangunan unik bergaya eropa berdiri menjulang.  Tidak saja indah dan megah, tapi mencerminkan sebuah karya seni tingkat tinggi dari sebuah peradaban yang pernah jaya.  Meski  bangunan-bangunan ini sudah terkesan tua, tapi tetap terlihat kokoh dan tanggguh. 

Menyaksikan bangunan dengan tiang-tiang kekar dan kuat mengingatkan aku akan seorang saudagar kaya kelahiran Venezia, Marco Polo.  Ketangguhannya telah menghantarkan beliau menjelajah beberapa negara di dunia dan bahkan beliau pernah mengukir cerita ketika singgah di negeri kita, Indonesia tercinta.

Gondola, Alat Transportasi yang Romantis
Gondola adalah sebuah perahu dayung tradisional asal Venezia.  Gondola merupakan sarana transportasi utama di Venezia selama berabad-abad dan masih memegang peranan penting dalam sistem transportasi publik disana sampai saat ini. 

Gondola digerakkan oleh seorang pendayung yang disebut Gondolier.  Berdasarkan hukum yang berlaku di Venezia, seorang Gondolier harus lahir di Venezia untuk bisa melakukan pekerjaan ini. 

Gondola terbuat dari 280 potong kayu yang terdiri atas 8 jenis kayu, yaitu fir, oak, cherry, walnut, elm, mahogany, larch dan limedan.  Sisi kiri Gondola dibuat lebih panjang dibanding sisi kanan untuk menyeimbangkan berat gondolier.  Di bagian ujung-ujungnya dibentuk runcing seperti tanduk yang melengkung ke atas.  Pada bagian bawah perahu dibuat datar dan di dalamnya terdapat kursi-kursi yang empuk dan nyaman.  Kapasitas angkutan ini sekitar 4-5 orang.   
Karena ukurannya kecil dibandingkan dengan kapal maka alat transportasi ini bisa menembus kanal-kanal yang berada di lorong-lorong sempit.   Untuk bisa berada di atas Gondola ternyata tidak mudah.  Karena alat transportasi ini tergolong mahal, sekitar 80 euro atau setara dengan satu juta rupiah lebih.  Meski mahal para wisatawan jarang yang meninggalkan Venezia sebelum merasakan naik Gondola.  Termasuk aku dan keluargaku tentunya.

Bersama seorang Gondolier yang piawai mengayuh, kami dibawa berkeliling menyusuri kanal-kanal.  Melintasi jembatan-jembatan yang didesain melengkung pada bagian tengahnya agar bisa dilalui oleh perahu, dan menyaksikan  banyak manusia berlalu lalang berjalan di atas trotoar sebagaimana lazimnya sebuah kota.  Inilah potret sebuah kota terapung yang unik dan langka!!

Gondola tidak seperti perahu kebanyakan yang sering oleng ketika bergerak di permukaan air.  Perahu unik ini begitu tenang dan nyaman menghantarkan kami menikmati satu demi satu keindahan lorong-lorong sempit, diantara bangunan-bangunan tua klasik dan jembatan-jembatan kokoh yang saling terhubung.

Terpaan angin, riak air yang tersapu pengayuh dan bangunan yang artistik merupakan kombinasi cantik yang menjadikan suasana semakin romantis.  Sangat pantas jika Times Online menyebut Venezia sebagai kota paling romantis di Eropa.  Karena julukan ini pula banyak film-film yang menjadikan Venezia sebagai lokasi syutingnya.  Diantaranya  film-film yang dibintangi oleh James Bond dan film The Tourist yang dibintangi Agelina Jolie.

Bagi kami, berada di atas Gondola ibarat sedang merayakan pesta cinta yang dikelilingi oleh bertabur keindahan.  Suasana indah yang menghadirkan kedalaman rasa syukur pada-Nya, momen menambah kemesraan dengan pasangan dan melipat gandakan kecintaan kepada buah hati.  Apalagi melihat kedua putriku tersenyum mekar, lengkap sudah kebahagiaan.

Selain Gondola, ada alat transportasi kapal berukuran sedang dengan kapasitas puluhan penumpang yang juga berlabuh di Venezia.  Tapi kapal-kapal  ini jarang dipakai di dalam Kota Venezia.  Biasanya kapal ini digunakan oleh para turis yang ingin berkunjung ke Venezia atau keluar dari Venezia.

Venezia tidak hanya menampilkan keelokan kotanya.  Penduduk yang mendiami kota ini juga sangat terkenal dengan keramahan dan profesional melayani pengunjung.  Kebanyakan mereka berlatar belakang pendidikan tinggi dan mempunyai cara berpikir yang selalu berorientasi untuk maju.  Bagi mereka, tinggal di atas air tidak menjadi kendala sama sekali.  Keramahan itu sangat jelas ketika kami mulai berinteraksi dengan Gondolier dan para pedagang yang ada di Venezia.

Jejak Islam di Venezia
Venezia  dibangun sekitar abad ke 7 Masehi.  Terdiri dari 118 pulau-pulau kecil di laguna (danau pinggir laut) yang memiliki akses langsung ke laut Adriatik dan laut Mediterania.  Karena letaknya di tepi laut menjadikan kota ini sebagai kota maritim yang penting dan menjadi pusat perdagangan di Eropa Barat. 

Venezia mulai melakukan hubungan perdagangan dengan dunia islam sejak abad ke 8 Masehi.  Kita ketahui bersama, Negara Islam berdiri pertama dibawah kepemimpinan Rasulullah pada abad ke 6 Masehi, tepatnya Tahun ke-2 Hijriyah.   Melalui hubungan dagang yang terjalin selama berabad-abad, pengaruh budaya dan seni islam banyak masuk dan mempengaruhi  corak kehidupan orang-orang di Venezia.

Hingga abad ke 12, hubungan islam dan Venezia semakin erat.   Pemerintahan islam saat itu berpusat di Istanbul Turki dengan pemerintahan Turki Ustmani yang dipimpin oleh Muhammad Alfatih.  Saat itu banyak orang-orang Venezia mempelajari bahasa arab dan menghabiskan waktunya untuk tinggal di daerah-daerah Islam.  Mereka, orang-orang Venezia mengagumi banyak hal tentang kemajuan di dunia islam.  Mereka tidak saja membeli rempah-rempah, sutera, barang-barang mewah yang kemudian dijual di Venezia, tetapi mereka juga mempelajari dan mengadopsi karya seni, budaya, dan arsitektur islam pada masa itu.  Bahkan banyak dari risalah astronomi dan matematika klasik yang dikenal di Venezia awalnya diperkenalkan melalui terjemahan dari bahasa Arab.

Piaza San Marco adalah salah satu bangunan yang arsitekturnya diilhami oleh arsitektur pada masa Turki Ustmani.  Ciri khas bangunan ini adalah adanya menara setinggi hampir 100 meter.  Dari puncak menara ini kita bisa melihat view Kota Venezia dengan leluasa.  Piaza San Marco juga terkenal sebagai landmark Kota Venezia dan terletak di alun-alun utama Kota Venezia.

Melihat Piaza San Marco dari dekat juga bangunan-bangunan unik yang pada bagian depan terdapat deretan pintu-pintu melengkung kebawah, memutar memoriku ke masa beberapa tahun yang lalu saat aku berdiri di salah satu sisi Mesjid Nabawi Madinah.  Lekukan-lekukan setengah melingkar berjejer sempurna dan ukiran-ukiran di banyak sisi dan sudut serta kubah-kubah di atas bangunan menampilkan karya seni yang kental nuansa islam.

Setelah puas mengukir kenangan di atas Gondola dan menyusuri jejak-jejak Islam diantara bangunan-bangunan tua dan klasik, kami menyempatkan untuk singgah ke beberapa kios pedagang.  Beragam jenis barang yang ditawarkan dalam kios-kios yang berada di sepanjang jalan.  Mulai dari perlengkapan winter, gantungan kunci dan bahkan beberapa kios sengaja menjual souvenir berupa topeng-topeng wajah manusia. 

Konon, topeng-topeng ini adalah cerminan dari sebuah tradisi budaya yang dilakukan setiap tahun dengan pesta yang sangat meriah.  Sayang sekali saat kami berkunjung, tidak bertepatan dengan waktu perayaan tradisi budaya tersebut.  [Nani Djabar]




Aku dan Lock Down-Virus Corona (Covid19)

Aku tiba-tiba merasa berada dalam dunia unreal, antara percaya dan tidak dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Tepatnya hari senin 1...